Untuk mendukung program transgenesis pada rumput laut, embrio somatik dapat digunakan sebagai material untuk transfer gen baik secara individu sel ataupun kluster sel embriogenik, sehingga mempercepat keberhasilan dengan peluang transformasi yang lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji induksi kalus rumput laut K. alvarezii untuk produksi sel embrio somatik (e.s.) dengan beberapa rasio zat pengatur tumbuh (ZPT) dan konsentrasi agar media induksi, sampai sel menjadi filamen. Penelitian terdiri atas dua tahap: Tahap (1) induksi kalus, dengan rasio ZPT asam indol asetat (IAA):kinetin = 0,5:0,0 mg/L; 1,0:1,0 mg/L; dan 2,0:0,2 mg/L dengan konsentrasi agar media induksi = 0,6%; 0,8%; 1,0%; dan 1,5%. Tahap (2) regenerasi massa sel e.s., dengan rasio IAA:kinetin = 0,1:1,0 mg/L; 0,0:0,1 mg/L dan tanpa ZPT dengan konsentrasi agar media = 0,4%; 0,6%; dan 0,8%. Untuk perkembangan sel-sel e.s. lebih lanjut dipelihara pada kultur cair. Hasil penelitian menunjukkan pada tahap induksi kalus, rasio IAA: kinetin = 1:1 mg/L dengan konsentrasi agar media 0,8% dan 1,0% menghasilkan persentase induksi kalus tertinggi (90%). Pada tahap regenerasi massa sel e.s., ZPT tidak berpengaruh terhadap perkembangan massa sel e.s., di mana tanpa ZPT dengan konsentrasi agar 0,6% memperlihatkan perkembangan tertinggi (rata-rata diameter massa sel 5 mm). Pada media cair, perkembangan sel e.s. dari single cell ukuran 3-4 mm menjadi filamen-filamen ukuran rata-rata 0,5 mm dapat dicapai dalam satu bulan kultur. Keberhasilan produksi sel e.s. K. alvarezii, selain sebagai material untuk transfer gen juga dapat dijadikan acuan dalam produksi benih rumput laut kultur jaringan.To support the program of seaweed transgenesis, somatic embryo can be used as a materials for gene transfer purpose either by individual or cluster of cells in accelerating the higher rate of transformation. This research aims to study the callus induction of seaweed K. alvarezii for production of somatic embrio (s.e) cell by different ratio of growth regulators (GR) and agar media concentrations. The study consists of two stages: stage (1) callus induction to the cells filament using GR of indol acetic acid (IAA):kinetin in ratio of 0.5:0.0 mg/L; 1.0:1.0 mg/L; and 2.0:0.2 mg/L on the media agar concentration of 0.6%; 0.8%; 1.0%; and 1.5%, and stage (2) regeneration of the cell mass of s.e, using GR of IAA:kinetin in ratio of 0.1:1.0 mg/L; 0.0:0.1 mg/L on the media agar concentration of 0.4%; 0.6%; and 0.8%. For further maintenance, the s.e cells were cultured in liquid media. The results of callus induction showed that the ratio of IAA:kinetin (1:1) on the media agar concentration of 0.8% and 1.0% produced the highest callus induction (90%). The study of mass cell regeneration of s.e showed did not different of GR IAA:kinetin ratio of the cell mass development, but the media agar concentration of 0.6% and 0.4% showed the higher growth of cell mass (in diameter size of 4-5 mm). The development of cells culture of s.e from the size of 3-4 mm to filament of 0.5 mm could be reached in one month of culture period. The success of K. alvarezii s.e production will be helpful not only as a material for gene transfer but also as a reference on tissue culture for seed production of seaweed.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi MP yang terdapat pada kolom air perairan dan mengetahui kelimpahan dan tingkat frekuensi MP. Sampel perairan dikumpulkan pada 3 lokasi (mewakili desa) pada saat pasang dan surut. Ikan budidaya ditetapkan secara random sampling pada masing-masing lokasi yaitu Ikan Bandeng 10 ekor dan Ikan Nilai 10 ekor. MP di identifikasi dengan binokuler mikroskop, mikroskop digital dan FT-IR. Hubungan antara lokasi terhadap kelimpahan pada air dan ikan budidaya dianalisis dengan SPSS 25 dan output dijelaskan secara deskriptif. Bentuk MP yang ditemukan pada kolom air perairan adalah fragmen 78.94 %, fiber 13.83 % dan film 7.22%. pada ikan budidaya adalah fragmen 83.73 %, fiber 9.61 % dan film 6.65 %. Jenis MP yang ditemukan adalah LDPE, PE dan PP. Kelimpahan MP tertinggi pada lokasi 1 baik pada kolom air pasarng 7.9 item/L dan surut 5.6 item/L, pada ikan budidaya (bandeng 1.9 item/ind dan nila 5.5 item/ind). Tingkat frekuensi tertinggi juga ditemui pada lokasi 1 sebesar 60 % ( bandeng 60 % dan nila 60 %), lokasi 2 sebesar 55 % ( bandeng 40 % dan nila 70 %), dan lokasi 3sebesar 45 % (bandeng 40% dan nila 50%). Hasil uji independent sample T test menunjukkan terdapat perbedaan nyata rata-rata kelimpahan MP saat air pasang dan saat air surut di lokasi penelitian, tetapi tidak ada perbedaan nyata rata-rata kandungan MP pada bandeng dan nila disemua lokasi penelitian pada taraf kepercayaan 95 %
