Moral diversity can be a problem and has presented challenges and opportunities for Christian ethics, especially as it relates to the spirituality of the congregation. The prevalent moral pluralism shows a different understanding of the Bible's contents and the process of understanding God's will, coupled with the emergence of theories that want to make a certain viewpoint. In the process of exploring these issues, the article offers a reflection based on the teleological approach to creationism. The thesis of this article states that the doctrine of creation can be one of the important foundations in shaping Christian ethics in contemporary era.Keragaman moral bisa menjadi masalah dan telah menghadirkan tantangan dan peluang bagi etika Kristen, terutama yang berkaitan dengan kehidupan spiritualitas jemaat. Pluralisme moral yang banyak terjadi menunjukkan pemahaman yang berbeda juga dalam menggali isi Alkitab dan proses memahami kehendak Allah, ditambah lagi dengan munculnya teori-teori yang ingin menyudutkan satu pandangan tertentu. Dalam proses mengeksplorasi masalah-masalah ini, artikel ini menawarkan refleksi yang didasari dengan pendekatan teleologis dari ajaran penciptaan. Tesis dari artikel ini mengatakan bahwa doktrin penciptaan bisa menjadi salah satu fondasi penting dalam membentuk etika Kristen di zaman kontemporer.
Tulisan ini merupakan sebuah penelitian tentang salib Kristus. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab setiap sikap skeptik dan cemoohan dari internal dan eksternal gereja terhadap salib Kristus. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, khususnya kajian literatur. Adapun hasil penelitiannya ditemukan bahwa setiap tuduhan dan anggapan miring terhadap salib terbantahkan melalui penelitian ini. Karena melalui penelitian ditemukan bahwa salib adalah bukti bahwa Allah setia kepada setiap janji-Nya, salib tidak dapat berdiri sendiri dan akan menjadi penting apabila dikaitkan dengan oknum atau pribadi Yesus yang tersalib untuk menggantikan manusia berdosa. Kemudian terakhir, salib merupakan identitas setiap pengikut Kristus khususnya dalam hal penderitaan.
Penelitian ini tentang kajian teologis terhadap pandangan Gereja Katolik Roma tentang konsep Kerajaan Allah yang disamakan dengan Gereja. Dengan menggunakan penelitian kualitatif, khususnya kajian literatur, maka ditemukan beberapa kekeliruan terhadap konsep ini. Pertama, sebuah kekeliruan apabila menyamakan Gereja dengan Kerajaan Allah seperti yang dipahami oleh kelompok Katolik Roma. Kedua, sangat setuju apabila mengatakan bahwa Gereja adalah pemerintahan Kristus. Namun perlu dicatat bahwa dalam konteks kerajaan Allah (perhatikan konsep PL dan PB yang sebelumnya telah dibahas) pemerintahan Allah mencakup seluruh ciptaan dan alam semesta. Sehingga kelompok KR telah mempersempit cakupan dari pemerintahan Allah dalam Kerajaan Allah apabila hanya berpendapat bahwa cakupan pemerintahan Allah hanya dalam lingkup gereja saja. Ketiga, menyangkut tentang hirarki keselamatan dan Paus selaku wakil Kristus, di mana dalam konteks kerajaan Allah di bumi, maka Paus adalah wakil tertinggi. Sekali lagi pandangan ini pun terlalu berlebihan dan dipaksakan. Dengan demikian, dapat disimpulkan adalah kekeliruan besar untuk menyamakan Kerajaan Allah dengan Gereja.
This research is about the study of political practices in the church. So far, there are so many church members who refuse to get involved in practical politics because they consider politics to be dirty and contrary to the principles of truth as contained in the Bible. Through this research it was found that in fact there is politics that can be applied and carried out by the Church, and it is called theocratic politics. By using a qualitative approach, especially analyzing and synthesizing some data and information from the literature (books and scientific articles), the researcher examines this topic from a theological perspective. The researcher found several points as conclusions related to theocratic politics as church politics, then about the nature of theocratic politics, and the application of theocratic politics that can be applied inside and outside the church. Abstrak: Penelitian ini tentang kajian terhadap praktik politik di dalam gereja. Selama ini ada begitu banyak warga gereja menolak terlibat dalam politik praktis karena menganggap politik itu kotor dan bertentangan dengan prinsip kebenaran seperti yang terdapat dalam Alkitab. Melalui penelitian ini ditemukan bahwa ternyata ada politik yang dapat diterapkan dan dilakukan oleh Gereja, dan itu yang disebut dengan politik teokrasi. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, khususnya menganalisis dan mensintesiskan beberapa data dan informasi dari literatur (buku dan artikel ilmiah), peneliti mengkaji topik ini dari perspektif teologis. Peneliti menemukan beberapa poin sebagai kesimpulan yang terkait dengan politik teokrasi sebagai politik gereja, kemudian tentang natur politik teokrasi, dan penerapan politik teokrasi yang dapat diterapkan dalam dan di luar gereja.
This research is about biblical study of the text of 1 Corinthians 10:6-10. Where this research seeks to find out what meaning is contained in the text or passage. By using an approach approach, especially library research, the following results and conclusions are obtained. In sections 10:1-10 Key as clues referring to the stories in the Book of Exodus (cloud, sea, manna, golden calf), through the LXX. While the stories that refer to the book of Numbers (rocks, Baal Peor, snakes, murmurs in the punishment of the children of Korah) come from the Judaism tradition. It is possible that when Paul wrote his letter, he only had one copy of the LXX version of the Book of Exodus, but for Numbers he would have to rethink his studies first. Abstrak: Penelitian ini tentang kajian biblika terhadap teks 1 Korintus 10:6-10. Di mana penelitian ini berusaha mencari tahu makna apa yang terkandung di dalam teks atau perikop tersebut. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, khususnya kajian pustaka, maka diperoleh hasil dan kesimpulan penelitian berikut ini. Pada bagian 10:1-10 disimpulkan sebagai petunjuk-petunjuk yang merujuk kepada cerita-cerita dalam Kitab Keluaran (awan, laut, manna, anak lembu emas), melalui LXX. Sedangkan cerita-cerita yang merujuk kepada kitab Bilangan (batu karang, Baal Peor, ular, sungut-sungut dalam hukuman bani Korah) berasal dari tradisi Yudaisme. Mungkin saja ketika Paulus menulis suratnya, dia hanya memiliki satu eksemplar Kitab Keluaran versi LXX, tetapi untuk Bilangan ia harus mengingat kembali studinya dahulu.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.