SEC adalah layanan unggulan dari RSISA yang memberikan pelayanan pada kesehatan mata yang menjadi pusat rujukan pengobatan mata bagi masyarakat Jawa Tengah. Dalam tiga tahun terakhir jumlah kunjungan rawat jalan mengalami peningkatan meskipun terdapat kecenderungan menurun. Kepuasan pasien menjadi salah satu indikator yang digunakan sebagai pencitraan awal rumah sakit apakah rumah sakit tersebut memberikan pelayanan yang baik bagi pelanggannya. Pihak rumah sakit perlu memahami karakteristik pasien untuk pengambilan keputusan terkait pelayanan rumah sakit sehingga pasien dapat merasa puas. Namun dalam pelaksanaan masih ada kecenderungan kurang puas pada pasien yaitu terhadap fasilitas pelayanan, waktu menunggu, pelayanan dokter, tarif, dan pelayanan administrasi pendaftaran pasien ASKES serta pelayanan administrasi pembayaran. Tujuan penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik pasien dengan kepuasan pasien pada pelayanan poli mata SEC RSISA. Penelitian dilaksanakan di SEC RSISA menggunakan penelitian kuantitatif dengan survei kepuasan Cross Sectional dengan jumlah responden 100 orang pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden termasuk dalam kelompok umur dewasa (68%), jenis kelamin wanita (58%), asal suku jawa (86%), pendidikan lanjut (61%), bekerja (54%), pendapatan tinggi (75%), diagnosa penyakit kasus dengan operasi (72%), dan tipe pembiayaan umum (55%). Selain itu sesuai dimensi kepuasan Linder-Pelz bahwa pasien merasa puas pada dimensi accessibility (43%), availibility of resources (35%), countinuity of care (29%), efficacy (54%), finances (47%), hummaneness (37%), information of gathering (44%), information of giving (30%), pleassantness of surrounding (35%), dan quality (10%). Hasil uji ChiSquare, uji korelasi Pearson Product Moment dan uji korelasi Rank Spearman menunjukkan tidak ada hubungan antara karakteristik dengan kepuasan pasien.
Bertambah banyaknya pasien BPJS menyebabkan rumah sakit harus mengatur efisiensi pengeluaran untuk pasien BPJS agar keuangan rumah sakit dapat berjalan dengan baik. Pengelolaan obat BPJS di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum mengalami kendala sehingga perlu dianalisa penyebab permasalahan pengelolaan obat BPJS dan bagaimana kebijakan rumah sakit dalam mengatasi permasalahan pengelolaan obat pasein sehingga penggeluaran biaya pasien BPJS tidak membengkak. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan subjek penelitian 1 direksi, 1 kepala instalasi farmasi, 1 petugas gudang, 1 tim verifikator, dan 4 orang petugas farmasi. Variabel penelitian ini adalah perencanaan obat, pengadaan obat, pendistribusian obat, pengendalian obat dan kebijakan rumah sakit. Analisis data yang digunakan content analysis yaitu pengumpulan data, reduksi data, menyajikan data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan perencanaan obat sesuai dengan formularium rumah sakit dan fornas, perencanaan dan pengadaan berdasarkan ROP, dalam instalasi farmasi tidak membuat RPO (Rencana Pengadaan Obat), dan tidak melakukan pengelolaan persediaan dengan cara VEN-ABC. Obat BPJS memiliki lead time lebih lama dibanding obat reguler, sehingga perhitungan ROP obat BPJS dan reguler harus terpisah. Kepatuhan dokter menulis resep sesuai fornas BPJS belum 100%. Pemberian obat BPJS di rumah sakit panti wilasa citarum sesuai fornas. Direksi menentukan pemberian obat diluar fornas yang diresepkan dokter dengan mempertimbangkan apakah pasien memang membutuhkan obat tersebut dan adanya alternatif obat pengganti lain yang masuk BPJS, dan dengan melihat harga obat.Rumah sakit mengatasi perbedaan harga obat adalah dengan penghematan di bagian lain yaitu dengan mengefisienkan pengobatan, BHP, pemakaian alkes yang lebih murah. Penelitian ini merekomendasikan beberapa saran yaitu bagi rumah sakit agar membuat RKO, melakukan perhitungan analisa VEN-ABC, membuat sistem ROP baru untuk obat BPJS, dan membuat pedoman ketetapan untuk pemberian obat pasien BPJS yang diluar fornas.
