Menghadapi persaingan industri yang semakin ketat, perusahaan manufaktur berusaha meningkatkan daya saingnya dengan meningkatkan produktifitas, kualitas dan juga efisiensinya. Dalam proses produksi pembuatan produk, perusahaan juga menghadapi permasalahan terjadinya waste. Waste berdampak secara langsung kepada menurunnya produktivitas dan tingginya biaya produksi. Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah menerapkan lean manufacturing, yaitu konsep yang bertujuan untuk menghasilkan proses manufaktur yang lebih efisien dengan mengeliminasi semua unsur waste dalam proses pembuatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil rancangan model lean manufacturing dengan menggunakan beberapa alat bantu yang sesuai untuk mereduksi biaya dan meningkatkan customer perceived value. Rancangan model perlu divalidasi dengan menggunakan kasus pada perusahaan manufaktur tertentu. Diharapkan rancangan model lean manufacturing dapat menjadi solusi bagi perusahaan manufaktur untuk dapat mereduksi biaya dan meningkatkan customer perceived value.
Intisari- Kualitas produk merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan profit bagi perusahaan dan merupakan daya saing dengan perusahaan sejenis. Makalah ini mengkaji tentang perbaikan kualitas produk yang dihasilkan industri manufaktur. Kajian ini dilakukan di PT. Cahaya Metal Perkasa yang memproduksi Nestable 100. Persentase cacat produk Nestable 100 ini cukup besar sehingga perlu dilakukan perbaikan kualitas untuk mengurangi produk cacat tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengurangi cacat pada produk Nestable 100 menggunakan konsep Six Sigma melalui tahapan Define-Measure-Analyze-Improve-Control (DMAIC). Identifikasi Critical to Quality dan pendefinisian proses dengan menggunakan diagram Supplier-Input-Process-Output-Customer dilakukan pada tahap Define.. Uji stabilitas proses dengan menggunakan peta kendali dan menghitung tingkat sigma dilakukan pada tahap measure. Tingkat sigma yang diperoleh pada tahap measure sebesar 2,7 sigma. Dengan menggunakan diagram pareto pada tahap Analyze diperoleh tiga jenis cacat yang paling dominan yaitu Flange NG, Punch NG dan Corrugasi NG. Identifikasi penyebab kegagalan terjadinya jenis cacat pada tahap analyze menggunakan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan dilanjutkan dengan Fault Tree Analysis (FTA). Hasil Fault Tree Analysis yaitu terjadinya pencetakan corrugasi yang meleset dengan nilai probabilitas 0,517, gelombang dies tidak sama dengan nilai probabilitas 0,572 dan stopper bergeser dengan nilai probablitas 0,360. Usulan perbaikan yang diberikan adalah membuat Checksheet, membuat Record card, dan membuat Jig. Usulan perbaikan diimplementasikan pada tahap control, dan tingkat sigma pada tahap ini naik menjadi 3,04 sigma.Abstract- Product quality is an important factor in increasing profit for the company and is the competitiveness of similar companies. This paper examines the improvement of product quality produced by the manufacturing industry. This study was conducted at PT. Cahaya Metal Perkasa which produces Nestable 100. The defect percentage of Nestable 100 products is quite large, so it is necessary to improve the quality to reduce these defective products. The purpose of this study was to reduce defects in Nestable 100 products using the Six Sigma concept through the Define-Measure-Analyze-Improve-Control (DMAIC) stages. Identification of Critical to Quality and defining the process using the Supplier-Input-Process-Output-Customer diagram is carried out at the Define stage. Process stability testing using a control chart and calculating the sigma level is carried out at the measure stage. The sigma level obtained at the measure stage is 2.7 sigma. By using the Pareto diagram at the Analyze stage, the three most dominant types of defects are Flange NG, Punch NG and Corrugation NG. Identification of the cause of the failure of the defect type at analyze stage using Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) and continued with Fault Tree Analysis (FTA). The results of the Fault Tree Analysis were the occurrence of incorrect corrugation printing with a probability value of 0.517, the dies wave was not the same as the probability value of 0.572 and the stopper shifted with a probability value of 0.360. The suggested improvements are to make a Check sheet, create a Record card, and make a Jig. Proposed improvements are implemented at the control stage, and the sigma level at this stage increases to 3.04 sigma.
