Malang is the second largest city in East Java after Surabaya. In general, the problems in Malang are similar to those in other big cities in Indonesia. Although urbanization is especially important for economic growth, it results in the degradation of environmental quality and promotes flooding, congestion, urban infrastructure problems, and slums. The tendency of the built-up area of Malang to increase faster, along with the population growth and development expansion, indicates that the city will surpass the region's holding capacity sooner than it should. Such conditions create an uncomfortable living environment. One way to make the city more comfortable, safe and in harmony with nature is to apply the green city (GC) concept. The purpose of this study is to analyse and evaluate the implementation of the GC concept in Malang. This research employs the gap analysis method, which compares the ideal GC conditions with the actual conditions in Malang. The results indicate that of the eight GC indicators, Malang focuses on three: green planning and design, green open space, and green community. Building construction comprises the lowest score of 0%, while the highest score is green open space indicator with 50%.
Kurangnya pelatihan dan tidak ada teknologi tepat guna yang berdampak pada pemberdayaan pengrajin batik. Masalahnya adalah bagaimana pengaruh pelatihan dan teknologi tepat guna bagi pemberdayaan pengrajin batik?. Desain penelitian menggunakan penelitian survei dengan sampel dan kuesioner sebagai sarana pengumpulan data. Manajer dan pengrajin batik yang melaksanakan pelatihan dan penerapan teknologi tepat guna adalah 32 orang sebagai sampel sehingga penelitian ini merupakan penelitian sensus. Hasil dari penelitian ini adalah pelatihan dan teknologi yang tepat untuk mempengaruhi pemberdayaan perajin batik melalui kegiatan kelompok batik dan dilatih melalui program pemberdayaan batik dan penerapan teknologi tepat guna sehingga dapat meningkatkan kuantitas produksi dan kualitas produk.
Rumah Potong Hewan Rumnansia (RPH-R) adalah suatu kompleks bangunan dengan desain dan syarat tertentu sebagai tempat penyembelihan hewan untuk menghasilkan daging yang terdiri atas pemeriksaan ante-mortem, penyembelihan, penyelesaian penyembelihan dan pemeriksaan post-mortem. Kegiatan tersebut menimbulkan dampak negatif penting yang harus dikelola.Pengelolaan lingkungan guna menantisipasi terjadinya pencemaran dari RPH-R Kota Batu ditekankan pada kesehatan masyarakat. Pecemaran yang dominan adalah limbah cair (darah dan air), selain limbah padat (rumen, pakan ternak dan kotoran ternak) dan cemaran udara (bau dan debu). Pengelolaan limbah cair menggunakan instalasi pengolah air limbah (IPAL) dengan sistem biofilter anaerob-aerob. Proses biometanisasi bahan padat (campuran isi rumen, kotoran sapi, sisa pakan, dan urine) menjadi alternatif pengelolaan yang lain. Pengendalian pembentukan padatan terapung dan jaminan keselamatan dengan sistem aerobik. Proses anaerobik pretreatment direkomendasikan untuk mengurangi luaran cemaran udara (bau busuk dari limbah terbuka dan pengomposan). Langkah pengelolaan dampak lingkungan terhadap kesehatan masyarakat antara lain: (a) menata halaman depan sebagai ruang terbuka hijau / taman; (b) menanam vegetasi di dalam tapak; (c) melakukan penyiraman halaman; (d) membersihkan lantai dan perkakas setiap hari; (e) memasang exhaust fan pada unit-unit yang membutuhkan pengaturan kestabilan kualitas udara; (f) mengoperasikan sistem ventilasi silang; dan (g) menjaga penyinaran matahari yang cukup baik.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.