ABSTRAKMinyak atsiri bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) (MABC) dengan kandungan bahan aktif terutama eugenol telah banyak diteliti berkhasiat sebagai antiinflamasi sehingga penelitian lanjutan terkait formulasinya perlu dilakukan. Formula yang dikembangkan pada penelitian ini adalah bentuk sediaan topikal yaitu salep dengan menggunakan basis larut air. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sifat fisik dari sediaan salep larut air dari MABC dan evaluasi terhadap sifat iritatifnya pada berbagai konsentrasi. Sediaan salep basis larut air MABC dibuat dengan menggunakan pencampuran antara PEG 400 dan PEG 4000 dengan metode peleburan. Salep dibuat dengan beberapa konsentrasi MABC yaitu 5%, 10% dan 15%. Salep dengan masing-masing konsentrasi dievaluasi sifat fisiknya berdasarkan parameter pH, daya sebar dan daya lekat. Salep yang telah diuji sifat fisiknya dievaluasi iritasinya terhadap kulit dengan menggunakan hewan uji marmut dengan metode Draize test. Data yang diperoleh dari percobaan kemudian dianalisis secara statistik dengan ANOVA menggunakan uji-T taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat fisik salep basis larut air dengan konsentrasi MABC 5%, 10% dan 15% memenuhi persyaratan parameter pH dan daya lekat. Sedangkan untuk daya sebar ketiga konsentrasi salep menunjukkan hasil yang kurang dari persyaratan yang ditentukan. Analisa statistik terhadap masing-masing percobaan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hasil percobaan terhadap uji iritasi menunjukkan bahwa salep basis larut air konsentrasi 5%, 10% dan 15% tidak menimbulkan iritasi pada kulit marmut.Kata kunci : minyak atsiri bunga cengkeh, salep basis larut air, uji iritasi,Draize test. ABSTRACT Essential oil of clove (Syzygium aromaticum) (MABC) with eugenol as its main active ingredient, has been studied as antiinflammatory agent. Its important to develop formulation in an advanced research. This study has been conducted to develop a topical dosage form (an ointment using a water-soluble base). The physical properties of water
Pendahuluan: Luka bakar merupakan peristiwa hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas. Penggunaan bahan alam sebagai pengobatan luka bakar menggantikan penggunaan obat dengan bahan sintetis yang dapat memberikan efek samping. Bahan alam yang memiliki aktivitas sebagai pengobatan luka bakar salah satunya adalah daun ubi jalar (Ipomoea batatas L.). Tujuan: Penelitian ini berfokus pada penggunaan fraksi etil asetat dari ektrak etanol daun ubi jalar (Ipomoea batatas L.) sebagai alternatif dalam pengobatan luka bakar. Metode: Ekstraksi senyawa dalam daun ubi jalar menggunakan etanol 70% dan difraksinasi menggunakan pelarut etil asetat. Fraksi etil asetat daun ubi jalar (Ipomoea batatas L.) diidentifikasi untuk melihat senyawa metabolit sekunder. Fraksi etil asetat daun ubi jalar (Ipomoea batatas L.) diformulasi dalam bentuk gel dengan konsentrasi 1%, 2% dan 3%. Uji luka bakar menggunakan hewan uji tikus galur wistar jantan yang telah diberikan perlakuan luka bakar derajat 2. Pembuatan luka bakar menggunakan logam berdiameter 2 cm yang dipanaskan pada api bunsen. Pengamatan luka bakar dilakukan setiap 3 hari sekali dengan mengukur diameter luka bakar. Penurunan luka bakar diolah menggunakan Uji One Way Anova dan dibuat grafik penurunan luka bakar. Hasil: Hasil analisa statistik dengan menggunakan Uji One Way Anova menunjukkan nilai p > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan signifikan secara statistik. Namun, secara kualitatif menunjukkan trend penurunan luka bakar, grafik tertinggi diperoleh pada pemberian F2 dengan konsentrasi fraksi etil asetat daun ubi jalar (Ipomoea batatas L.) 2%. Kesimpulan: Fraksi etil asetat daun ubi jalar (Ipomoea batatas L.) memberikan aktivitas pengobatan luka bakar.
AbstrakStroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu dan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker baik dinegara maju maupun berkembang. Di Indonesia, stroke merupakan penyebab kematian pada semua kelompok umur, dengan proporsi tertinggi pada usia 55-64 tahun mencapai, 26,8% baik diperkotaan maupun dipedesaan. Kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit stroke dan penanganannya secara alami, workshop pembuatan minuman pencegah stroke, serta pelatihan senam pencegah stroke. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan metode pretest dan postest terhadap materi penyuluhan yang diberikan serta kuisioner tentang pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan. Kegiatan pengabdian masyarakat diikuti oleh 43 peserta yang terdiri dari kader PKK dan kesehatan serta perwakilan lansia dari tiap RW di Gilingan, Banjarsari, Surakarta. Hasil kegiatan ini menunjukkan adanya peningkatan persentase tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta mengenai penyakit stroke setelah pemberian penyuluhan "Mengenal Penyakit Stroke" dari 35% menjadi 95%. Peningkatan jumlah peserta yang memahami cara penanganan penyakit stroke secara alami juga terlihat setelah pemberian penyuluhan "Pemanfaatan Obat Alam Indonesia untuk Terapi Penyakit Stroke" dari 42% menjadi 93%. Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pengabdian ini juga menunjukkan hasil yang sangat baik terhadap tema yang diambil sebanyak 86,05% peserta memilih sangat menarik dan 13,95% memilih menarik. Kegiatan pengabdian ini meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan wawasan mengenai penyakit stroke dan penanganannya secara alami bagi Kader PKK dan Kesehatan serta perwakilan para lansia di Gilingan, Banjarsari, Surakarta sehingga dapat mensosialisasikan ke seluruh masyarakat serta mengurangi angka kejadian stroke di daerah tersebut.Kata Kunci : stroke, pencegahan dan penanganan alami stroke, kader PKK dan kesehatan AbstractStroke is one of the cause of disability and death (its rank is after heart disease and cancer) worldwide. In Indonesia, stroke is the cause of death in all age groups, with the highest proportion is at the age of 55-64 years reaching 26.8% both in urban and rural areas. Community service activities in stroke promotive, preventive, curative, and rehabilitative forms was held by providing counseling about stroke and how to handle it naturally, workshops on making health drinks to prevent strokes, as well as stroke prevention exercises. Evaluation of activities was carried out with the pretest and posttest method of counseling material provided as well as questionnaires about the implementation of activities that had been carried out. Community service activities were attended by 43 participants consisting of PKK workers (kader), community health workers (kader), and elderly representatives from each RW in Gilingan, Banjarsari, Surakarta. The results of this activity indicate an increase in the percentage of the level of knowledge and understanding of participants regardin...
One of the most developed pharmaceutical preparations for paracetamol is a syrup. An important additional substance required in the formulation of the syrup is a coloring agent. Telang flower (Clitoria ternatea) is one of the plants that has been proved to contain anthocyanins. Anthocyanin is a compound which can be used as a coloring agent. Thus, it is important to further explore telang flower's potential as a natural coloring agent in paracetamol syrup preparation. This research was started with the extraction of the dye or anthocyanin content in the telang flower. The extraction was performed by ethanol with maceration method. Paracetamol syrups were prepared in four different formulations (F1, F2, F3, and F4). F1, F2, and F3 contained three increased concentrations of telang extract of 0.25%, 0.5% and 1.0%, respectively, while F4 was added with the synthetic food coloring agent, as a control. Each formula was evaluated based on its physical properties parameters including organoleptic observation, pH, density viscosity, and color stability test using spectrophotometry. The results of organoleptic, pH, density viscosity, and color stability parameters showed that telang extract with the concentration of 0.25% and 1% possessed more stable result than 0,5% concentration in the paracetamol syrup preparations.
ABSTRAKRambut jagung kaya akan senyawa bioaktif sehingga berpotensi digunakan sebagai tabir surya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi Ekstrak Rambut Jagung (ERJ) yang paling optimal pada krim tabir surya berdasarkan sifat fisik, nilai SPF dan efek iritasinya. Rambut jagung kering dimaserasi dengan etanol 96%, kemudian ekstrak rambut jagung yang diperoleh diformulasikan ke dalam bentuk krim tabir surya dengan 3 formula. Berbagai Formula ERJ pada sediaan krim tabir surya diuji stabilitas secara fisik, efektivitasnya berdasarkan nilai SPF, dan efek iritasi pada kulit secara Draize test. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan ANOVA menggunakan uji-T taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga formula krim tabir surya ERJ memenuhi persyaratan uji sifat fisik, tidak menyebabkan iritasi dan memiliki kemampuan nilai SPF yang beragam pada tiap formula. Uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan konsetrasi ekstrak rambut jagung pada masing-masing formula krim tabir surya ERJ tidak mempengaruhi hasil uji sifat fisik, uji iritasi dan nilai SPF. Krim tabir surya ERJ yang paling optimal adalah Formula III dengan konsentrasi ekstrak rambut jagung 0,15%Kata Kunci : ekstrak rambut jagung, krim tabir surya, uji sifat fisik, SPF, uji iritasi Corn silk is rich in bioactive compounds and has the potential to be used as a sunscreen. This study aims to determine the optimal concentration of corn silk extract on sunscreen creams based on physical properties, SPF values and their irritation effects. Dry corn silk was extracted with 96% ethanol, and it was formulated into a sunscreen cream with 3 formulas. Various corn silk extract formulas on sunscreen creams were tested for physical stability, their effectiveness was based on SPF values, and the irritation effect on the silk by Draize test. The result were analyzed statistically by ANOVA using a T-test level of 95%. The results showed that all formulas of corn silk extract cream fulfilled the test requirements of physical properties, did not cause irritation and had the ability of various SPF values in each formula. Statistical tests showed that differences concentration of corn silk extract in each formula of sunscreen cream did not affect the results of physical properties test, irritation test and SPF value. The most optimal cream of ERJ sunscreen is Formula III with 0.15% corn hair extracts concentration.Key words : corn silk extract, suncreen cream, physical test, SPF, irritation test
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.