Background: Someone in middle adulthood has begun to experience changes leading to an aging process, so they are vulnerable to degenerative diseases. Diabetes mellitus is a degenerative disease which is still being a health problem in Indonesia. Problems and complications in people with DM can be minimized if the patient has sufficient knowledge and ability to carry out self-care. One effort that can be done is to provide health education about self-care to optimize metabolic control, prevent acute and chronic complications, optimize quality of life and able to carry out self-care behavior independently. Objective: The study aimed to determine the effect of health education on self-care activities in type 2 diabetes mellitus in Puskesmas Pandak I. Methods: This was a quasi-experimental study with a one group pretest-posttest study design. The samples used were 26 respondents. Data analysis technique used paired t-test with a significance level of p <0,05. Results: There is a significant enhancement in self-care activities. Statistical analysis using paired t-test found there were significant differences in the value of self-care activities between pre and post-education among type 2 diabetes mellitus diabetes (p <0,005). Conclusion: Health education can improve self-care activities for people with type 2 diabetes mellitus in Puskesmas Pandak I.
ABSTRAK Fraktur merupakan terputusnya kontuinitas tulang yang dapat menimbulkan gejala yang umum seperti nyeri atau rasa sakit, pembengkakan dan kelainan bentuk tubuh. Fraktur atau patah tulang harus ditangani dengan cepat, tepat dan harus sesuai dengan prosedur pelaksanaan. Menurut WHO 70% kecelakaan lalu lintas dialami oleh pelajar atau remaja. Berdasarkan Survei Kesehatan Nasional melaporkan bahwa kasus fraktur pada tahun 2017 secara Nasional mengalami peningkatan sebesar 27,7%. Kecelakaan pada sistem musculoskeletal harus ditangani dengan cepat dan tepat. Apabila tidak dilakukan akan menimbulkan cidera yang semakin parah dan dapat memicu terjadinya perdarahan. Dampak lain yang terjadi dapat mengakibatkan kelainan bentuk tulang, kecacatan dan sampai kematian. Untuk mencegah terjadinya cidera pada sistem muskuloskeletal dibutuhkan pertolongan balut bidai. Balut bidai merupakan tindakan memfiksasi atau mengimobilisasi bagian tubuh yang mengalami cidera yang menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai fiksator. Pertolongan balut bidai dapat dilakukan oleh semua orang awam yang terlatih. Salah satu orang awam yang terlatih disekolah yaitu siswa yang telah mendapatkan pendidikan dasar kegawatdaruratan melalui kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR), dan seharusnya pendidikan dasar kegawatdaruratan tidak hanya diberikan kepada anggota PMR tetapi juga semua siswa disekolah atau remaja di lingkungan desa. Pengabdian masyarakat yang dilakukan di Kelurahan Tamanmartani ini diikuti oleh 21 kader remaja Parikesit. Metode yang digunakan dengan pemberian materi secara online pada hari pertama dan praktik secara langsung di hari kedua. Pengetahuan kader remaja sebelum dan setelah edukasi pembalutan dan pembidaian ada peningkatan pengetahuan dengan mean nilai pretest adalah 62,38 dan mean nilai posttest adalah 95,24. Jadi ada peningkatan sebesar 32,86. Kader sebelum pelatihan yang tidak terampil menjadi terampil sebanyak 12 (57%) kader, sedangkan 4 (19%) kader masih belum terampil. Dibutuhkan pendampingan dari pihak puskesmas Kalasan agar kader remaja Parikesit dapat mengaplikasi ilmu yang telah didapatkan untuk pencegahan komplikasi akibat gangguan fraktur. KATA KUNCI: Posyandu Remaja; Fraktur; Kader Remaja ABSTRACT A fracture is a break in the continuity of the bone that can cause general symptoms such as pain or tenderness, swelling and deformity of the body. Fractures or fractures must be treated quickly, accurately and follow the implementation procedure. According to WHO 70% of traffic accidents are experienced by students or teenagers. Based on the National Health Survey reports, fracture cases in 2017 increased by 27.7% nationally. Accidents to the musculoskeletal system must be treated quickly and appropriately. Failure to do so will result in more severe injury and lead to bleeding. Other impacts can result in bone deformities, disability and even death. To prevent injury to the musculoskeletal system, splints are needed. A splint is an act of fixing or immobilizing the injured body part using a rigid or flexible object as a fixator. Splint dressing can be performed by all trained laypeople. One of the laypeople who are trained in school is a student who has received basic emergency education through extracurricular activities of the Palang Merah Remaja (PMR), and basic emergency education should not