Guru honorer yang berkomitmen meskipun dengan pendapatan yang rendah, ketidakpastian status pengangkatan dan kondisi kerja yang belum memadai, memiliki keberagaman arti dalam memaknai komitmen, yang berpengaruh terhadap perilaku kerja guru. Tujuan penelitian ini yaitu memahami makna komitmen yang dimiliki guru honorer. Penelitian ini menggunakan pendekatan interpretative phenomenological analysis. Pengambilan data menggunakan wawancara semi terstruktur kepada lima guru honorer dengan masa kerja tujuh hingga 14 tahun. Hasil analisis data menunjukkan bahwa komitmen dimaknai sebagai bentuk adanya harapan menjadi aparatur sipil negara, upaya mempertahankan pekerjaan, bentuk pengabdian, dan sebagai wujud rasa cinta terhadap sekolah. Faktor positif memengaruhi keputusan guru untuk bertahan, namun faktor negatif tidak sampai memengaruhi keputusan bertahan, namun memengaruhi perilaku kerja guru. Berbagai makna komitmen menghasilkan beragam komponen komitmen, yang berpengaruh terhadap perilaku kerja guru. Guru yang memaknai komitmen sebagai wujud rasa cinta dan bentuk pengabdian umumnya melakukan usaha lebih dalam bekerja. Penelitian ini memberikan gambaran makna komitmen dan dampaknya terhadap perilaku kerja guru, sehingga dapat menjadi acuan bagi guru honorer dalam mempertahankan komitmen yang dimiliki, dan menjadi acuan bagi pihak sekolah serta dinas pendidikan dalam memerhatikan faktor yang meningkatkan komitmen guru. Kata kunci : Guru honorer, Komitmen organisasi, Sekolah
Anggota kepolisian yang bertugas dilapangan rentang terkena stres kerja yang diakibatkan rendahnya kecerdasan emosi yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan stres kerja pada anggota kepolisian Satuan Lantas Polrestabes Makassar. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kecerdasan emosi dan skala stres kerja. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota satuan lantas polrestabes makassar sebanyak 36 orang. Penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh dalam pengambilan sampelnya, dengan kriteria pengambilan sampel yaitu seluruh anggota kepolisian satuan lantas polrestabes makassar. Data dianalisis menggunakan korelasi product moment, dengan bantuan SPSS 21.0 for windows.Berdasarkan hasil analisa data diperoleh bahwa besarnya kekuatan hubungan antara kecerdasan emosi dengan stres kerja yaitu r = -0,877 dan nilai signifikansi 0,000 menunjukkan bahwa probabilitas dibawah 0,01, yang berarti H1diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dengan stres kerja. Semakin tinggi kecerdasan emosi maka semakin rendah stres kerja. Begitupun sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosi maka semakin tinggi stres kerja. Penelitian ini menunjukkan bahwa stres kerja pada anggota kepolisian masih sering terjadi, sehingga dibutuhkan tindakan pemberian pelatihan tentang pengelolaan stres dalam bekerja, preventif, dan edukatif bagi instansi kepolisian sehingga membantu meningkatkan kualitas anggota kepolisian.Kata Kunci: Kecerdasan Emosi, Stres Kerja, Polisi.
ABSTRAKPenelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi ini bertujuan untuk memahami makna kompetensi emosi bagi manajer dalam melakukan proses pengambilan keputusan di ruang lingkup organisasi. Keterlibatan emosi tidak dapat dihindari ketika individu menghadapi kondisi pengambilan keputusan, oleh karena itu dibutuhkan keterampilan yang berbasis potensi emosi dan berdampak pada pencapaian kinerja yang tinggi. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara yang mendalam untuk mengumpulkan data dari responden. Pengumpulan responden dengan menggunakan teknik "snowball" dan pemilihan responden menggunakan purposive sampling. Penelitian kualitatif fenomenologi ini terdiri dari empat proses yang dilalui yaitu epoche, phenomenological reduction, imaginative variation, dan synthesis of meaning. Proses analisis dan interpretasi data meliputi: bracketing, horizonalizing, meaning units untuk mendapatkan deskripsi tekstural; imaginative variation untuk mendapatkan deskripsi struktural; dan memadukan deskripsi tekstural dan struktural menjadi suatu makna yang universal dan mewakili responden secara keseluruhan. Validitas hasil penelitian dengan menggunakan intersubjective validity. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman emosi merupakan sejumlah perasaan yang telah dialami manager dalam mengambil keputusan. Emosi yang dialami berupa: senang, kecewa, marah, dan cemas, yang ditimbulkan oleh adanya intervensi lingkungan, kondisi yang pasti dan ketidakpastian, serta terbatasnya kemampuan dalam menghadapi masalah dan adanya masalah pribadi yang dihadapi oleh manager. Sejumlah perasaan ini dimaknai sebagai sumber motivasi ataupun sebagai sumber stressor yang akan mempengaruhi cara atau strategi manager dalam mengambil keputusan. Kompetensi emosi menjadi sumber strategi manager dalam mengelolah emosi ketika melakukan proses pengambilan keputusan. Adapun bentuk kompetensi emosi manager dalam melakukan proses pengambilan keputusan yaitu: memahami emosi diri, mengendalikan emosi, memiliki motivasi, berempati, memiliki keterampilan sosial. Keyword: Pengalaman emosi, kompetensi emosi, manager, pengambilan keputusan PENDAHULUANPengambilan keputusan adalah pekerjaan utama manajer, bahkan manajer sering disebut sebagai pengambil keputusan (decision maker). Walaupun banyak keputusan yang diambil itu strategis sifatnya, manajer juga mengambil keputusan tentang setiap aspek lain dari organisasi, termasuk diantaranya struktur, sistem kontrol, respon terhadap lingkungan, dan sumber daya manusia.. Keputusan mengubah banyak hal, untuk kebaikan dan sebaliknya. Keberhasilan manajer sebagian besar tergantung pada konsekuensi pilihan yang diputuskan. Oleh karena itu penting untuk menjawab pertanyaan "bagaimana manajer mampu membuat keputusan yang efektif?" Pengambilan keputusan merupakan suatu proses dan berlangsung dalam suatu sistem. Hal tersebut perlu disadari oleh seorang manajer agar dapat berhasil dalam upaya mengembangkan kemampuan untuk mengambil keputusan. Manajer yang mampu mengenali masalah-masalah yang selalu dihadapi di dalam perj...
Kemampuan kognitif anak usia dini akan mengalami penghambatan perkembangan jika tidak diberikan intervensi yang tepat diawal masa pertumbuhan. Penelitian bertujuan mengetahui efektivitas media flashcard pada menaikkan kemampuan kognitif anak usia dini. Penelitian ini memakai metode eksperimen kuasi dengan menggunakan untreated control group design with dependent pretest and posttest samples. Jumlah sampel sebanyak 14 responden. Alat ukur yang dipakai merupakan alat ukur kemampuan kognitif yang disusun oleh peneliti sendiri. Alat ukur kemampuan kognitif yang digunakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Tahun 2014 yang memiliki aspek belajar dan dengan pemecahan masalah, berpikir logis, dan berpikir simbolik pada anak usia dini. Analisis data penelitian dianalisis dengan menggunakan Uji Independent Sample T Test menggunakan nilai signifikansi 0,019 (p<0,05). Hal ini berarti media flashcard efektif pada menaikkan kemampuan kognitif anak usia dini. Pemberian media pembelajaran yang baik dan sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang anak usia dini sangat memberikan pengaruh yang baik pada kemampuan tahap selanjutnya dalam proses perkembangannya dengan anak.
This study aims to determine the relationship between humor style and cyberbullying behavior among adolescents in Makassar City. The research population is the age range of 15-19 years. Respondents 420 SMP, SMA, and SMK students were obtained through the distribution of online questionnaires using google-form with the help of their school counselors. The humor style questionnaire was arranged based on the humor style dimensions of Martin (2003), namely self-enhancing, aggressive, affiliative, and self-defeating, while the cyberbullying behavior questionnaire was arranged based on three aspects of cyberbullying behavior by Lee, Abell, and, Holmes (2015), namely verbal/written bullying, visual/sexual bullying, and social exclusion. The results showed that there are two styles of humor that have a significant relationship with cyberbullying behavior in adolescents around Makassar City, namely the affialitive humor style and the aggressive humor style. Affiliative humor style has a significant negative relationship with cyberbullying behavior, aggressive humor style has a significant positive relationship with cyberbullying behavior. While the other two styles of humor, namely self-enhancing humor and self-defeating humor, did not show a significant relationship with cyberbullying behavior.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.