<span>Sejak tahun 2014, Kota Bogor telah banyak menjalankan program-program yang ditujukan untuk meningkatkan brandnya. Dengan berbagai acara dan pengembangan infrastruktur, Bogor telah berhasil menunjukkan bahwa dirinya mampu dibranding dengan baik. Dari observasi pada beberapa tempat di Bogor, dan juga meninjau dokumentasi dan publikasi untuk Kota Bogor, dapat disimpulkan bahwa brand touchpoints dari Kota Bogor kurang konsisten dan tidak merepresentasikan esensi dari identitas Kota Bogor. Kemudian, setelah dilakukan studi dan wawancara, maka disimpulkan bahwa Kota Bogor membutuhkan sebuah redesain terhadap brand identitynya, dan hal itu dimulai dari identitas visualnya. Kebutuhan akan identitas visual tersebut direspon dengan dua alternatif desain logo yang ditampilkan dalam tulisan ini. Kedua desain logo tersebut berusaha merepresentasikan nilai-nilai yang berbeda dengan pendekatan yang rasional dan kontemporer dalam mendesain sebuah logo. Walaupun proyek desain ini adalah proyek simulatif untuk keperluan tugas akhir mahasiswa, kedua desain logo tersebut dipresentasikan dan dievaluasi kepada beberapa staf pemerintah Kota Bogor; hasilnya adalah salah satu desain dipilih dan dinyatakan cukup representatif untuk dikembangkan lebih lanjut dan kemudian diimplementasikan kepada beberapa brand touchpoints. Pada akhirnya, tulisan ini mencoba untuk menunjukkan sebuah proses desain yang komprehensif dalam mendesain sebuah identitas visual untuk sebuah kota, dimulai dari riset, penggagasan ide, dan juga pembuatan visual desain. <br /> <br />Kata Kunci: Desain Logo, Identitas Visual, Branding Kota, Bogor </span>
Dewasa ini terdapat banyak program studi Desain Komunikasi Visual yang mengajarkan mahasiswanya untuk membuat desain yang membantu kegiatan branding. Perkuliahan Studio Utama 3 dalam Universitas Pelita Harapan sendiri juga menghadirkan pengajaran tersebut melalui proses desain yang berjalan selama satu semester, dimana dalam semester Ganjil 2018/2019 ini, mata kuliah tersebut berkolaborasi dengan program studi Teknologi Pangan untuk membuat desain berdasarkan produk makanan yang telah mereka kembangkan. Tulisan ini sendiri menjelaskan salah satu studi kasus desain yang berlangsung dalam mata kuliah tersebut. Studi kasus dari perancangan identitas visual dan juga desain kemasan ini berhasil menggagas empat alternatif dengan pendekatan yang cukup berbeda. Dengan memberikan penjelasan mengenai proses perkuliahan dan proses perancangan yang berlangsung, tulisan ini berharap dapat menunjukkan pertanggungjawaban akademik dalam desain, serta dapat menjadi referensi dalam proses perancangan dalam situasi-situasi serupa.
<p><strong>Abstract</strong><br />In the past 10 years, as production knowledge evolved and consumption increased, batik is flourished in Indonesia either through self-development business or county’s development centre programme. One of the promising development centre project is Semarang Batik Village (Kampung Batik Semarang) that produce both traditional motif of Semarang’s Batik (Semarangan) and contemporary motifs using visuals of popular icon of Semarang such as culinary, architectural, and tourism spot objects. Based on the premise of batik as visual medium, the research developed new and contemporary Semarangan batik using typography as visual elements. It conducted in 2 (two) phases: first phase was using literature review, on site observation and interview with batik craftsmen at Kampung Batik Semarang. Second phase was the designing process on the purpose to visualize motif through digital means. Results of batik development are 5 (five) new contemporary motifs of Batik Semarangan that each produce in 2 (two) tone colours.<br /><br /><strong>Abstrak</strong><br />Dalam dasawarsa terakhir teknologi produksi, desain motif dan konsumsi batik telah berkembang pesat di hampir seluruh pelosok Indonesia baik melalui program pengembangan usaha batik mandiri maupun pengembangan sentra batik daerah. Salah satu proyek sentra batik daerah yang menunjukkan perkembangan positif adalah Kampung Batik Semarang, yang direvitalisasi setelah sempat menghilang di masa penjajahan Belanda-Jepang. Melalui kampung batik Semarang diproduksi kembali motif-motif batik Semarangan lama serta motif-motif Semarangan baru/kontemporer melalui visualisasi ikon populer kota Semarang seperti kuliner, bangunan arsitektural, dan situs wisata. Berdasarkan premis batik sebagai medium visual, dalam penelitian dikembangkan motif batik Semarangan baru/kontemporer dengan memanfaatkan elemen visual tipografi. Proses penelitian dilaksanakan dalam 2 (dua) fase yaitu fase pertama memanfaatkan kajian kepustakaan mengenai Batik Semarangan, serta observasi dan wawancara pada pelaku produksi batik di Kampung Batik Semarang. Fase kedua proses perancangan dan visualisasi motif batik secara digital. Hasil pengembangan berupa 5 (lima) motif batik yang menggunakan 2 (dua) pewarnaan untuk masing-masing motif.</p>
AIDA is a model that explains the steps or levels of consumer perception. Seeing how AIDA is often used as a basis for creating marketing strategies, the author would like to see whether AIDA could be used as a structure for visual communication strategy. The research was done by observing the design process of students from Universitas Pelita Harapan’s Visual Communication Design department. The author had asked the students to design their Instagram’s communication media using the AIDA model as their basis. By using narratology as their design approach, the designers divide timelines and the needs of communication to acts, plots and also Instagram panels. From the design that was done, the author concludes that the usage of structure to create a visual communication strategy helps to define what message is to be made and when should the message be posted on Instagram. The author hoped that this paper had shown the possibility of using AIDA as a communication structure, especially for social media.
<p>Pandemi COVID-19 sejak tahun 2020 memaksa banyak sekolah dan universitas untuk menggeser bentuk pembelajarannya menjadi pembelajaran dalam jaringan (daring). Perkuliahan MK. Tipografi Dasar pada Universitas Pelita Harapan juga merupakan salah satu kelas yang perlu beradaptasi dalam situasi tersebut. Tentunya perubahan medium pembelajaran ini memerlukan penyesuaian terhadap materi dan juga metode pengajarannya. Hal ini yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian tindakan kelas untuk melihat seberapa efektifkah perubahan dan juga pelaksanaan perkuliahan secara daring ini. Dengan metodologi penelitian tindakan kelas, penulis berharap dapat menemukan dapat mengevaluasi pembelajaran perdana secara daring untuk MK. Tipografi Dasar di Universitas Pelita Harapan ini untuk menjadi basis yang dapat dikembangkan selanjutnya. Melalui fase evaluasi yang dilakukan, didapati bahwa lebih dari 70% responden mengungkapkan dapat mengikuti pembelajaran secara daring yang telah dilaksanakan. Penulis harap tulisan ini dapat menjadi referensi terhadap persiapan pembelajaran daring baik untuk mata kuliah tipografi, maupun mata kuliah desain lainnya.</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.