<p>Penelitian ini bertujuan untuk merancang model pemilihan industri komponen otomotif<br />yang ramah lingkungan. Pendekatan yang digunakan dalam merancang model adalah proses<br />hirarki analitik, adapun identifikasi kriteria dan sub kriteria menggunakan pendekatan Fuzzy<br />Delphi Method. Sumber data yang digunakan yaitu data sekunder terkait dengan perancangan<br />model dan data primer dari pakar untuk pemilihan kriteria, sub kriteria, dan perbandingan<br />berpasangan antar faktor, kriteria, dan sub kriteria. Model yang dihasilkan menggunakan 5<br />(lima) level hirarki yaitu level 1 merupakan tujuan, level 2 terdiri dari 3 (tiga) faktor, level 3<br />terdiri dari 11 (sebelas) kriteria, level 4 terdiri dari 22 (dua puluh dua) sub kriteria, dan level 5<br />terdiri dari 6 (enam) alternatif pilihan. Berdasarkan bobot faktor yang diperoleh, model<br />pemilihan industri komponen otomotif yang ramah lingkungan lebih memprioritaskan pada<br />faktor pengelolaan limbah / emisi dengan bobot sebesar 0,6370. Pada faktor tersebut, kriteria<br />program penurunan emisi CO2 merupakan prioritas utama dengan bobot sebesar 0,6480.<br />Prioritas berikutnya adalah pada faktor proses produksi dengan bobot sebesar 0,2580. Pada<br />faktor proses produksi, kriteria teknologi proses merupakan prioritas utama dengan bobot faktor<br />sebesar 0.3860. Sedangkan untuk sub criteria dari kriteria teknologi proses, bobot terbesar<br />adalah penerapan Reduce, Reuse, Recycle (3R) yaitu 0,7172. Oleh karena itu, upaya<br />penurunan emisi CO2 dan penerapan Reduce, Reuse, Recycle (3R) akan menjadi penentu bagi<br />industri komponen otomotif untuk masuk dalam kategori industri yang ramah lingkungan.</p>
The D’Arcadia Treasure (DAT) is a Small and Medium Enterprises (SME) that made shoes from traditional Indonesian fabrics. The research objective is to design a structured and documented quality control system to make companies easier to control the production process according to the quality standards desired by consumers. The initial stage is to identify of DAT’s Critical to Quality that will be the basis for compiling a Quality Plan, then using Statistical Process Control method for the control process and Cost of Quality identification. The results of the initial condition analysis are known there are 5 stages of the main process of making flat shoes as the object of research, namely spraying, pattern making, sewing, assembly, and finishing. Furthermore, the quality control system is designed to be divided into 3, namely raw material receipts, production processes, and finished goods equipped with quality control tools checksheet tables and instructions for use. The results of the implementation and analysis of Failure Mode Effect Analysis obtained the highest RPN value of 224 in the assembly process. The entire series of control processes are carried out with the Plan Do Check Action procedure which is a continuous cycle to be implemented in the company.
is a subsidiary of PT. Adhi Karya (persero) tbk, which produces precast concrete, including spun pile. There was a problem in spun pile production; the average percentage of spun pile defects was 0.71%, exceeding the company standard, which was 0.5%. Therefore, this research was conducted to analyze the defect and provide improvement proposals to reduce the defective products. Five dominant defects that occurred were fin, chipped, sticky skin, curved, and broken. Based on the Spun Pile production process analysis, the DPMO of 617, and sigma level value of 4.73. Based on these criteria, the improvement proposal will be evaluated. The apriori algorithm indicated two defects have a strong combination relationship; they are Curved and Sticky Skin. Another defect prioritized to solve is Fin, the second-highest RPN from FMEA analysis. The use of rust remover can make the improvement proposal given to overcome fin defects. The use of mold cleaning forms is to overcome sticky skin and curved caused by unhardened concrete using a Thermocouple on steaming tubs. This research can only be carried out until the improvement stage because the proposed improvements cannot be implemented due to the lockdown situation at the factory.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.