This is a cross sectional-descriptive study which was conducted in one urban mahalla and two rural mauza of Dhaka district. Self reporting questionnaire (SRQ) was applied on 327 adult respondents and structured clinical interview for diagnosis (SCID-NP) was applied on every second SRQ positive and every fourth SRQ negative respondent. The prevalence of neurotic disorders, major depressive disorder and psychotic disorders was 7.0% (7/1000 population), 4.0% (40/1000 population) and 1.2% (12/1000 population) respectively. The prevalence of psychiatric disorder was found higher in female 13.9% than male 10.2% and in middle and lower socio-economic class. The study would be helpful in future community survey on mental health and in formulating national mental health program and facilitating their effective implementation.
Abstract The purpose of this article is to elaborate on the essence of maintaining religious moderation amid the covid pandemic 19. The social-religious approach was conducted by observing the facts that occur in society. The result indicates that moderate priorities in religion during the covid pandemic 19 became a necessity. Consequently, maintaining personal safety and the wider community should become a priority due to the absence of alternative rather than forcing the will to carry out worship in the mosque or in certain places. Islamic law provides rukhsah when the ummah is not in proper conditions to do such rituals like praying in the mosque. On the other hand, people are required to better understand fiqh in the pandemic of Covid 19 by not leaving conventional fiqh. Adapting the religious moderation during or after the covid pandemic 19 becomes a necessity, especially relations between humans by avoiding and blocking the transmission of the virus in various ways. Acceptance of the new habit caused by covid 19 from various aspects, especially the worship habits of the people should be considered. The principle of avoiding harm is more important than carrying out benefits is one of the ways in Islam to maintain religious moderation. Keywords: Religious Moderation; Pandemic; Corona Virus; Covid 19
The aim of this article is to analyze publication trends related to schizophrenia, mental health, and depression during COVID-19 in the Asian Journal of Psychiatry. In 2020, 576 articles were identified using bibliometric analysis from scopus.com. According to the results, India had the most articles on schizophrenia, mental health, and depression, followed by China, Australia, Bangladesh, and Japan, during COVID-19. Meanwhile, the most frequently used keywords were schizophrenia (n=39), COVID-19 (n=35), mental health (n=23), depression (n=22), and adolescents (n=12).These represent the trend of publications related to the topics discussed in 2020. Moreover, alternative research themes such as life quality, obsessive-compulsive disorder, metabolic syndrome, prevalence, and mental illness can be used in the future.
Penelitian ini didasarkan pada upaya pemanfaatan limbah sampah kota yang keberadaannya melimpah dan mencemari lingkungan agar dapat dimanfaatkan menjadi suatu produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu kompos, selain itu juga dapat menjadi solusi dalam mengatasi masalah kelangkaan serta mahalnya harga pupuk saat ini. Penelitian ini dilaksanakan di kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, dengan lamanya waktu penelitian adalah 3 bulan terhitung mulai bulan Juli sampai dengan Oktober 2020 yang meliputi: persiapan alat dan bahan, pembuatan kompos, pengambilan data dan analisis kompos. Tujuan penelitian yaitu mengetahui lama waktu pembuatan kompos hingga kompos dikatakan jadi, dan mengetahui kualitas kompos berdasarkan standar SNI 19-7030-2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; kompos jadi pada hari ke-19 yang ditandai dengan warna kompos coklat kehitaman, tidak berbau, bentuk/tekstur remah dan suhunya sudah stabil mendekati suhu ruang dan kompos yang dihasilkan jika dibandingkan dengan standar SNI 19-7030-2004 untuk C organik, N dan K memenuhi standar sedangkan pH H2O, C/N rasio dan P belum memenuhi standar SNI 19-7030-2004.
AbstrakKeamanan lingkungan menjadi kebutuhan mendasar untuk menciptakan suasana kerja yang kondusif dan sebagai upaya untuk menjaga segala aset atau sumber daya dalam suatu organisasi. Semakin tinggi tingkat keamanan suatu lingkungan akan semakin rendah risiko kerugian akibat kehilangan aset atau bahaya yang mengancam personil. Petugas kemanan dalam suatu lingkungan kerja menjadi salah satu tumpuan untuk melaksanakan fungsi-fungsi pengamanan dan penyelamatan. Secara rutin dan berlanjut, petugas keamanan melakukan kegiatan monitoring terhadap aset-aset internal dan pemeriksaan lalu lintas kendaraan dan orang yang masuk serta keluar lingkungan. Perhitungan jumlah petugas keamanan perlu mempertimbangkan target tingkat keamanan lingkungan, cakupan luas area pengamanan, volume dan frekuensi kendaraan/orang/aset/perangkat yang harus diamati atau diperiksa. Penentuan jumlah petugas keamanan yang diperlukan untuk memenuhi standar minimal keamanan. Simulasi proses pemeriksaaan surat kendaraan pada pos keamanan dikembangkan dalam penelitian ini untuk mengukur beban kerja petugas keamanan. Jumlah petugas keamanan yang dipertimbangkan dalam simulasi adalah 1 petugas, 2 petugas dan 3 petugas. Sedangkan tingkat pengamanan yang diperhitungkan adalah pada tingkat 100%, 90%, 80%, 70%, dan 50%. Berdasarkan pola data kedatangan kendaraan dan pola waktu siklus pemeriksaan surat kendaraan, penelitian ini dapat menggambarkan beban kerja petugas keamanan terhadap tingkat keamanan yang ingin diterapkan. Untuk menerapkan tingkat pengamanan maksimal yaitu 100%, diperlukan 3 orang petugas keamanan pada tiap pos. Dengan jumlah petugas keamanan sebanyak 2 orang, kondisi beban kerja normal dapat dicapai dengan tingkat keamanan 90%. Namun dengan 1 orang petugas keamanan, tingkat keamanan yang dapat dicapai akan kurang dari 50%.Kata kunci: Beban Kerja, Petugas Keamanan, Tingkat Keamanan, Studi Waktu Kerja, Simulasi. PENDAHULUANKeamanan kampus yang aman merupakan kondisi yang harus diciptakan dalam upaya untuk menjaga segala aset atau sumber daya dalam suatu organisasi. Semakin tinggi tingkat keamanan suatu lingkungan akan semakin rendah risiko kerugian akibat kehilangan aset atau bahaya yang mengancam personil. Petugas kemanan dalam suatu lingkungan kerja menjadi salah satu tumpuan untuk melaksanakan fungsi-fungsi pengamanan dan penyelamatan. Secara rutin dan berlanjut, petugas keamanan melakukan kegiatan monitoring terhadap aset-aset internal dan pemeriksaan lalu lintas kendaraan dan orang yang masuk serta keluar lingkungan.Karakteristik kerja petugas kemanan dikategorikan sebagai perkerjaan yang rutin non-repetitif dengan siklus yang jelas. Dalam kondisi normal atau aman, melakukan pengawasan terhadap kendaraan, orang, aset/barang, atau perangkat kerja merupakan aktivitas pokok yang dominan dilakukan oleh petugas keamanan. Aktivitas pengawasan atau aktivitas patroli cukup sulit untuk dinilai apakah merupakan aktivitas yang produktif atau tidak. Berdasarkan kondisi tersebut maka penentuan jumlah petugas keamanan menjadi menarik untuk dibahas....
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.