only be given to PMR members but also all students in schools or youth in the village environment. The community service carried out in Tamanmartani Village was attended by 21 Parikesit youth cadres. The method used is giving the material online on the first day and hands-on practice on the second day. There was an increase in knowledge of adolescent cadres before and after education on bandages and splints, with the mean pretest value being 62.38 and the posttest mean value being 95.24. So there is an increase of 32.86. There were 12 (57%) cadres before training who were unskilled, while 4 (19%) cadres were still unskilled. Assistance is needed from the Kalasan Public Health Center so that the Parikesit youth cadres can apply the knowledge obtained to prevent complications due to fracture disorders. KEYWORDS: Posyandu Remaja; Fracture; Youth Cadre
Hipertensi dikenal dengan silent killer karena merupakan penyakit yang menyebabkan kematian tanpa disadari. Kemenkes RI (2018) melalui Riskesdas melaporkan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,11% pada usia penduduk >18 tahun. Persentase ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013 sebesar 25,8%. Riskesdas menyebutkan penyumbang kasus tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 44.13%, sedangkan Daerah Istimewa Yogyakarta menduduki peringkat ke 12 dengan jumlah prevalensi 32,86%. Berdasarkan Data Profil Kesehatan Provinsi Yogyakarta (2017) menyebutkan bahwa kasus hipertensi paling banyak terdapat di Kabupaten Sleman yaitu 12,10%. Dinkes Kabupaten Sleman (2020) melaporkan bahwa Kecamatan Kalasan merupakan penyumbang terbesar penderita hipertensi dibandingkan kecamatan lain. Hipertensi yang tidak dikelola dengan baik akan berlanjut pada penyakit kardio maupun vaskuler lainnya yang memberikan dampak pada kematian. Dibutuhkan pengendalian hipertensi melalui partisipasi aktif masyarakat atau pemberdayaan kader kesehatan. Pemberdayaan ini dilakukan dalam Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Posyandu Remaja Parikesit. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk melatih kader remaja agar mempunyai pengetahuan dan keterampilan tentang hipertensi. Kegiatan pemberdayaan ini dilakukan dengan memberikan edukasi tentang hipertensi kepada kader remaja atau dikenal dengan parikesit, melatih kader menggunakan spigmometer digital agar dapat mengukur tekanan darah, dan mengajarkan cara mengisi buku raport hipertensi. Metode yang digunakan dalam pengabdian kepada masyarakat ini terdiri dari diskusi interaktif dan demonstrasi. Berdasarkan hasil evaluasi pelatihan kader didapatkan data tidak ada satupun kader remaja dengan hasil pengetahuan setelah edukasi lebih rendah daripada sebelum edukasi (0%), 3 kader remaja berpengetahuan sama/ tetap (17,7%), dan 14 kader remaja mempunyai pengetahuan yang lebih baik dari sebelum edukasi hipertensi (82,3%). Nilai p menunjukkan 0,001 yang berarti pelatihan kader remaja memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan tentang hipertensi. Selain itu keterampilan kader remaja mengalami peningkatan setelah diberikan pelatihan sebesar 70,5% dengan nilai p 0,000.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan salah satu faktor yang ditopang oleh sektor pertanian. Kecamatan Tambelang merupakan suatu daerah dengan komoditas penghasilan terbesarnya adalah beras dengan produksi rata-rata 48.439ton pertahun (BPS, 2018). Sebagai salah satu produsen padi tertinggi, dukungan dari penggilingan padi untuk memproses menjadi beras sangatlah penting berdasarkan data BPS tahun 2015 Penggilingan Padi Kecil (PPK) sangat mendominasi di Indonesia dengan sebaran169 ribu unit produksi dari 180 ribu unit. Salah satunya Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) Cahaya Tani yang berlokasi di Desa Sukarahayu, Kecamatan Tambelang, Kabupaten Bekasi merupakan penggilingan padi kecil dimana proses pengolahan padi menjadi beras dan pengolahan limbahnya dijadikan suatu perjalanan wisata edukasi (edu wisata) terlebih lagi untuk wilayah perkotaan yang sangat minim dengan wisata berbentuk seperti ini tentu hal ini perlu adanya strategi-strategi pengembangan untuk meningkatkan minat pengunjung dan nilai tambah dari eduwisata Tambelang itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini untuk merancang strategi pengembangan model eduwisata Tambelang. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan Business Model Canvas dan disempurnakan dengan SWOT untuk memperoleh strategi yang tepat untuk pengembangan eduwisata Tambelang. Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan wawancara, dan observasi. Hasil dari penelitian ini merupakan strategi pengembangan untuk eduwisata Tambelang nantinya.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.