Penyebaran Covid-19 yang sangat cepat menyebabkan pemerintah memberlakukan berbagai kebijakan untuk mengantisipasi cepatnya penyebaran Covid-19. Sumatera Utara khususnya kota Medan telah ditetapkan dalam zona Merah yang dikategorikan resiko tinggi. Oleh karena itu perlu dilakuka pemeriksaan (screening) Covid-19 pada karyawan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Tujuan kegiatan ini adalah mendeteksi secara dini kasus paparan Covid-19 setelah libur hari raya dan masuk kembali bekerja ke Universitas Sari Mutiara Indonesia. Dilakukan persiapan dengan berkoordinasi dengan Univeritas Sari Mutiara Indonesia dan Klinik Pratama Nusantara kesehatan. Dilakukan registasi peserta sebanyak 215 orang, dijelaskan mekanisme pemeriksaan dan diajarkan cara mengumpulkan sampel hembusan nafas serta peserta melakukan menampung hembusan nafasnya didalam kantong dan mencantumkan nama secara lengkap. Kemudian, dilakukan pemeriksaan oleh mesin GeNose C19 dan didapatkan hasil negatif pada seluruh peserta, yang artinya karyawan Universitas Sari tidak terpapar Covid-19 setelah libur hari raya lebaran. Kata kunci: Deteksi Dini, GeNose 19, Pemeriksaan Covid 19
Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah seseorang di atas normal yang dapat mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Kondisi tekanan darah berkaitan dengan penurunan fungsi kognitif. Tekanan darah yang tinggi dapat meningkatkan terjadinya gangguan vaskularisasi pada otak, yang tentunya akan berpengaruh terhadap sistem kerja otak yang menjadi pusat kognitif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan fungsi kognitif dengan tekanan darah pada pasien hipertensi. Jenis penelitian ini yaitu analitik korelasi dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi di UPT Puskesmas Tanjung Rejo Deli Serdang yang berusia 35-49 tahun. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian ini memakai kuesioner dan data diuji terlebih dahulu dengan uji normalitas Kolmogorof Smirnov, karena data tidak berdistribusi normal maka dilakukan alternatif menggunakan uji uji spearmen. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tekanan darah nilai mean=155,8; SD=12,3. Rata-rata fungsi kognitif mean=23,21; SD=1,71 dan hubungan fungsi kognitif dengan tekanan darah pada pasien hipertensi nilai p value = 0,006; r= -0,376 yang berarti ada hubungan fungsi kognitif dengan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan kekuatan korelasi cukup. Kata Kunci : Fungsi Kognitif, Tekanan Darah, Hipertensi
Salah satu penyakit tidak menular menjadi permasalahan kesehatan dunia adalah gagal ginjal kronis. Diperlukan kepatuhan dalam proses penatalaksanaan hemodialisis untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Ketidakpatuhan menimbulkan komplikasi kegawatan berdampak pada kualitas hidup pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien Gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSUD Gunungsitoli Nias. Penelitian ini menggunakan desain analitik komparatif dengan rancangan penelitian crossectional study. Populasi penelitian ini adalah pasien Gagal Ginjal Kronis yang menjalani terapi hemodialisis di Unit Hemodialisis Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli Nias dengan teknik pengambilan data menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah sampel didapatkan sebanyak 48 orang. Alat pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner dan uji satatistik menggunakan Person Chi-Square Test. Hasil penelitian menunjukkan faktor usia mayoritas 31-40 tahun (62,5%), jarak mayoritas ≥ 3 km (68,8%), pendapatan mayoritas tinggi (41,7%), motivasi mayoritas tinggi (68,8%), dukungan keluarga mayoritas baik (50%) dan kepatuhan mayoritas patuh (66,7%). Uji Person Chi-Square menunjukkan faktor usia (p=0,407), jarak (p=0,509) dan motivasi (p=0.186) dan faktor pendapatan (p=0.001) dan dukungan keluarga (p=0,000). Kesimpulan penelitian ini adalah faktor usia, jarak dan motivasi mempengaruhi kepatuhan sedangkan faktor pendapatan dan dukungan keluarga mempengaruhi kepatuhan pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSUD Gunungsitoli Nias. Disarankan kepada keluarga dan petugas kesehatan dapat memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang menjalani hemodialisa dan selalu mendampingi serta memberi semangat dalam menjalani hemodialisis, Bagi pasien agar meningkatkan kepatuhan akan terapi hemodialisis untuk meningkatkan kualitas hidup. One of the non-communicable diseases in the world about health problem is chronic kidney failure. Adherence is required in the management process of hemodialysis to achieve a better quality of life. Noncompliance cause emergency complications that affect the quality of life of patients. The purpose of this study was to determine the factors that influence the compliance of patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis in the RSUD Gunungsitoli Nias. This study used a comparative analytic design with a crossectional study design. The population of this study was patients with Chronic Kidney Disease who underwent hemodialysis therapy at the Hemodialysis Unit of the Gunungsitoli General Hospital in Nias with data collection techniques using accidental sampling technique with a total sample of 48 people. The data collection tool uses questionnaire instruments and statistical tests using the Person Chi-Square Test. The results showed the majority of age factors were 31-40 years (62.5%), the majority of the distance ≥ 3 km (68.8%), the income of the majority was high (41.7%), the motivation of the majority was high (68.8%), support the majority of the family is good (50%) and the majority compliance is obedient (66.7%). Person Chi-Square test shows age (p = 0.407), distance (p = 0.509) and motivation (p = 0.186) and income factors (p = 0.001) and family support (p = 0,000). The conclusion of this study is that age, distance and motivation factors influence adherence while income and family support factors influence adherence in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis in Gunungsitoli Nias General Hospital. It is recommended to families and health workers to provide support to family members who undergoing hemodialysis and always accompany and encourage them to undergo hemodialysis, for patients to improve adherence to hemodialysis therapy to improve quality of life.
