Retinopati diabetik merupakan komplikasi neurovaskular yang terjadi pada diabetes baik diabetes tipe 1 maupun diabetes tipe 2. Retinopati diabetik terdiri dari retinopati diabetik non proliferatif (RDNP) dan retinopati diabetik proliferatif (RDP). Kejadian retinopati diabetik dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah indeks massa tubuh. Beberapa penelitian terkait indeks massa tubuh terhadap derajat retinopati diabetik masih memberikan hasil yang tidak konsisten. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan derajat retinopati diabetik. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan metode cross sectional yang dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2021 di Klinik Mata SMEC Samarinda. Data diperoleh dari 52 pasien retinopati diabetik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang diambil dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini dilakukan dengan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk menilai indeks massa tubuh secara langsung serta lembar rekam medik untuk melihat derajat retinopati diabetik. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji Chi-Square dan diperoleh nilai p=0,746 (p>0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan tidak adanya hubungan antara indeks massa tubuh dengan derajat retinopati diabetik.
The prevention of disease transmission is an effective cost-strategy in controlling COVID-19. The scenario of the control of COVID-19 in Samarinda City consists of 3 phases, namely initial, advanced, and recovery. The outcome of the advanced phase is flattening the transmission curve of the COVID-19 pandemic, with an increased proportion of patients in recovery, and an increased culture of preventing disease transmission in society. This study aimed at knowing the influence of the understanding of COVID-19 infographics on the efforts to prevent COVID-19 transmission at the advanced phase. A survey was conducted via social media from April 21st to April 30th, 2020. The preventive actions for the disease transmission as the dependent variable in this study were social distancing, wearing a mask, washing hands, and efforts to enhance the body’s immunity, while the independent variable was the understanding of COVID-19 infographics updated daily. The results of the study showed that the proportion of the population who understood the infographics well was 79.5%, the community participation in practicing social distancing (81.6%), wearing a mask (50.9%), washing hands as frequently as possible (74.3%), and the efforts to strengthen the body’s immune system (73.6%) with a consistency level of 55.12%. The lowest rate for the activity of social distancing was visiting elders or the people suffering from comorbidities with 54.71%. A good understanding of infographics could increase adherence to the recommendations of social distancing. The implementation of social distancing, wearing a mask, washing hands as frequently as possible, and the efforts to improve the body’s immune system need to be done consistently to prevent the COVID-19 transmission and as a result, the potential transmission could be minimized to optimize the recovery phase and anticipate the possible second wave of the COVID-19 pandemic.
Dislipidemia terjadi akibat gangguan metabolisme lipid yang biasanya karena perubahan gaya hidup masyarakat saat ini seperti mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan gaya hidup sedentari. Dislipidemia merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Edukasi yang baik disertai terapi nutrisi, jasmani dan tatalaksana farmakologi diharapkan dapat mengendalikan progresifitas penyakit dislipidemia dan komplikasinya. Selain penggunaan obat konvensional untuk mengatasi dislipidemia, saat ini masyarakat mulai menggunakan bahan-bahan alami untuk menurunkan kadar kolesterol darah. Seorang wanita 57 tahun dengan keluhan kram pada jari-jari tangan, tengkuk, punggung, bahu dan terdapat arkus kornea. Pada 7 tahun lalu terdiagnosis dislipidemia, dan hingga saat ini kolesterol pasien selalu >200 mg/dL. Pasien juga tidak pernah kontrol ke pelayanan kesehatan dan lebih memilih mengkonsumsi obat tradisional seperti daun salam dan labu siam. Pasien diterapi dengan atorvastatin 10 mg perhari rutin, serta edukasi untuk melakukan perbaikan pola makan dan melakukan olahraga rutin. Pendekatan kedokteran keluarga merubah perilaku pada pasien dengan menerapkan pola hidup sehat seperti mengurangi konsumsi makanan yang rendah lemak, melakukan aktivitas fisik, teratur minum obat atorvastatin, obat tradisional diminum setiap hari dan mengunjungi pelayanan kesehatan untuk kontrol profil lipid.
Gangguan sistem pernapasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Gangguan sistem pernapasan tidak hanya terjadi di negara maju, melainkan juga terjadi di negara berkembang dan negara miskin. Gangguan fungsi paru umumnya dapat dikelompokkan menjadi gangguan paru obstruktif dan gangguan paru restriktif. Terdapat hubungan secara langsung antara gangguan fungsi paru dengan konsentrasi debu dan lamanya pajanan. Indonesia merupakan negara dengan tingkat polusi udara ketiga tertinggi di dunia. Sekitar 70% penyebab polusi udara tersebut berasal dari emisi kendaraan bermotor. Polusi udara yang berkaitan dengan jalan raya memiliki efek buruk terhadap fungsi paru anak-anak. Anak jalanan adalah anak perempuan dan laki-laki yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja atau hidup di jalanan. Anak jalanan mempunyai resiko besar terpajan bahan polutan melalui saluran pernapasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan fungsi paru yang dinilai dengan nilai rerata FVC dan FEV1 pada anak jalanan di kota Samarinda dengan masa aktivitas di jalan yang berbeda. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional menggunakan pendekatan cross sectional. Partisipan penelitian dipilih menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 33 orang. Fungsi paru dinilai dengan menggunakan alat ukur spirometer untuk mengukur FVC dan FEV1. Hasil penelitian didapatkan 69,69% (n=23) mengalami penurunan FVC dan 81,81% (n=27) mengalami penurunan FEV1. Analisis data menunjukkan terdapat perbedaan nilai rerata FVC (p=0,005) dan FEV1 (p=0,037) antara anak yang beraktivitas di jalan pada masa ≤2 tahun dan >2 tahun. Dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan fungsi paru pada anak jalanan yang beraktivitas lebih dari 2 tahun.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.