Adolescence is a period of human growth and development that occurs after childhood and before adulthood, from age 10 to 19 years. Reproductive health is a state of physical, mental, and social as a whole, not merely the absence of disease or infirmity, but in all aspects related to the reproductive processes, functions and system at all stages of life. This study was aimed to determine the level of knowledge, attitudes, and behavior of adolescents about reproductive health. This was a descriptive study with a cross sectional design using questionnaire as the instrument. Population were all students at grade XI SMK Negeri 1 Manado and SMK Kristen Getsemani (vocational high schools) Manado. The results showed that of 200 respondents, 182 (91%) had good knowledge and 192 (96%) had good attitude about reproductive health. The adolescence reproductive health behavior indicated a trend in shifts of certain values. Conclusion: Most adolescents had good knowledge and attitudes about reproductive health. Albeit, adolescent sexual behaviors from the low (such as a kiss on the cheek) to the high risk (such as sexual intercourse) had been committed by adolescents in this study.Keywords: Adolescent reproductive health, knowledge, attitudes, behavior. Abstrak: Remaja adalah periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, dari usia 10 sampai 19 tahun. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, tetapi dalam segala aspek yang berhubungan dengan proses reproduksi, fungsi, dan sistem dalam semua tahap kehidupan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja tentang kesehatan reproduksi. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang, menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Populasi penelitian ini idalah seluruh siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Manado dan SMK Kristen Getsemani Manado. Hasil penelitian mendapatkan 200 responden. Terdadpat 182 responden (91%) memiliki pengetahuan yang baik dan 192 responden (96%) memiliki sikap yang baik tentang kesehatan reproduksi. Perilaku remaja tentang kesehatan reproduksi menunjukkan adanya kecenderungan pergeseran nilai-nilai. Simpulan: Sebagian besar remaja memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan reproduksi. Perilaku seksual remaja dari yang tergolong ringan (seperti cium pipi) sampai tergolong berisiko tinggi (seperti hubungan seksual) telah dilakukan oleh remaja dalam penelitian ini. Kata kunci: kesehatan reproduksi remaja, pengetahuan, sikap, perilaku
Anemia due to iron deficiency is one of the major causes of anemia among Indonesian pregnant women. In developed country, the deaths of mothers and infants are relate to anemia caused by iron deficiency. This study aimed to obtain the profile of maternal anemia at the primary health care Bahu Manado. This was a descriptive prospective study with a cross sectional design. Samples were sobtained by using total sampling method consisted of 40 pregnant women. Serum iron (SI) was examined among anemic pregnant women. The results showed that of the 40 pregnant women, 13 (32.5%) had anemia. Of the 13 anemic pregnant women, 8 (61.5%) had decreased SI. The analysis found that there was a relation between age, age of pregnancy, parity, education, and job with anemia and decreased SI. It is recommended to consume enough iron during pregnancy and have a regular check up, and treatment in case that the iron level is not optimal.Keywords: anemia, pregnant woman, iron deficiency Abstrak: Anemia defisiensi besi merupakan penyebab utama terjadinya anemia pada ibu hamil di Indonesia dengan prevalensi yang cukup tinggi sehingga masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Di negara berkembang kematian ibu dan janin berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil zat besi (Fe) pada ibu hamil dengan anemia di Puskesmas Bahu Manado. Jenis penelitian deskriptif prospektif dengan desain potong lintang. Pemilihan sampel menggunakan metode total sampling yaitu dengan menggunakan seluruh populasi berjumlah 40 orang. Serum iron (SI) diperiksa pada ibu hamil dengan anemia. Hasil penelitian menunjukkan dari 40 ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Bahu Manado, didapatkan 13 (32,5%) ibu hamil mengalami anemia. Dari 13 ibu hamil yang anemia, didapatkan 8 (61,5%) ibu hamil mengalami penurunan kadar SI . Hasil analisis mendapatkan hubungan antara usia, usia kehamilan, paritas, pendidikan dan pekerjaan dengan anemia dan penurunan kadar SI pada ibu hamil. Disarankan kepada ibu hamil untuk memenuhi asupan zat besi saat hamil dan melakukan kontrol pemeriksaan serta mendapatkan pengobatan bila kadar zat besi (Fe) tidak berada pada nilai optimal. Kata kunci: anemia, ibu hamil, defisiensi besi
ABSTRAKObjectives: The main objective of this study was to determine the relationship between BMI and β-HCG levels with hyperemesis gravidarum. Materials and Methods: This study was a case control study which compares between BMI and β-Hcg levels of patients with hyperemesis gravidarum and without hyperemesis gravidarum. This study was conducted at Obstetric and Ginecology