Cara mengatasi kondisi low back pain salah satu penatalaksaannya adalah fisioterapi. Hasil penelitian (Kusuma and Setiowati 2015) bahwa latihan fisik dengan pemberian William Flexion Exercise dapat meningkatkan lingkup gerak sendi penderita low back pain. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah: 1) untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang latihan fisik dalam pencegahan low back pain (LBP), 2). agar masyarakat mengetahui pengaruh latihan fisik terhadap pencegahan low back pain (LBP) dan, 3) agar masyarakat dapat memahami latihan fisik dalam mencegah low back pain (LBP). Metode yang dilakukan adalah dengan cara memaparkan materi untuk meningkatkan pengetahuan dengan menggunakan power point dan leaflat dan demonstrasi langsung agar peserta terampil dalam melakukan latihan fisik William Flexion Exercise. Pendidikan kesehatan yang dilakukan pada peserta kegiatan setelah dievaluasi mereka mampu memahami, menjelaskan definisi, penyebab, tanda dan gejala, serta cara mengatasi low back pain. Mereka juga bersedia melakukan gerakan-gerakan tersebut di rumah secara mandiri sesuai panduan pada leaflat yang telah diterima
Hemodialisa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius, selain itu biaya perawatan dan pengobatan cukup mahal. Pasien yang menjalani hemodialisa dalam jangka waktu panjang harus menghadapi berbagai masalah, seperti kesulitan untuk bekerja dan dorongan seksual yang menurun. Gaya hidup yang harus berubah mempengaruhi semangat hidup seseorang dengan konsep diri yang buruk. Pasien yang memiliki konsep diri negatif kemungkinan mengalami depresi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri dengan kejadian depresi pada pasien yang menjalani hemodialisa. Metode: Desain penelitian ini menggunakan analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Subjek dalam penelitian ini adalah pasien yang menjalani hemodialisa secara rutin di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang berjumlah 37 orang dengan tekhnik pengambilan sampel total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Konsep Diri dan Beck Depression Inventory (BDI) yang sudah valid dan reliabel dan dianalisis menggunakan uji Chi-square. Hasil: Pasien yang menjalani hemodialisa mayoritas memiliki konsep diri negatif (56,8%). Lebih dari setengah responden yang menjalani hemodialisa mengalami depresi (62,2%). Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kejadian depresi pasien yang menjalani hemodialisa (p=0,002). Diskusi: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan konsep diri yang positif memiliki tingkat depresi yang rendah bila dibandingkan dengan individu dengan konsep diri yang negatif karena akan mempengaruhi individu dalam proses berfikir, bersikap, dan bertingkah laku. Kesimpulan: Perawat perlu memberikan edukasi pada pasien yang menjalani hemodialisa agar tidak mengalami depresi sehingga pengobatan tetap berjalan dan cepat memperoleh kesembuhan.Kata Kunci: Depresi, hemodialisa, konsep diri Self-Concept Correlated with the Incidence of Depression in Hemodialysis Patients ABSTRACTHemodialysis is a serious public health problem, in addition to its expensive cost of treatment and medication. Hemodialysis patients in the long term will face various problems, such as difficulty in working and decreased sex drive. The lifestyle that must change affects the spirit of someone with a negative self-concept. Patients with a negative self-concept are likely to experience depression. Objective: This study aims to reveal the correlation between self-concept and incidence of depression in hemodialysis patients. Methods: The research employed a correlation analytic design with the cross-sectional approach. The subjects were patients who underwent routine hemodialysis at RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, numbering 37 people taken using a total sampling technique. Data were collected using valid and reliable questionnaires of Self-Concept and Beck Depression Inventory (BDI) and analyzed using the Chi-square test. Results: The majority of hemodialysis patients had a negative self-concept (56.8%). More than half of the hemodialysis respondents experienced depression (62.2%). There was a significant correlation between self-concept and incidence of depression in hemodialysis patients (p=0.002). Discussion: The results of this research indicate that those with a positive self-concept have a lower level of depression than those with a negative self-concept because it will affect individuals in the process of thinking, behaving, and behaving. Conclusion: Nurses should educate hemodialysis patients not to experience depression so that their treatment continues and they recover quickly.Keywords: Depression, hemodialysis, self-concept
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.