This paper describes the dynamics of political communication run by the Partai Keadilan Sejahtera (PKS), which has been identified as a da’wa party. By using the phenomenological method, this paper describes the knowledge and experience of political communication which is framed as an Islamic da’wa movement which is the character of the PKS struggle which is focused on the concept of PKS da’wa and how political communication activities are carried out. This study shows that the PKS da’wa concept is inspired by Hasan Al-Banna’s universalist thought and da’wa movement because da’wa must be a practical answer to all social problems for all mankind, not only for Muslims. Therefore, politics is nothing but a medium of da’wa. Meanwhile, the pattern of political communication carried out by PKS is categorized into two categories, namely; communication to cadres, generally through Islamic and political studies; and communication in the context of succession or facing regional elections which are usually carried out through social service activities, public recitations and door to door socialization. Tulisan ini menguraikan tentang dinamika komunikasi politik yang dijalankan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang diidentifikasi sebagai partai yang berorientasi dakwah. Menggunakan metode fenomenologi, tulisan ini menguraikan tentang pengetahuan dan pengalaman komunikasi politik yang dikerangka sebagai gerakan dakwah Islam yang menjadi karakter perjuangan PKS yang difokuskan pada konsep dakwah PKS dan bagaimana aktivitas komunikasi politik yang dijalankan. Kajian ini menunjukkan bahwa konsep dakwah PKS banyak mendapat inspirasi dari gerakan dan pemikiran dakwah Hasan Al-Banna yang bersifat universalis dalam arti bahwa dakwah harus mampu menjadi jawaban praktis atas semua persoalan sosial-kemanusiaan, tidak hanya bagi umat Islam. Oleh karena itu, politik tidak lain merupakan salah satu medium dakwah. Sementara itu, pola komunikasi politik yang dijalankan oleh PKS dikategorikan pada dua kategori besar yakni; komunikasi terhadap kader yang pada umumnya melalui kajian-kajian Islam dan politik; dan komunikasi dalam konteks suksesi atau menghadapi perhelatan pilkada yang biasanya dilakukan melalui kegiatan bakti sosial, pengajian umum dan sosialisasi secara door to door.
Keberhasilan Indonesia dalam meningkatkan jumlah penduduk melek aksara bukan berarti membebaskan Indonesia dari jerat persoalan buta aksara. Karakteristik penduduk buta aksara yang tersisa merupakan kelompok yang sangat sulit diberaksarakan. Persoalan buta aksara sangat terkait dengan kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan penduduk suatu negara dan negara yang bersangkutan. Atas dasar tersebut, pemerintah mengeluarkan berbagai program untuk memelihara keberaksaraan masyarakat. Satu diantara program tersebut ialah hadirnya program Kampung Literasi. Kampung literasi merupakan kawasan kampung yang digunakan untuk mewujudkan masyarakat melek literasi baca tulis, literasi berhitung, literasi sains, literasi keuangan, literasi teknologi informasi dan komunikasi, dan literasi kewarganegaraan dan budaya serta literasi lain sesuai dengan kondisi masyarakat setempat agar memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas. Sebagai salah satu kebijakan strategis pada lingkup pendidikan masyarakat yang sudah berjalan selama 5 tahun, Kampung Literasi sangat menarik untuk dikaji dan dianalisis baik eksistensinya, produktivitas/efektifitas serta manfaatnya terutama bagi pengembangan program pendidikan dan pelatihan, kehidupan sosial budaya serta pengembangan masyarakat secara menyeluruh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi. Pemilihan metode ini didasari oleh fokus permasalahan penelitian yang berkaitan erat dengan fenomena sosial. Melalui penelitian ini, dapat dinyatakan bahwa meskipun sebagian berada di daerah yang tidak didukung oleh potensi yang memadai, namun keberadaan kampung literasi ternyata tetap mampu menyediakan berbagai layanan yang inovatif dalam rangka peningkatan keberaksaraan untuk memberdayakan masyarakat melalui penyediaan berbagai layanan pada program kampung literasi terfokus pada pemberdayaan masyarakat dengan berbasis pada penguasaan enam literasi dasar, yaitu literasi baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan. [Indonesia's success in increasing the number of literate population does not mean freeing Indonesia from the trap of illiteracy. The remaining illiterate characteristics of the group are very difficult to literate. The problem of illiteracy is closely related to ignorance, poverty, underdevelopment, and the powerlessness of the population of a country and the country concerned. On this basis, the government has issued various programs to maintain community literacy. One of these programs is the presence of the Literacy Village program. A literacy village is a village area that is used to create literacy, literacy, numeracy, scientific literacy, financial literacy, information and communication technology literacy, and civic and cultural literacy and other literacy in accordance with the conditions of the local community so that they have more knowledge and understanding. As one of the strategic policies in the scope of community education that has been running for 5 years, Literasi Village is very interesting to study and analyze both its existence, productivity/effectiveness and its benefits, especially for the development of education and training programs, socio-cultural life and community development as a whole. This study uses a qualitative approach with phenomenological methods. The choice of this method is based on the focus of research problems which are closely related to social phenomena. Through this research, it can be stated that even though some of them are in areas that are not supported by adequate potential, the existence of literacy villages is still able to provide various innovative services in order to increase literacy to empower communities through the provision of various services in the literacy village program focused on empowerment. society based on mastery of six basic literacies, namely literacy in reading and writing, numeracy, science, digital, finance, as well as culture and citizenship.]
