Background : Undernutrition was still a problem of public health in Indonesia. Prevalence of undernutrition in under five years old based weight for age is 17.9 %. Undernutrition in children usually happened acute and cronic deficiency of macronutrient and have effect micronutrient deficiency. Iron deficiency anemia is one of micronutrient deficiency that common problems in under five children. Prevalence of iron deficiency anemia is 27.5 %. This prevalence is very high. This research wants to know about correlation z score weigh for age and iron intake with ferritin level in children 2-5 year old. Objective : Objective of this research was to know correlation about z score weight for age and iron intake with ferritin level in children 2-5 year old. Method : The research method used in this study was cross-sectional study. Z score weight for age was measured by using antropometry. Iron intake was measured by using 24-hour food recall method and ferritin level was maesured by using ellysa method. The data was analyzed by multiple linier regression. Result : Iron intake had contribution to ferritin level about 1.747 µg/L with p value 0.007. Z score weight for age had no contribution to ferritin level in children 2-5 year old with p value 0.972 Conclution : Iron intake had contribution of ferritin level and z score weight for age had no contribution with ferritin level.
Latar Belakang: Prevalensi abses hepar di dunia mencapai 2,3 kasus per 100.000 penduduk. Keluhan mual, muntah, anoreksia, dan nyeri perut yang merupakan keluhan utama abses hepar tentunya akan menurunkan asupan pasien. Pasien abses hepar sering datang dengan riwayat starvasi lama sehingga berisiko refeeding syndrome Pengobatan abses hepar adalah drainase secara operasi sehingga terapi nutrisi perioperatif menjadi salah satu kunci keberhasilan terapi multidisiplin. Laporan Kasus: Tn B, 70 tahun, datang dengan keluhan mual, dan muntah setiap kali makan sejak 1 bulan SMRS disertai nyeri perut kanan atas, demam, dan menggigil. Pasien juga mengeluhkan penurunan berat badan dan starvasi sejak 1 bulan. Pemeriksaan fisik abdomen terdapat nyeri tekan kuadran kanan atas (+). Sebelum diberikan terapi nutrisi, pasien mengalami refeeding syndrome akibat overfeeding yang ditandai dengan deplesi kalium dan magnesium progresif. Pasien diberikan diet mulai dari 10 kkal/kgBB/hari dan untuk terapi refeeding diberikan suplementasi tiamin dan B kompleks serta koreksi MgSO4 dan KCl. Diet mencapai target pada hari ke-5 perawatan. Pasien dilakukan tindakan laparoskopi drainase abses sesuai prosedur ERAS. Pada masa pemulihan pasca operasi, pasien diberikan suplementasi vitamin A, vitamin C, dan zinc. Pasien juga diberikan ONS yang mengandung vitamin A, vitamin E, tembaga dan selenium, omega 3, dan branched chain amino acids. Kesimpulan: Keberhasilan terapi gizi pada pasien ini tampak dari pasien dapat segera ditatalaksana untuk mencegah kondisi fatal akibat refeeding, terjadi peningkatan asupan, berat badan, peningkatan kekuatan genggaman, dan tidak terjadi wound dehiscence selama perawatan di rumah sakit. Kata kunci: abses hepar, refeeding syndrome, sarkopenia, terapi nutrisi
Latar Belakang: Tempe kedelai dan tempe gembus merupakan makanan fermentasi khas Indonesia yang mempunyai potensi sebagai antioksidan dan antiglikasi. Senyawa bioaktif tersebut dapat diekstrak sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk nutraceutical. Etanol merupakan pelarut yang sering digunakan untuk ekstraksi senyawa bioaktif. Namun demikian, suhu pada proses penguapan pelarut dapat memengaruhi kapasitas bioaktif ekstrak. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh suhu penguapan etanol terhadap aktivitas antioksidan dan antiglikasi ekstrak tempe kedelai dan tempe gembus. Metode: Aktivitas antioksidan diukur dengan DPPH, sedangkan antiglikasi dengan spektrofotometer fluoresens. Analisis data dengan uji Anova dilanjutkan uji Post Hoc. Hasil: Penelitian ini menunjukkan pada penguapan ekstrak tempe kedelai suhu rendah -40°C (freeze dry) nilai IC50 sebesar 2,30±0,05 mg/ml, sedangkan dengan water bath suhu 50°C nilai IC50 sebesar 2,83±0,04 mg/ml. Aktivitas antioksidan pada estrak tempe gembus yang diuapkan dengan suhu rendah -40°C, nilai IC50 1,70±0,02 mg/ml, sementara yang diuapkan dengan water bath 3,17±0,02 mg/ml. Antiglikasi ekstrak tempe kedelai yang diuapan dengan metode freeze dry 64,65±6,60% dan yang diuapkan dengan water bath 62,63±3,99%, sementara antiglikasi tempe gembus yang diuapkan dengan metode freeze dry 46,60±4,10% sedangkan yang diuapkan dengan water bath 50,19±13,80%. Kesimpulan: Pengeringan menggunakan metode freeze dry memberikan hasil potensi antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode evaporasi menggunakan water bath. Aktivitas antioksidan pada tempe gembus lebih tinggi dibandingkan tempe kedelai, namun potensi antiglikasi tempe kedelai lebih tinggi dibandingkan dengan tempe gembus.
BACKGROUND : Hospitalized patients are at risk for malnutrition. Decreased BMI (Body Mass Index) in stroke patients is negatively correlated with patient outcomes. Studies on differences in BMI and NIHSS (National Institutes of Health Stroke Scale) at admission and discharge in stroke patients have not been conducted in Indonesia. OBJECTIVE: To describe the difference between BMI and NIHSS at admission and discharge in ischemic stroke patients at Dr. Kariadi hospital METHOD : An observational study on 49 hospitalized ischemic stroke patients at the Stroke Unit of dr. Kariadi hospital. Outcomes were measured using the National Institutes of Stroke Scale (NIHSS). Data was collected from the patient's medical record and analyzed using Paired Sample t Test. RESULT : There was no significant difference between BMI at admission and discharge (p = 0.161). There was a significant difference between the NIHSS at the time of admission and at the time of discharge (p= 0.014). CONCLUSION : There is no significant difference between BMI at admission and discharge. There is functional improvement in ischemic stroke patients during treatment
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.