Mosque is an architectural work and public facility that serves as a worship place for Muslims. Mosque architectural elements include domes (roofs), mihrab, minaret, arch, and ornaments. Mosque architecture comprises of various elements, which adapt to the local culture where the mosque is located. As such, its presence also bears some impacts on the appearance of urban architecture. Malang city as one of the major cities in East Java has numerous rapidly developing mosque architectures, including Jami’ Great Mosque of Malang, Sabilillah Mosque, Nurul Muttaqin Mosque, Ahmad Yani Mosque, and Manarul Huda Mosque. The meaning of architectural work is also closely related to the perception of humans who observe it. The public preference for the architectural characteristics of mosques in Malang city is a manifestation of architectural work. Conjoined analysis is employed as method operative to analyze public preference. This study aims to find out the architectural characteristics of mosques in Malang city according to public preferences. The findings can serve as a recommendation for the development of mosque architectural designs in Malang city, especially those possessing locality values. The architectural characteristics of mosques in Malang city which are driven by the public preferences ranging from the highest to the lowest, which is why mosques generally have calligraphy ornaments, circular arch, pentagon-shaped minaret, Indo-Persian dome, and two-minaret design.
Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi karakter fisik, sosial, ekonomi dan budaya kawasan Kembang Jepun, menganalisis potensi masalah terkait pelestarian kawasan Kembang Jepun dan menentukan strategi pelestarian kawasan Kembang Jepun. Persepsi masyarakat digunakan untuk menganalisis bobot nilai-nilai makna kultural kawasan Kembang Jepun, terutama makna kultural umur, estetika, kelangkaan, keaslian, memperkuat kawasan dan citra kawasan. Berdasarkan metode IPA (Importance Performance Analysis), nilai-nilai makna kultural yang dijadikan prioritas utama (bobot 3) dalam penentuan strategi pelestarian bangunan di kawasan Kembang Jepun adalah makna kultural memperkuat kawasan (fungsi bangunan dipertahankan seperti aslinya), makna kultural citra kawasan (ciri bangunan diulang secara dominan pada bangunan lain, merupakan tengeran masyarakat dan fungsi sesuai dengan karakter kawasan Kembang Jepun). Makna kultural yang memiliki bobot 2 adalah Estetika, kelangkaan dan makna kultural yang memiliki bobot 1 adalah Umur dan Keaslian. Bobot makna kultural tersebut dikombinasikan dengan nilai makna kultural per-bangunan kuno dan didapatkan 11 bangunan kuno dengan strategi pelestarian Preservasi, 34 bangunan kuno dengan strategi pelestarian Konservasi, 27 bangunan kuno dengan strategi pelestarian Revitalisasi dan 17 bangunan kuno dengan strategi pelestarian Rehabilitasi.
Kota Malang dianugerahkan sebagai kota layak huni berdasarkan IAP dalam kajian Most Livable City Index di tahun 2017. Namun, perlu adanya kajian lebih lanjut dalam mengidentifikasi area mana saja yang masuk dalam kategori kelayakhunian tinggi, sedang, dan rendah di Kota Malang berdasarkan indikator fisik yang mengandung nilai spasial. Fokus dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menilai zona layak huni di Kota Malang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis skoring dan analisis spasial menggunakan bantuan GIS. Data-data yang digunakan adalah data sekunder dari instansi terkait serta hasil observasi kondisi eksisting Kota Malang.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.