The shrimp farming industry continuously requires new technology in an effort to increase production output. Probiotics are non-pathogenic microorganisms, non-toxic, and without any adverse side effects when administered to aquatic organisms. Mixotrophic facultative bacteria isolated from intensive shrimp ponds are able to decompose ammonia and hydrogen sulfide in pond water. However, the potential of mixotrophic facultative bacteria to become probiotics still needs to be evaluated. The aim of this study was to evaluate the potential of mixotrophic facultative bacteria in producing extracellular proteolytic, amylolytic and lipolytic. Data obtained in the form of the enzyme activity from four selected isolates of facultative mixotrophic bacteria were statistically analyzed using SPSS. The test results showed that isolates AOB1 isolates did not have extracellular proteolytic activity, AOB1, AOB13, AOB28 isolates had proteolytic and lipolytic activities, while isolates SOB31 had proteolytic, amylolytic, and lipolytic activities. SOB31 isolate showed the largest proteolytic, amylolytic, and lipolytic activity based on the resulting clear zone. ABSTRACT: Industri budidaya udang senantiasa membutuhkan teknologi baru dalam upaya peningkatan hasil produksi. Probiotik adalah mikroorganisme nonpatogenik, tidak beracun dan tanpa efek samping yang merugikan bila diberikan pada organisme akuatik. Bakteri fakultatif mixotrofik yang diisolasi dari tambak udang intensif mampu menguraikan amonia dan hidrogen sulfida dalam air tambak. Namun potensi bakteri fakultatif mixotrofik un menjadi probiotik masih perlu dievaluasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi potensi bakteri fakultatif mixotrofik dalam menghasilkan proteolitik, amilolitik dan lipolitik ekstraseluler. Penelitian ini menggunakan metode desriptif berupa aktivitas enzimatis empat isolat terpilih bakteri fakultatif mixotrofik. Hasil uji menunjukkan bahwa isolat AOB1 tidak memiliki aktivitas proteolitik ekstraseluler, isolat AOB13, AOB28 mempunyai aktivitas proteolitik, amilolitik, dan lipolitik. Isolat SOB31 memiliki aktivitas proteolitik, amilolitik dan lipolitik terbesar berdasarkan zona bening yang dihasilkan.
Sulawesi Selatan, khususnya di Kabupaten Pangkep sebagian besar petani tambak mengelola tambaknya dengan memelihara udang vaname, karena lebih tahan terhadap penyakit dan kondisi lingkungan yang tiba-tiba mengalami perubahan. Pengelolaan tambak yang tidak terkendali dan tidak mengikuti kaidah budidaya yang benar akan mengakibatkan merosotnya daya dukung lingkungan perairan, kegagalan panen yang berkesinambungan. Kurangnya pemahaman petani terhadap perubahan kondisi tanah tambak yang disebabkan oleh perlakuan dalam persiapan lahan mengakibatkan dalam pemilihan metode persiapan tidak memperhatikan kaidah-kaidah sesuai CBIB. Pengabdian pada masyarakat bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat tentang Teknik atau metode pengeringan pada persiapan tambak udang vaname yang sesuai dengan CBIB. Pengabdian dilakukan di Desa Talaka, Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkep, pada tanggal 18 Juni 2022, melibatkan pembudidaya tambak udang vaname dan tokoh masyarakat. Teknik pengeringan pada persiapan tambak udang vaname merupakan kegiatan yang mengawali keberhasilan budidaya udang. Sebelum digunakan sebagai tempat pemeliharaan udang, dasar tambak dikeringkan guna memutus siklus hidup hama penyakit atau sisa proses budidaya sebelumnya. Sebelum pengeringan dilakukan, dinding dalam tambak dibuat halus dengan cara memoles lumpur dan dibiarkan kering secara merata, ini dilakukan agar tidak terjadi longsor saat proses pengeringan berlangsung. Pengeringan dilakukan saat air laut surut, lama pengeringan adalah 1 sampai 2 minggu (dasar tambak retak-retak). Pengeringan memberi kesempatan sinar matahari langsung menyinari tanah dasar tambak, sehingga mikroorganisme pathogen yang tertinggal akan mati, menghilangkan gas-gas yang terkandung pada dasar tambak. Untuk mengetahui tingkat kekeringan tanah tambak yang pas, dilakukan pengukuran ketinggian lekukan pada retakan tanah, lapisan tanah yang melekuk naik 1 – 2 cm maka pengeringan cukup.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.