Stunting is a public health problem regarding nutritional status that is diagnosed through a long body based on a standard deviation of minus two. One effort that can be done by families in overcoming the problem of stunting is through optimization of Mental Stimulation, Nutrition Supplementation and Social Psychological Stimulation (MeNu SoP). The purpose of this study was to determine the effectiveness of Mental Stimulation, Nutritional Supplementation and Social Psychological Stimulation on the incidence of stunting in children. The study design used quasi pre and post test experiments without control groups. The number of  research samples as many as 40 respondents were selected using cluster sampling techniques. The results showed significant changes in the variable Mental Stimulation before and after the intervention (p value = 0,000), Nutritional Supplementation before and after the intervention (p value = 0,000), Social Psychological Stimulation (p value = 0,000), and anthropometric status before and After the intervention (p value = 0,000). The application of MeNu SoP can be used by families, nurses and other health workers to improve the status of anthropometric toddlers with stunting.

Background: Nurses should have a good level of e-health literacy to help patients utilize e-health information. Objective: To measure e-health literacy skills and contribute factors. Methods: A cross-sectional study of 2209 nursing student in Indonesia (October–November 2019) using eHeals. Result: The overall eHealth literacy was 4 (Scale 1–5). There were statistically significant differences between e-Heals score with contribute factors (<0.001). Conclusion: Indonesian nursing students already have basic necessary skills of e-health.

Pandemi COVID-19 terjadi di seluruh dunia. Semua rentang usia berisiko mengalami infeksi COVID-19 termasuk remaja yang memiliki risiko tertular COVID-19 karena aktivitasnya yang tinggi dan cenderung berkumpul dalam kelompok sebaya. Dampak COVID-19 terhadap remaja dapat mempengaruhi kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa. Penelitian ini untuk memperoleh gambaran efikasi diri remaja terkait pencegahan infeksi COVID-19 dan  pengetahuan, sikap dan tindakan remaja terhadap pencegahan COVID-19. Penelitian menggunakan metode cross sectional dengan melibatkan 389 remaja dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling dan snow ball sampling. Hasil penelitian didapatkan variabel efikasi diri remaja 59,1% dalam kategori tinggi, pengetahuan remaja 66,8% dengan kategori kurang, sikap pencegahan COVID-19 didapatkan 55%  dalam kategori kurang,  praktik pencegahan COVID-19 didapatkan 49,6% dalam kategori kurang.  Hasil analisis hubungan antara efikasi diri dengan praktik pencegahan COVID-19 diperoleh ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan praktik pencegahan COVID-19 (p value= 0,012) dan nilai OR = 1,679.  Remaja yang memiliki efikasi diri tinggi memiliki perilaku praktik  pencegahan COVID-19  dengan baik. Hasil temuan dapat digunakan untuk mengembangkan mengembangkan promosi kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan pencegahan COVID-19 pada agregrat remaja.

Objective: Learning process activities should be carried out in a deliberate and systematic effort to achieve learning goals in the cognitive, affective, and psychomotor domains by changes in attitudes and behavior. When the learning process is well-executed, good learning objectives can be achieved. It is vital to have a good learning design to achieve a good learning process. The aim of this study was to create a detailed, methodical, and accurate description of the facts, qualities, and relationships between the phenomena being studied.

Ventilator Associated Pneumonia (VAP) didefiniskan sebagai pneumonia yang terjadi 48 jam atau lebih  setelah ventilator mekanik diberikan. Ventilator Associated Pneumonia (VAP), merupakan bentuk infeksi nosokomial yang paling sering ditemui  diunit  perawatan intensif, khususnya pada pasien yang menggunakan ventilator mekanik (Wiryana, 2007). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan karakteristik perawat terhadap tingkat pengetahuan VAP di Ruang ICU/ICCU RS Husada Jakarta Pusat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia, lama bekerja, tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan perawat mengenai VAP (p value < 0,05). Perawat perlu meningkatkan kemampuan penggunaan ventilator mekanik untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.