Stunting merupakan masalah gizi kronis yang dapat mengganggu pertumbuhan anak karena menyebabkan tinggi badan anak tidak sesuai dengan umurnya atau lebih pendek. Permasalahan yang dapat ditimbulkan dari kondisi stunting adalah kemampuan kognitif yang lemah dan terhambatnya pertumbuhan psikomotorik, kesulitan dalam menguasai ilmu dan berprestasi dalam olahraga, rentan terkena penyakit degeneratif, dan kualitas sumber daya manusia yang rendah. Oleh karenanya untuk mencegah permasalahan yang mungkin dapat terjadi akibat kondisi stunting, perlu dilakukan penanganan secara menyeluruh dan terintegrasi terhadap semua aspek yang berhubungan dengan penyebab terjadinya stunting. Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Bantul merupakan salah satu lokus stunting nasional tahun 2019. Salah satu Dukuh di Desa Sendangsari yang cukup banyak masalah stunting adalah di Dukuh Gupak Warak. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya stunting adalah melalui deteksi dini dan edukasi terhadap orang tua dan kader posyandu, sehingga diharapkan angka stunting dapat diturunkan. Pengabdian ini menggunakan metode pendidikan kesehatan dan deteksi dini kelainan melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan anak. Hasil kegiatan pengukuran tinggi badan anak ditemukan bahwa dari sejumlah 40 balita yang diukur terdapat 6 anak dengan gizi kurang, 5 anak pendek, 2 anak sangat pendek, 8 anak kurus, dan 3 anak sangat kurus. Cukup banyak orangtua yang belum mengetahui tentang stunting, dan pengukuran tinggi badan tidak rutin dilakukan pada saat kegiatan posyandu. Oleh karenanya disarankan kepada kader untuk melakukan pengukuran tinggi badan secara rutin dalam kegiatan posyandu setiap bulannya dan mencatat hasil pengukuran di dalam KMS. Untuk pihak Puskesmas maupun bidan desa juga diharapkan dapat memantau dan membina kader dan posyandu secara rutin serta menindaklanjuti temuan balita yang bermasalah.
Background:In Indonesia birth control by injection is the main choice for family planning acceptors (BKKBN, 2015). The highest percentage of new family planning participants in Central Java in 2016 was injection contraception of 5.4% (Health Profile of Central Java Province, 2016). Active KB participants in Magelang Regency in 2015 used the most non-long-term contraception method type injections, by 50.5%. (Magelang District Health Profile, 2015). Objective:Analyzing factors that influence the accuracy of DMPA injection KB acceptors based on reasoned action theory in PMB Dhiaulhaq Magelang Regency, with variable attitudes, subjective norm, intentions and behavior. Methods:Analytic survey research using a cross sectional approach. The population were all DMPA injection KB acceptors, sampling technique uses a case group and a control group that is fixied diseases sampling. Results:Perception directly affects the norm with a p value of 0.007. Norm directly affects attitude with a p value of 0.007. Attitude directly influences intention with a p value of <0.001. Intention directly affects the accuracy / usage with a p value of 0.012. Conclusion:The intention directly influences the behavior of the accuracy of visits in the use of DMPA injection KB. Perception of control has an indirect effect through subjectifve norms, attitudes, and intentions.
