<p>The human as human being should experience the development every time, including on the basic age of child (7-13 years old). One of important aspects of human development is cognitive aspect. Cognitive development is an comprehensive development relating with thinking ability, such as the ability of thingking, reasoning, expressing idea, imagination and creativity. According to Piaget’s theory, the cognitive development of basic age child consists of two phases: the first is concrete operational phase (7-11 years old) that is a phase where the child has been able to function his/her mind to think logical, rational and objective, but it is just limited on the object concrete. The second is formal operational phase (11-12 more years old) that is a phase where the child has used his/her mind to think a matter which will be or ought to be happening (hyphotheses) and a abstract matter. In spite of the same phase, cognitive development of child has difference in every age level that it is very significant to be known especially in education scope in teaching and learning process. Referred to new version of Talksonomi Bloom Theory, the child who is 7 years old has been at C1, C2 and C3 level but it is still limited, age 8 years is C2 and C3 level; age 9 years is C3 level which is high level; age 10 years is C3, C4 and C5 level which is limited, age 11 years is C4, C5 and C5 level; and 12 years more is C6 level which is better. The significance of comprehension about the cognitive ability level of child becomes reference to choose material lesson, to determine strategy, model and learning method. The purpose is to able to create effective learning and to be able to comprehend the material maximally which it is hopefully compatible with the belonging of child’s cognitive ability.</p><p> </p><p><strong>Keyword : </strong>Cognitive Development, Basic Age Child, Teaching and Learning<strong> </strong></p>
Teaching materials used so far are less integrative and contextual in learning, so that the impact on the achievement of learning outcomes that are not optimal is not even rare for students to obtain learning outcomes below the standard set. The purpose of this research is to make contextual approach-based development of integrative science teaching material in MI Nurul Haromain Kulon Progo. The method of this research is research and development. The research steps are potential and problem, data collection, product design, design validation, design revision, product testing, product revision, and final product. The subject of this reserach is fifteen students of fourth level students. The percentage of students's learning success from the final product trial was obtained on the affective aspect 80% satisfying, on the cognitive aspects 86.66% satisfying, and on the skill aspects 83.33% satisfying. According to the research result, the researcher concluded that contextual approach-based development of integrative science teaching material be able to create active, effective, pleasent, meaningful, and functional learning which had an impact on students' satisfied learning success.
Pandangan masyarakat mengenai agama dan ilmu rasional sebagai dua entitas yang berbeda menimbulkan pola pikir dikotomistik terutama dalam bidang pendidikan. Namun, terdapat suatu lembaga pendidikan yang secara serius mengintegrasikan sains dan agama yaitu Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu. Point yang dijawab dari hasil peneltian ini bagaimana pengintegrasian materi Pendidikan Agama Islam (PAI) ke dalam ilmu-ilmu rasional di SMA IT Abu Bakar Yogyakarta. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) bersifat kualitatif. Hasil temuan dari penelitian ini yaitu pertama, pada level filosofi integrasi PAI ke dalam ilmu-ilmu rasional ditemukan pada rumusan visi dan misi sekolah menjadi sekolah unggul dalam aspek IPTEK dan IMTAK; pada level materi, materi PAI diintegrasikan ke dalam materi ilmu sosial, sains, matematika, dan kewarganegaraan; sedangkan pada level strategi pembelajaran, guru mengintegrasikan ayat-ayat atau hadits berserta tafsirnya di setiap tahapan proses pembelajaran yang berdampak terhadap peningkatan keterampilan berfikir kreatif, inovatif, kritis, dan motivasi belajar peserta didik. Pengintegrasian tersebut juga memberikan pemahaman bahwa Islam sebagai sumber ilmu-ilmu rasional dan sumber nilai sebagaimana yang dijelaskan di dalam al-Qur’an dan hadits yang mendidik peserta didik memperaktekkan atau mengkontekstualisasikan pengetahuan yang diperoleh melalui sikap dan perilaku di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan penelitian ini adalah untuk megetahui peningkatan keaktifan belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah dengan menerapkan strategi belajar Giving Question And Getting Answer (GQGA). Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan tiga siklus tindakan yang merujuk model Kemmis dan Mc. Taggart. Subyek penelitian ini peserta didik kelas IV MIN 2 Bandar Lampung TA. 2018/2019 sebayak 30 peseta didik. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan test. Analisis penelitian ini, menggunkan pendekatan data kualitatif dan kuantitatif. Temuan penelitian menunjukan strategi GQGA dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik dilihat tiga aspek: kerjasama, mengemukakan pendapat, dan pemecahan masalah menunjukan rata-rata siklus I sebesar 71,71%, siklus II rata-rata terjadi peningkatan sebesar 82,18%, dan pada siklus III juga mengalami peningkatan sebesar 88,07% dari standar capain sebesar 80%. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi GQGA dapat meningkatkan keaktifan belajar peserta didik pada pemebelajaran IPA tema ”peduli lingkungan, berbagai pekerjaan, dan pahlawanku“.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan terkait Analisis Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Kegiatan Ekstrakulikuler Drumband Siswa di Sekolah Dasar Negeri 2 Gumawang. Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) Untuk mengetahui nilai karakter yang terkandung dalam ekstrakulikuler Drumband siswa. (2) Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler Drumband siswa. (3) Untuk mengetahui kendala dalam pelaksanaan kegiatan esktrakulikuler Drumband siswa. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini yaitu, pendidikan yang dapat membuat seseorang memiliki kepribadian yang lebih baik agar dapat membuat seseorang memiliki kepribadian yang lebih baik melalui penanaman nilai pembentuk karakter bangsa dalam kegiatan ekstrakulikuler. Ekstrakulikuler drumband merupakan sekelompok barisan orang yang memainkan lagu dengan beberapa macam alat music secara bersama-sama yang dimainkan dilapangan terbuka. Nilai karakter yang diutamakan yaitu nilai kedisiplinan, bertanggung jawab, bersahabat dan integritas. Dalam pelaksanaan kegiatan ini adanya partisipasi dari guru pembina dan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler ini dengan melakukkan pembiasaan, nasihat, serta disisipkan dalam rangkaian kegiatan latihan ekstrakulikuler. Sedangkan kendala dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler ini pada kelengkapan sarana dan prasarana alat drumband maupun pada siswa anggota drumband itu sendiri selama kegiatan ekstrakulikuler.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.