Asthma is a chronic inflammatory airway disease characterized by the occurrence of reversible hyperesponsif and constriction of the airways. Asthma is still a major health problem in the world. The provision of anti-asthma drugs is Keywords: Centella asiatica, spasmolytic, trachea isolated organ ABSTRAKAsma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang ditandai dengan terjadinya hiperesponsif saluran nafas dan penyempitan saluran nafas secara reversibel. Asma hingga kini masih merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Pemberian obat-obatan anti asma merupakan penatalaksanaan penyakit tersebut. Namun demikian terdapat masalah efek samping obat dan masalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian obat tersebut, apalagi asma merupakan penyakit kronis yang memerlukan pengobatan jangka panjang. Dengan demikian maka perlu pengembangan obat antiasma berbasis tumbuhan obat dengan biaya yang lebih terjangkau dan efek samping yang lebih sedikit. Penelitian ini dilakukan untuk menguji potensi ekstrak etanol Centella asiatica (L.) Urb. yang secara tradisional digunakan etnis Dayak sebagai obat batuk. Penelitian ini dilakukan untuk melihat aktivitas trakeospasmolitik ekstrak etanol C. asiatica pada organ terpisah trakea marmut untuk melihat efek antiasma. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak C. asiatica memiliki aktivitas trakeospasmolitik yang signifikan jika dibandingkan dengan kontrol negatif. Meskipun nilai E maks C. asiatica lebih rendah daripada aminofilin, namun nilai EC 50 tidak jauh berbeda dengan aminofilin sebagai kontrol positif. Kesimpulan penelitian ini adalah ekstrak etanol C. asiatica memiliki efek antiasma berdasarkan aktivitas trakeospasmolitiknya.
Infeksi luka operasi (ILO) adalah infeksi pada bagian tubuh yang terpapar oleh ahli bedah saat prosedur invasive. ILO merupakan salah satu infeksi nosokomial yang paling umum dan paling dapat dicegah diantara infeksi nosokomial lainnya, namun kejadian infeksi luka operasi terutama pada bedah abdomen masih menunjukkan beban yang signifikan. Faktor resiko infeksi luka operasi meliputi usia tua, jenis luka operasi, penyakit penyerta seperti diabetes mellitus, pemberian antibiotik profilaksis yang tidak adekuat, status gizi pasien seperti obesitas dan malnutrisi serta durasi operasi yang panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian infeksi luka operasi pasca bedah abdomen di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif laboratorik. Data penelitian diambil dari swab luka operasi dan data rekam medik pada 40 pasien pasca bedah abdomen yang melakukan pergantian perban pertama kali serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan 30 orang (75%) pasien mendapatkan infeksi luka operasi. Mayoritas pasien terinfeksi berusia diatas 40 tahun, yaitu pada 15 pasien (37,5%). Sebagian besar pasien terinfeksi mendapatkan luka bersih terkontaminasi, yaitu 23 pasien (57,5%). Mayoritas pasien terinfeksi yaitu 27 pasien (67,5%) tidak memiliki penyakit penyerta. Bakteri gram positif, yaitu Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri penginfeksi terbanyak yang teridentifikasi pada 10 orang (33,3%) pasien. Seluruh pasien terinfeksi, yaitu 30 pasien (75%) mendapatkan antibiotik profilaksis. Mayoritas pasien terinfeksi memiliki status gizi normal, yaitu 17 orang (42,5%), dan kejadian infeksi lebih banyak terjadi pada pasien dengan durasi <120 menit, yaitu 20 orang (50%) pasien. Kata Kunci : Infeksi Luka Operasi, ILO, Bedah Abdomen, Faktor Resiko Infeksi Luka Operasi Surgical site infection (SSI) is an infection at the part of the body that was exposed by a surgeon during an invasive procedure. SSI is one of the most common and most preventable nosocomial infection among other nosocomial infections, but the incidence of surgical site infections especially in abdominal surgery still shows a significant burden. Risk factors of surgical site infections include old age, type of surgical wound, comorbidities such as diabetes mellitus, inadequate prophylactic antibiotics, nutritional statuses such as obesity and malnutrition and long duration of surgery. This study aimed to explain an overview of the incidence of postoperative abdominal wound infection in Abdul Wahab Sjahranie General Hospital, Samarinda. This research method was a laboratory descriptive study. The research data was taken from surgical wound swabs and medical record data of 40 post-abdominal surgery patients who made the bandage changes for the first time and met the inclusion and exclusion criteria. The results showed 30 patients (75%) had surgical site infections. The highest percentage of infected patients aged over 40 years, i.e. in 15 people (37.5%). Most of the infected patients had clean contaminated wounds, i.e. in 23 patients (57.5%). The majority of infected patients did not have concomitant diseases, i.e. 27 people (67.5%). Gram-positive bacteria, specifically Staphylococcus epidermidis was the most infectious bacteria identified in 10 patients (33.3%). All infected patients, i.e. 30 patients (75%) received prophylactic antibiotics. The highest frequencies of infected patients had normal nutritional status, i.e.17 patients(42.5%), and the incidence of infection was more common in patients with duration <120 minutes, i.e. 20 patients (50%). Keywords : Surgical Site Infection, SSI, Abdominal Surgery, Risk Factors
AbstrakKanker payudara merupakan penyebab kematian nomor satu akibat kanker dan tingginya angka kematian akibat kanker payudara disebabkan karena banyak penderita kanker payudara yang terdiagnosis saat stadium lanjut. Hal ini disebabkan oleh keterlambatan penderita kanker payudara melakukan pemeriksaan di pelayanan kesehatan. Banyak faktor risiko yang berperan dalam mempengaruhi rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan. Tujuan: Mengidentifikasi hubungan faktor-faktor yang terkait dengan rentang waktu pemeriksaan kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda. Metode: Desain penelitian ini adalah analitik cross-sectional terhadap 46 penderita kanker payudara di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Analisis data menggunakan uji Chi-square dan uji Fisher. Hasil: Terdapat hubungan antara usia dengan rentang waktu pemeriksaan (p=0,022) dan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dengan rentang waktu pemeriksaan (p=0,000). Faktor risiko lain yang tidak berhubungan adalah keluhan awal, riwayat keluarga kanker payudara, faktor ekonomi, dan pengobatan alternatif. Simpulan: Terdapat hubungan antara usia dan SADARI dengan rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda dan tidak terdapat hubungan antara faktor risiko yang lain dengan rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda.