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penerapan objektivitas dari pemberitaan penahanan Habib Rizieq Shihab yang dirilis media online Detik.com pada Desember 2020 lalu, dikaji dengan prinsip faktualitas dan prinsip imparsialitas model Westerstahl. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu studi deskriptif dengan teknik analisis isi. Mengacu pada teori objektivitas yang dikemukakan Denis McQuail yang dapat mengukur keobjektifan sebuah berita dilihat dengan faktualitas dan imparsialitas yang diterapkan pada berita tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media online Detik.com belum sepenuhnya menerapkan prinsip objektivitas. Kriteria faktualitas berita tersebut sudah diterapkan karena berita mengandung unsur 5 W + 1 H, informasi yang disajikan merupakan informasi baru, serta adanya kesesuaian antara judul dan isi berita. Sedangkan kriteria imparsialitas belum sepenuhnya diterapkan karena tidak memasukkan pernyataan dari dua belah pihak, serta terdapat opini dari pembuat berita yang terkesan menyudutkan salah satu pihak. ABSTRACT This study was conducted to determine the application of objectivity from the news of the detention of Habib Rizieq Shihab which was released by the online media Detik.com in December 2020, studied with the principle of factuality and the principle of impartiality of the Westerstahl model. The method used in this research is a descriptive study with content analysis techniques. Referring to the objectivity theory put forward by Denis McQuail which can measure the objectivity of a news seen by the factuality and impartiality applied to the news. The results show that the online media Detik.com has not fully implemented the principle of objectivity. The factuality criteria of the news have been applied because the news contains elements of 5 W + 1 H, the information presented is new information, and there is a match between the title and content of the news. While the impartiality criteria have not been fully implemented because they do not include statements from both parties, and there are opinions from news makers who seem to corner one parties.
Abstrak: Indonesia menghadapi tantangan tersendiri seputar keberaksaraan yang disebabkan oleh kondisi demografis dan sulitnya mengakomodir karakteristik masyarakat yang masih buta aksara menimbulkan kesulitan tersendiri. Selain itu, tidak sedikit masyarakat bebas buta aksara yang sulit memelihara keberaksaraannya akibat ketidakmampuan dalam memfungsikan kemampuan aksara dalam aktivitas kesehariannya. Apabila perkembangan literasi di Indonesia diukur melalui tumbuh pesatnya berbagai layanan seputar literasi, maka Makassar, khususnya kompleks kecil bernama Wesabbe tidak boleh dilewatkan.Kompleks ini dikenal sebagai perumahan tertua di Makassar. Selain itu, kawasan ini juga dikenal masih memegang budaya, adat istiadat, maupun karakteristik leluhur yang dikenal dengan sipakatau, sipakainge’,dan sipakalebbi. Nilai budaya lokal itulah yang coba untuk dilestarikan dan diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui program kampung literasi dengan berbagai aktivitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk Menjabarkan aktivitas keaksaraan yang diselenggarakan di Kampung Literasi Wesabbe, khususnya berkaitan dengan pelestarian nilai-nilai sipakalebbi. Mengacu pada permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Melalui penelitian ini, dapat dinyatakan bahwa melalui berbagai program yang disediakan di Kampung Literasi Wesabbe, masyarakat tidak hanya didekatkan dengan aktivitas literasi, tetapi juga terjadi suatu fenomena sosial dimana terlihatnya nilai kearifan lokal yaitu sipakalebbi, terlihatnya sikap saling menghormati dan menghargai di antara warga masyarakat di sana, baik yang tua maupun yang muda. Proses pengenalan dan pemeliharaan keberaksaraan di Kampung Literasi Wesabbe ternyata juga mampu menjaga sinergitas danmewariskan nilai-nilai budaya lokal. Abstract: Indonesia faces its own challenges around literacy caused by demographic conditions and the difficulty in accommodating the characteristics of people who are still illiterate which creates its own diffi culties. In addition, there are not a few illiterate free people who fi nd it diffi cult to maintain their literacy due to the inability to function literacy skills in their daily activities. If the development of literacy in Indonesia is measured through the rapid growth of various services around literacy, then Makassar, especially the small complex called Wesabbe, cannot be overlooked. This complex is known as the oldest housing complex in Makassar. In addition, this area is also known to still hold the culture, customs, and characteristics of the ancestors known as sipakatau, sipakainge, and sipakalebbi. It is this local cultural value that tries to be preserved and integrated in everyday life through the literacy village program with its various activities. This study aims to describe the literacy activities held in Wesabbe Literacy Village, especially those related to the preservation of sipakalebbi values. Referring to the problems that are the focus of this research, this research uses a qualitative approach with the case study method. Through this research, it can be stated that through the various programs provided in Wesabbe Literacy Village,the community is not only exposed to literacy activities, but also a social phenomenon in which local wisdom values are seen, namely sipakalebbi, showing mutual respect and respect among community members in the community.there, both the old and the young. The process of introducing and maintaining literacy in Wesabbe Literacy Villagewas also able to maintain synergy and pass on local cultural values.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.