Transmisi Toxoplasma gondiimudah terjadi karena kemampuannya dalam memodifikasi perilaku hospes perantara. Kemampuan Toxoplasma gondiiyang dapat menginfeksi otak hospes perantara dapat mengubah perilaku hospes. Perubahan perilaku hospes tersebut dapat membantu kelangsungan hidup Toxoplasma gondii sehingga transmisi akan berlangsung terus menerus. Faktor yang diduga menyebabkan perubahan perilaku hospes perantara adalah naiknya kadar dopamin pada infeksi kronis Toxoplasma gondii dan meningkatnya sinyal dopamin tersebut berpegaruh dalam perilaku hospes yang mendorong hospes untuk mengeksplor lingkungan sekitar, termasuk urin kucing.
Abstract Traditional medicine using natural because it has small side effects and more economical than the synthetic drugs. One of the medicinal plants that for traditional medicine is basil (Ocimum x africamum Lour.).Basil plants contain active compounds such as alkaloids, saponins, flavonoids, triterpenoids, steroids, tannins, eugenol, phenols and essential oils that act as antifungals. Sweet basil essential oil can damage fungal cell membranes so that fungal cell molecules lyse which results in fungal cell death. The purpose of this study was to prove the antifungal activity of sweet basil essential oil as antifungal against T. rubrum and T. mentagrophytes. The essential oil from sweet basil leaves was obtained as much as 18 ml using the steam distillation method. Testing for antifungal activity was carried out using the agar dilution method/well method. The concentrations used in this study were 10%, 20%, 30%, 40%, 100%, positive control using ketoconazole and negative control using aquades with media Potato Dextrose Agar (PDA).Based on the results of research that has been carrier out, basil leaves essential oil has antifungal activity against with the largest inhibition greatest at 100% concentration with an inhibition zone diameter of 15,05 mm for T. rubrum and 19,11 mm for T. mentagrophytes Key words : antifungal, essential oil of sweet basil leaves, Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes
Asma adalah gangguan inflamasi kronik pada saluran pernapasan yang terjadi karena respons tubuh terhadap berbagai faktor eksogen, antara lain alergen, iritasi, dan infeksi virus. Faktor eksogen penyebab asma antara lain alergen yang berasal dari kecoa, tungau, kucing, serbuk sari, dan jamur. Prevalensi asma di dunia semakin meningkat dalam beberapa dekade terakhir, diperkirakan meningkat menjadi 400 juta orang pada tahun 2025. Sekitar 50-80% angka kejadian asma di dunia tercetus karena debu rumah. Sementara itu, 90% pasien asma di Indonesia rentan terhadap pajanan debu rumah dan tungau debu rumah (TDR). Tungau debu rumah merupakan sumber alergen penyebab alergi, misalnya rhinokonjungtivitis alergi, asma, dermatitis atopik, dan penyakit kulit lain.Interaksi gen dan lingkungan menyebabkan inflamasi saluran napas kronik pada pasien asma. Interaksi dapat terjadi dengan berbagai faktor lingkungan, yang terpenting adalah alergen tungau dan polusi udara.Pasien asma mengalami perkembangan gejala asma karena pajanan debu rumah. Hal itu dikaitkan dengan meningkatnya respons imun berupa produksi IgE spesifik terhadap alergen TDR.
Kabupaten Pesawaran merupakan wilayah dengan tingkat endemisitas malaria yang tinggi di Provinsi Lampung, karena sebagian wilayahnya berupa pantai berawa dan terdapat tambak yang terbengkalai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tempat perindukan vektor malaria dan hubungan antara faktor abiotik dengan kepadatan larva nyamuk pada tempat perindukan vektor malaria di daerah rawa. Penelitian ini menggunakan metode observasi dengan mengamati faktorfaktor ekologi berupa faktor fisik dan kimia (suhu air, kedalaman air, pH, kadar oksigen terlarut (DO), dan salinitas air,), dan faktor biologi yaitu jenis tumbuhan air, hewan yang terdapat di sekitar perindukan, dan kepadatan larva pada tiga rawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik tempat perindukan vektor malaria yaitu, suhu 26,220C, Kedalaman 18,2 cm, pH 6,77, DO 2,71 mg/L, dan Salinitas 3,430/00, dan. Kepadatan larva hanya ditemukan pada Rawa 2 yaitu 0,33 ekor/250 ml kemudian jenis tumbuhan yang ditemukan di sekitar tempat perindukan yaitu kangkung, alga, pohon kelapa, dan pohon asam serta hewan air berupa ikan mujair dan keong. Nilai kimia seperti DO 2,71 mg/L dan salinitas 3,430/00 yang kecil ini tidak mendukung kehidupan larva sehingga hubungan antara faktor fisik dan kimia dengan kepadatan larva tidak memberikan korelasi signifikan pada taraf nyata 0,05.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.