Breast cancer is the most type of cancer that affects women in worldwide. The high mortality rate due to breast cancer is caused by the large number of cancer patients who have just arrived at an advanced stage. Breast self-examination (BSE) is an effort to detect breast cancer as early as possible so that it can reduce morbidity and mortality, in which predisposing factors including the level of knowledge can affect a person's willingness to perform breast cancer screening. This study aimed to determine the level of knowledge about breast cancer and BSE behaviour in students of Medical, Faculty of Medicine, Mulawarman University Samarinda. This research was a descriptive study with a cross-sectional approach. Data sources were primary. Primary data was obtained by using a questionnaire instrument that was filled out via google form. Secondary data was obtained from the data archive of the number of female students kept by the Academic and Student Affairs subdivision. The research sample were 111 students of the Medical, 4th year class (37,8%), 3rd year class (35,1%), and 2nd year class (27%), Faculty of Medicine, Mulawarman University Samarinda. The result showed that the level of knowledge about the breast cancer in the low category was 3 (2.7%), the medium category was 44 (39.6%), and the high category was 64 (57.7%). The poor BSE behaviour was in 13 (11.7%), good enough behaviour was 70 (63.1%) and excellent behaviour was 28 (25.2%). The conclusion is most of the medical students already had good knowledge about breast cancer and good enough BSE behaviour.
ABSTRAKHipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang disebabkan peningkatan curah jantung dan resistensi perifer pembuluh darah. Hipertensi dapat diobati dengan obat-obatan dan konsumsi buah serta sayur terutama buah yang mengandung kalium seperti pisang ambon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi pisang ambon dalam membantu terapi penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bontang Selatan. Metode yang digunakan adalah quasy experimental dengan desain non-equivalent control group. Sampel pada penelitian ini sebanyak 15 penderita hipertensi yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis data menggunakan uji Paired T-Test, Wilcoxon Signed Ranks Test, Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis. Hasil analisis univariat menunjukkan rata-rata tekanan darah kelompok kontrol sebelum perlakuan 152/92 mmHg dan setelah perlakuan 149,33/92 mmHg dibandingkan rata-rata tekanan darah kelompok perlakuan sebelum perlakuan 152/88,67 mmHg dan setelah perlakuan 137,33/84 mmHg. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat pengaruh variabel kelompok kontrol pada tekanan darah sistolik ataupun diastolik penderita hipertensi di Puskesmas Bontang Selatan serta terdapat pengaruh variabel kelompok perlakuan pada tekanan darah sistolik ataupun diastolik penderita hipertensi di Puskesmas Bontang Selatan. Kata Kunci: Hipertensi, Pisang ambon ABSTRACTHypertension is an increase in blood pressure caused by increased cardiac bulk and peripheral resistance of blood vessels. Hypertension can be treated with medications and consumption of fruits and vegetables, especially potassium-containing fruits such as ambon bananas. This study aims to find out the influence of banana consumption in helping blood pressure reduction therapy in hypertension patients in the working area of Puskesmas Bontang Selatan. The method used is quasy experimental with non-equivalent control group design. Samples in this study as many as 15 hypertension patients who met the inclusion criteria. Data analysis using Paired T-Test, Wilcoxon Signed Ranks Test, Mann-Whitney and Kruskal-Wallis. Univariate analysis results showed the average blood pressure of the control group before treatment was 152/92 mmHg and after treatment 149.33/92 mmHg compared to the average blood pressure of the treatment group before treatment of 152/88.67 mmHg and after treatment of 137.33/84 mmHg. The results of bivariate analysis showed that there was no influence of variable control group on systolic or diastolic blood pressure of hypertension patients in South Bontang Health Center and there was a variable influence of treatment group on systolic or diastolic blood pressure of hypertension patients at the South Bontang Health Center. Keywords: Hypertension, Ambon banana
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.