RS Muhammadiyah Darul Istiqomah Kendal merupakan RS tipe D yang ingin meningkatkan mutu pelayanannya setelah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Peningkatan mutu pelayanan berhubungan erat dengan tingkat kepuasan pasien. Untuk mengukur tingkat kepuasan pasien ada sepuluh indikator yang dikembangkan Linder-pelz(1982) dalam krowinski antara lain accessibility/convenience;availability of resources; continuity of care; efficacy/outcomes of care; finances; humaneness; information gathering; information giving; pleasantness of surroundings; quality/competence.Desain penelitian ini cross sectional dengan pendekatan kuantitatif, jumlah sampel 120 dengan mengukur tingkat kepuasan antara karakteristik pasien yang meliputi umur; jenis kelamin; pendidikan; pekerjaan; penghasilan; status kepesertaan JKN dengan 10 indikator yang dikembangkan Linder-pelz(1982).Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden merupakan pasien peserta BPJS PBI dengan berpenghasilan < 1500000. Rata-rata pasien puas terhadap pelayanan rawat inap. Indikator dengan skor kepuasan tertinggi adalah indikator quality/competence(87,5%) dan dimensi dengan skor kepuasan terendah adalah dimensi availability of Resources (61,66%). Penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kepuasan (p=0,304), dan antara usia dengan kepuasan (p=0, 346), ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kepuasan, penghasilan dengan kepuasan, status kepesertaan BPJS dengan kepuasan, antara pendidikan dengan kepuasan (p=0,00).Kesimpulan dari penelitian ini untuk manajemen RSDI yang harus segera diprioritaskan Kesiap siagaan perawat, kelengkapan alat pemeriksaan kesehatan, kemudahan cara pembiayaan pelayanan, tidak adanya biaya tambahan untuk obat tertentu, keseragaman dalam pelayanan keperawatan, penyampaian informasi tindakan, penyampaian informasi keadaan klinis, kebersihan dan kenyamanan lingkungan RS dan kompetensi karyawan..
Coronavirus has become certain threat toward dental and oral healthcare, therefore Dental and Oral Hospital as healthcare and academic facilities in dentistry should notice to conduct Coronavirus (Covid-19) prevention and control efforts. The article aims to analyze the importance of policies on Coronavirus (Covid-19) prevention and control in Dental and Oral Hospital. The Literature Review used in the article was Systematic Literature review method by analyzing 429 arcticles in the search engine of WHO scientific articles related to the key words and obtained 13 articles which were collected as the literature study materials which were related to the theme of the implementation of Coronavirus (Covid-19) prevention and control policies. Based on the result of the study it may get conlcuded that the Management Role of Dental and Oral Hospital as the designer and the instigator of healthcare service and academic activities implementation is very crucial. Commitment of the stakeholders should be performed yet need to consider the guidelines aspect which is suggested and used from various references as well as the central government’s policies to apply effective Coronavirus Disease (Covid-19) prevention and control. In the prevention and control related to dentistry academic activities it requires an available smart gadget and application to enable students listening and reviewing lectures at anywhere and anytime possible. Therefore, the implementation of Coronavirus Disease (Covid-19) prevention and control may run effectively and efficiently.
Primary Health Centre (PHC) is one of the public institution which have important role to provide health care services to the community. According to Regulation of Semarang Major no. 13 year 2016 about Governance Pattern of Local Public Service Institution (BLUD) of Puskesmas, since 2017 PHC in Semarang transformed into BLUD PHC which enable PHC to be more flexible, productive, efficient, and effective on managing their resources and finance. This research objective was to identify patient satisfaction of BLUD PHC in Semarang. This was quantitative research with cross-sectional design and research variables are tangible, reliability, responsiveness, assurance, empaty, dan patient’s satisfaction. Respondents were 140 patients of BLUD PHC in Semarang City: Bulu Lor, Gayamsari, Pudakpayung, Bangetayu, Halmahera, Kedungmundu, dan Mangkang. Result showed that most of the patient satisfied with the health care services in PHC. From all of the indicators, more than 80% respondents stated that they were satisfied with the services in PHC. The highest score was on responsiveness aspect, which 95.0% patient scored high on the PHC responsiveness. It could be because PHC already maximize their resources to provide high quality health care services.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.