Salah satu faktor risiko utama dari stunting yaitu asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai. Pemenuhan kebutuhan gizi balita dapat dioptimalkan salah satunya dengan pemberian makan yang responsif. Saat ini pengetahuan, sikap dan praktik Responsive Feeding di Indonesia masih sangat rendah (≤30%), demikian pula di Kota Semarang. Upaya peningkatan pengetahuan, sikap, dan praktik Responsive Feeding pada balita perlu dilakukan melalui strategi Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) terpadu meliputi edukasi dan Small Group Discussion (SGD). Program dilaksanakan selama 8 bulan (April-November 2022) di wilayah Puskesmas Lamper Tengah, Kota Semarang. Media yang digunakan yaitu modul edukasi, power point presentation, dan kartu edukasi. Kartu edukasi Responsive Feeding terdiri dari 5 kartu yang menggambarkan praktik pemberian makan Responsive Feeding. Sasaran program adalah ibu balita. Edukasi berjalan dengan lancar dan diakhiri dengan diskusi dan tanya jawab antar peserta dan pelaksana pengabdian masyarakat. Hasil dari program menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rerata skor pengetahuan, sikap, dan praktik responsive feeding setelah program dilaksanakan. Rerata skor pengetahuan sebelum intervensi sebesar 18,72 meningkat menjadi 20,15. Rerata skor sikap sebelum intervensi sebesar 91,2 meningkat menjadi 94,2. Rerata skor praktik sebelum intervensi sebesar 10,22 meningkat menjadi 10,5. Sebelum dilaksanakannya program, praktik Responsive Feeding dilaksanakan secara lengkap (meliputi 5 indikator) oleh 22% ibu balita. Setelah program dilaksanakan, praktik Responsive Feeding secara lengkap dilaksanakan oleh 27% ibu balita.