ABSTRAKLatar Belakang: Banyak ibu sangat takut mengalami rasa sakit saat persalinan melalui vagina sehingga lebih memilih persalinan Caesar. Rasa takut akan semakin mencekam ketika tanggal persalinan semakin dekat. Penelitian menunjukkan, faktor mengurangi rasa takut adalah mendapat dukungan positif dari keluarga dan memilih beberapa metode penghilang rasa sakit (Danuatmadja, 2008). Untuk mengurangi efek stres fisiologis maupun psikologis akibat nyeri persalinan dapat dilakukan melalui penanganan non farmakologi.Salah satu terapi tersebut adalah olah nafas. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Olah Nafas Belly Breathing Terhadap Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Di Klinik Dhiaulhaq Magelang Jawa Tengah. Metode: Desain penelitian ini adalah Quasy Eksperimental dengan pendekatan one group Pre-Post test Design. Populasi penelitian adalah ibu bersalin di klinik Dhiaulhaq Magelang Jawa Tengah dengan jumlah sampel 38 dan menggunakan teknik accidental sampling. Analisis menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: Terdapat perbedaan antara nyeri sebelum diberikan terapi olah nafas dengan nyeri pasca pemberian olah nafas pada kala 1 fase aktif dengan nilai P= 0,000 < 0,05. Terdapat perbedaan rasa nyeri yang bermakan antara sebelum diterapkan dan sesudah diterapkan. Kesimpulan: Terdapat 29 responden (76,32%) setelah diterapkan olah nafas belly breathing, nyeri berkurang, 1 responden (2,63%) nyeri bertambah, dan terdapat 8 responden (21,1 %) dengan nyeri tetap.Kata Kunci : Belly Breating, Nyeri PersalinanTHE EFFECT OF BELLY BREATHING TO REDUCE LABOR PAIN DURING 1 ACTIVE PHASE AT DHIAULHAQ MAGELANG CLINICABSTRACTBackground: Many women are frightened of the pain during vaginal delivery so they prefer a caesarian delivery. The fear will be more gripping as the due date draws near. Research shows the factors that reduce fear are getting positive support from family and choosing several methods of pain relief (Danuatmadja, 2008). To reduce the effects of physiological and psychological stress due to labor pain can be done through non-pharmacological treatmen. One the therapies is breathing exercise. Objective: This study is aimed to determine the Influence of Belly Breathing to Pain of Labor Kala 1 Phase Active In Dhiaulhaq Clinic Magelang, Central Java. Methods: The design of this research is Quasy Experimental with a one group Pre- Posttest Design approach. The population of the study was maternal birth in Dhiaulhaq Clinic Magelang, Central Java with 38 samples and using accidental sampling technique. The analysis was using Wilcoxon test. Results: There is a difference between pain before brathing therapy and after having breathing therapy in kala I active phase p=0.000<0.05. There is significant difference of pain level between before and after the tharapy was applied. Conclusion: After applying the Belly Breathing exercise there were 29 respondents (76.32 %) experienced reducing pain, one respondent (2.63 %) experienced increasing pain, and 8 respondents (21.1%) increasing pain constantly.Keyword: Belly Breathing, Labor Pain
ABSTRAKLatar Belakang: Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. DIY merupakan daerah prioritas untuk intervensi stunting, prevalensi stunting tertinggi terdapat di Kabupaten Gunung Kidul yaitu 19,82%. Di BPM Yuliati, pada bulan Januari – Juni 2018, terdapat 20,45% bayi mengalami lahir stunting. Tujuan: Diketahuinya hubungan bayi lahir stunting dengan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi. Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskripsi korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah bayi yang berusia maksimal 12 bulan pada saat dilakukan penelitian. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling sebanyak 61 bayi. Analisis data menggunakan analisis korelasi Chi Square. Hasil : Sebagian besar responden dengan riwayat lahir stunting mengalami pertumbuhan dengan kategori normal yaitu sebanyak 27 responden (44,26%), dan 3 responden (4,92%) masuk dalam kategori tidak normal, dan pada perkembangan bayi dengan riwayat lahir stunting, sebagian besar responden mempunyai perkembangan yang normal yaitu sebanyak 25 responden (40,98%), dan terdapat 5 responden (8,20%) yang masuk ke dalam kategori meragukan. Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan antara riwayat bayi lahir stunting dengan pertumbuhan pada bayi, dan terdapat hubungan antara bayi dengan riwayat lahir stunting dengan perkembangan pada bayi.Kata Kunci : Lahir Stunting, Pertumbuhan, Perkembangan RELATIONSHIP BETWEEN NEWBORN WITH STUNTING AND BABY’S GROWTH AND DEVELOPMENT IN BPM YULIATI SEMANU GUNUNG KIDUL YOGYAKARTAABSTRACTBackground: Stunting is a chronic malnutrition problem caused by a lack of nutritional intake for a long time due to the provision of food that does not meet nutritional needs. Yogyakarya is the priority area for stunting intervention. The highest prevalence of stunting in Yogyakarta is in Gunung Kidul Regency as much as 19.82%. In January - June 2018, 20.45% of babies in BPM Yuliati suffer from stunting. Objective: The aim of this research is to acknowledge the relationship between newborn with stunting and baby’s growth and development. Method: This type of research was a correlation description study used a cross sectional approach. The population in this study were infants aged a maximum of 12 months at the time of the study. The sampling technique used consecutive sampling of 61 infants. Data analysis using Chi Square correlation analysis. Results: Most respondents with a birth history of stunting experienced growth in the normal category of 27 respondents (44.26%), and 3 respondents (4.92%) were in the abnormal category, and in the development of infants with a history of stunting, partly The large number of respondents has a normal development of 25 respondents (40.98%), and there are 5 respondents (8.20%) who fall into the dubious category. Conclusion: There is no relationship between the history of stunting born babies and babies’ growth and development, and there is a relationship between stunting birth history with development in infants.Keywords: Birth Stunting, Growth, Development
ABSTRAKLatar Belakang: Banyak ibu sangat takut mengalami rasa sakit saat persalinan melalui vagina sehingga lebih memilih persalinan Caesar. Rasa takut akan semakin mencekam ketika tanggal persalinan semakin dekat. Penelitian menunjukkan, faktor mengurangi rasa takut adalah mendapat dukungan positif dari keluarga dan memilih beberapa metode penghilang rasa sakit (Danuatmadja, 2008). Untuk mengurangi efek stres fisiologis maupun psikologis akibat nyeri persalinan dapat dilakukan melalui penanganan non farmakologi.Salah satu terapi tersebut adalah olah nafas. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Olah Nafas Belly Breathing Terhadap Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Di Klinik Dhiaulhaq Magelang Jawa Tengah. Metode: Desain penelitian ini adalah Quasy Eksperimental dengan pendekatan one group Pre-Post test Design. Populasi penelitian adalah ibu bersalin di klinik Dhiaulhaq Magelang Jawa Tengah dengan jumlah sampel 38 dan menggunakan teknik accidental sampling. Analisis menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: Terdapat perbedaan antara nyeri sebelum diberikan terapi olah nafas dengan nyeri pasca pemberian olah nafas pada kala 1 fase aktif dengan nilai P= 0,000 < 0,05. Terdapat perbedaan rasa nyeri yang bermakan antara sebelum diterapkan dan sesudah diterapkan. Kesimpulan: Terdapat 29 responden (76,32%) setelah diterapkan olah nafas belly breathing, nyeri berkurang, 1 responden (2,63%) nyeri bertambah, dan terdapat 8 responden (21,1 %) dengan nyeri tetap. Kata Kunci : Belly Breating, Nyeri PersalinanTHE EFFECT OF BELLY BREATHING TO REDUCE LABOR PAIN DURING 1 ACTIVE PHASE AT DHIAULHAQ MAGELANG CLINICABSTRACTBackground: Many women are frightened of the pain during vaginal delivery so they prefer a caesarian delivery. The fear will be more gripping as the due date draws near. Research shows the factors that reduce fear are getting positive support from family and choosing several methods of pain relief (Danuatmadja, 2008). To reduce the effects of physiological and psychological stress due to labor pain can be done through non-pharmacological treatmen. One the therapies is breathing exercise. Objective: This study is aimed to determine the Influence of Belly Breathing to Pain of Labor Kala 1 Phase Active In Dhiaulhaq Clinic Magelang, Central Java. Methods: The design of this research is Quasy Experimental with a one group Pre- Posttest Design approach. The population of the study was maternal birth in Dhiaulhaq Clinic Magelang, Central Java with 38 samples and using accidental sampling technique. The analysis was using Wilcoxon test. Results: There is a difference between pain before brathing therapy and after having breathing therapy in kala I active phase p=0.000<0.05. There is significant difference of pain level between before and after the tharapy was applied. Conclusion: After applying the Belly Breathing exercise there were 29 respondents (76.32 %) experienced reducing pain, one respondent (2.63 %) experienced increasing pain, and 8 respondents (21.1%) increasing pain constantly.Keyword: Belly Breathing, Labor Pain
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.