Ikan lele sangkuriang merupakan ikan konsumsi air tawar yang memiliki prospek cukup baik. Penerapan teknologi bioflok pada budidaya ikan lele berpotensi mengurangi biaya pakan hingga 10 - 20% dari total biaya produksi, dan juga budidaya dapat dilakukan dengan densitas tinggi (250 – 300 ekor/m3). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penerapan intervensi dan mengukur performa budidaya. Penerapan intervensi dalam proses produksinya diperoleh perbedaan performa dibandingkan sebelum dilakukan intervensi. Nilai FCR pada kolam non intervensi adalah 1,2 dan SR 66,0% menjadi pembeda dibandingkan dengan kolam intervensi yaitu FCR 0,8 dan SR 88,3%. Penerapan intervensi dengan grading dimulai pada saat DOC 35 lalu setiap 2 minggu hingga panen. Persentasi ukuran panen oversized pada kolam non intervensi sebanyak 28,9% sedangkan pada kolam intervensi 5,3%. Sehingga loss income dapat ditekan dari sebesar Rp 1.036.600 menjadi hanya Rp 78.000.
Ikan lele merupakan sumber protein hewani yang bernilai ekonomis dan kebutuhannya terus meningkat setiap tahun. Keunggulan teknologi bioflok yang mampu menggenjot produktivitas ikan menjadi lebih tinggi dengan penggunaan lahan yang tidak terlalu luas. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi teknis budidaya ikan lele sistem bioflok, implementasi intervensi untuk meningkatkan produktivitas budidaya ikan lele sistem bioflok, mengevaluasi performa kinerja budidaya ikan lele sistem bioflok setelah implementasi intervensi, menganalisis finansial budidaya ikan lele sistem bioflok. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata performansi kinerja budidaya dan produktivitas mengalami peningkatan, sedangkan, rasio konversi pakan mengalami kenaikan. Intervensi berdasarkan prioritas usulan pemecahan masalah yakni penambahan kuantitas blower dan titik aerasi, pembuatan water level, sampling mingguan dan membeli benih bersertifikat. Implementasi yang dilakukan mampu meningkatkan dari produktivitas sebesar Rp526.687 menjadi sebesar Rp1.242.187 dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 71%. Berdasarkan hasil analisis finansial layak untuk dilanjutkan dengan R/C Ratio sebesar 1,06.
Budidaya udang vaname menjadi primadona di Indonesia karena memiliki nilai komersil dan memberikan pendapatan bagi negara. Teknologi pemberian pakan salah satu faktor untuk keberhasilan budidaya. Saat ini teknologi berbasis IoT yaitu automatic feeder yang sedang tren pada budidaya udang vaname. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan automatic feeder pada budidaya udang vaname. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2021 di PT. Windu Marina Abadi, Lombok Timur dengan pengukuran pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan FCR serta menganalisis kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan berat terendah terdapat pada petak A5 (7,79 g) dan tertinggi B5 (18,14 g) dengan rata-rata laju pertumbuhan perhari terendah yaitu A5 (0,09) dan B5 (0,21 g), kelangsungan hidup pada tambak menggunakan automatic feeder mencapai 97%, FCR tertinggi yaitu pada tambak (manual) A5 (2,45) dan terendah pada tambak B6 (automatic feeder) (1,08). Nilai kualitas air masih kisaran normal untuk budidaya. Tambak dengan penggunaan automatic feeder relatif lebih baik dibandingkan dengan tambak dengan pemberian pakan secara manual.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.