Sex steroid hormones estrogen and progesterone are the main compounds in hormone replacement therapy (HRT). Due to the Woman’s Health Initiative report 2002, the use of these compounds was controversial. It was reported that these hormones increased the risks of stroke, coronary heart disease, venous thromboembolism, and breast cancer, especially if they were used for a long period of time. The role of sex steroid hormones in inducing or promoting breast malignancy is still not clearly understood. Hypothetically, the polymorphism in receptors and steroidogenesis in breast tissues are involved in promoting the proliferation of breast cells that may trigger carcinogenesis. Although there is a significant benefit in administration of HRT for the menopausal women, there are also probable risks due to this therapy. After prolonged debates and controversies about HRT, it is accepted that there is a significant increase in breast cancers due to the use of combined HRT after 3-4 years. Due to the adverse outcome, the use of hormone therapy must start from the lowest dose and for the shortest period of time.Keywords: hormone replacement therapy, estrogen, progesterone, breast cancerAbstrak: Hormon seks steroid estrogen dan progesteron merupakan kandungan utama dari terapi sulih hormone (TSH). Penggunaan kedua hormon tersebut mendatangkan kontroversi setelah Woman’s Health Initiative pada tahun 2002 melaporkan peningkatan risiko stroke, penyakit jantung koroner, venous thromboembolism dan kanker payudara terutama pada penggunaan jangka panjang. Peran hormon steroid seks dalam meningkatkan keganasan payudara belum jelas dipahami. Secara hipotetik, polimorfisme pada reseptor dan kemampuan steroidogenesis dari jaringan payudara berperan dalam meningkatkan proliferasi sel-sel payudara dan memicu karsinogenesis. Meskipun terdapat keuntungan bermakna dari penggunaan TSH pada wanita menopause, namun terdapat juga kemungkinan risiko yang perlu dipertimbangkan. Setelah melalui berbagai perdebatan dan kontroversi mengenai TSH, disepakati bahwa terdapat peningkatan bermakna dari keganasan payudara setelah 3-4 tahun menggunakan TSH kombinasi. Oleh karena efek samping tersebut maka penggunaan TSH harus dimulai dengan dosis yang serendah mungkin dengan durasi pemakaian yang sesingkat-singkatnya.Kata kunci: terapi sulih hormon, estrogen, progesteron, kanker payudara
Adolescence is a period that very sensitive and vulnerable to stress that caused by more rapid physical maturation process than the psychosocial maturation. Stress involves the neuroendocrinology system as a system that has a large role in the female reproduction and therefore contributes to menstrual pattern. Ongoing stress can lead to depression. The prevalence of stress on women is 2 times higher than man. This research aims to determine whether there is a correlation between stress and menstrual pattern on female college student in Medical Faculty 2010 of Sam Ratulangi University Manado. Methods: Design of this research is using analytical observational methods with cross sectional approach. The sampling technique that used is total sampling and 90 respondents that appropriate with the specified criteria and the collecting data technique is using DASS 42 questionnaires. Results: Data obtained most about stress level characteristics is at the normal group which is 54 respondents (60 %) and the fewest is at very severe stress group which is 2 respondents (2,2 %). Data on the characteristics of menstrual cycle, respondents that obtained in regular category is 69 respondents (76,7 %) and in negative category is 21 respondents (23,3,%). Conclusion: There is a correlation between stress level and menstrual cycle on the female college student in Medical Faculty 2010 of Sam Ratulangi University Manado. It is proved by the result of the research which is obtained that most of respondents had a normal stress level with the number of 54 respondents (60 %) and most of respondents had regular menstrual cycle with the number of 69 respondents (76,7 %). Keywords : Stress, menstrual cycle. Abstrak: Masa remaja merupakan masa sangat sensitif dan rawan terhadap stres yang disebabkan proses pematangan fisiknya lebih cepat dari pematangan psikososial. Stres melibatkan sistem neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita sehingga berpengaruh terhadap pola menstruasi.Stres yang berkelanjutan dapat menyebabkan depresi.Prevalensi depresi pada wanita 2 kali lebih tinggi dibanding pria.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara stres dengan pola menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Angkatan 2010. Metode: Desain penelitian menggunakan metode obsevasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dan 90 responden yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan dan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner DASS 42. Hasil: Data didapatkan paling banyak mengenai karakteristik tingkat stress yaitu pada kelompok normal sebanyak 54 responden (60%) dan paling sedikit pada kelompok stress sangat parah 2 responden (2,2%). Data mengenai karakteristik siklus haid, responden penelitian didapatkan pada kategori teratur dengan jumlah 69 responden (76,7%) dan pada ketegori negatif 21 responden (23,3%). Simpulan: Terdapat hubungan antara tingkat stres dengan siklus haid pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sam ratulangi Manado.Dibuktikan dengan hasil penelitian dimana terdapat sebagian besar responden mengalami tingkat stres normal dengan jumlah 54 responden (60%) dan sebagian besar responden mengalami siklus haid teratur dengan jumlah 69 responden (76,7%). Kata kunci: Stres, pola menstruasi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.