<p>Di beberapa negara barat kasus DM tipe-1 adalah 5-10% dari kasus diabetes, dan lebih dari 90% penderita diabetes pada anak dan remaja adalah DM tipe-1. Vitamin D berperan penting dalam membangun dan memelihara mineralisasi tulang. Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan penekanan bone turnover sehingga menyebabkan gangguan kecepatan tinggi badan. Kontrol glikemik yang buruk berupa HbA1c yang tinggi dapat menyebabkan berat dan tinggi badan tidak naik secara adekuat. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan antara status kontrol glikemik(HbA1c), status vitamin D (25(OH)D), dan status gizi pada anak DM tipe-1. Desain penelitian berupa studi cross-sectional dilakukan pada 28 subjek penelitian yaitu anak DM tipe 1 usia 1-18 tahun yang menjalani rawat jalan di Poli Endokrinologi Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang. Kriteria eksklusi yaitu menderita penyakit autoimun lain, infeksi berat, gangguan hati, gangguan fungsi ginjal dan anemia. Variabel yang diukur status gizi, kadar HbA1c dan 25(OH)D. Untuk mengetahui perbedaan rerata kadar 25(OH)D dan HbA1c berdasarkan status gizi digunakan uji beda Kruskal wallis, dan uji korelasi Spearman. Dari 28 subjek didapatkan 68% anak dengan status gizi baik, 64% anak dengan kontrol metabolik buruk dan 61% anak dengan defisiensi/insufisensi 25(OH)D. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi, kontrol glikemik, dan vitamin D. </p>
Background: Previous research state the correlation between vitamin D deficiency and Type 1 diabetes. The deficiency of Vitamin D is caused by vitamin D intake, sunlight exposure, or nutritional status. Indonesia, as a tropical country, is close to the equator and receives sunlight all year long. Little research has been done on vitamin D levels in children and adolescents with Type 1 Diabetes in Indonesia.Objective: The study aims to determine the relationship among sunlight exposure, nutritional status, food intake, and vitamin D levels in children and adolescents with Type 1 Diabetes.Methods: The study design was cross-sectional with a sample size of 31 children and adolescents aged 5-19 years. Sunlight exposure data were collected using the Sun Exposure Questionnaire form, nutritional status o BMI/age data were using the WHO Anthro, food intake data were using the Semi-Quantitative Food Frequency Questioner, and vitamin D level data were using the ELISA method. Statistical analysis was conducted by using SPSS Version 21 with Pearson and Spearman correlation test.Results: All respondents showed vitamin D deficiency. Most respondents had low sunlight exposure and nutritional status in the normoweight category. The majority of respondents had good energy and protein intake, excess fat, low carbohydrates, and low vitamin D and calcium.Conclusion:There is a positive relationship between sunlight exposure and vitamin D level (p = 0.001, r = 0.627). However, there is no relationship among nutritional status, protein intake, fat, carbohydrates, vitamin D and calcium on the level of vitamin D (p = 0.409; p = 0.240; p = 0.311; p = 0.822; p = 0.231; 0.382).
ABSTRAKDiabetes melitus tipe 1 bersifat multifaktorial dan bergantung pada kombinasi kompleks dari elemen genetik, epigenetik, molekular dan selular yang menyebabkan kerusakan dari toleransi perifer sehingga menghasilkan kerusakan pada sel β pankreas. Beberapa penelitian menunjukkan kadar vitamin D yang rendah pada penderita DM tipe 1. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional dangan subjek penelitian penderita DM tipe 1 usia 5-18 tahun, dan kontrol subjek sehat dengan usia yang sama. Kadar vitamin D plasma dan C-Peptida diukur dengan metode ELISA sedangkan jumlah sel Tregulator diukur dengan metode flowcytometry. Perbandingan antara kadar vitamin D, jumlah sel T regulator, dan kadar Cpeptida dianalisis dengan uji t tidak berpasangan. Hubungan antara vitamin D plasma, jumlah sel T regulator dan Cpeptida dianalisis dengan uji korelasi Pearson. Penelitian ini menggunakan 15 sampel dan 15 kontrol. Kadar 25(OH)D 3 secara signifikan lebih rendah pada penderita DM tipe 1 (22,07±5,53 vs 32,88±1,81ng/ml; p<0,05). Jumlah sel T regulator pada DM tipe 1 lebih rendah secara bermakna dibandingkan kontrol (6,86±1,20 vs 37,86±9,61; p<0,05), demikian juga kadar C-peptida (0,3±0,11 vs 3,40±1,10; p<0,05). Terdapat korelasi positif yang kuat dan signifikan antara vitamin D3 dengan jumlah sel T regulator dan kadar C-peptida, dan antara jumlah sel T regulator dengan kadar C-peptida pada penderita DM tipe 1. Dapat disimpulkan bahwa penderita DM tipe 1 mempunyai kadar vitamin D yang lebih rendah dibandingkan normal, dan kondisi ini berhubungan dengan jumlah sel Treg dan kadar C-peptida.Kata Kunci: Diabetes mellitus tipe 1, C-peptida, sel T regulator, vitamin D 3 ABSTRACT Diabetes mellitus type 1 is multifactorial and depends on a complex combination of genetic, epigenetic, molecular, and cellular elements that cause damage of peripheral tolerance and resulting damage to pancreatic β cells. Some researches show low level of vitamin D in patients with diabetes mellitus type 1. This cross sectional study was conducted on patients with DM type 1 aged from 5 to 18 years old and healthy subjects of the same age as control. Levels of vitamin D and Cpeptide were measured using ELISA, while the number of regulatory T cells was measured using flowcytometry method. Comparisons among levels of vitamin D, the number of regulatory T cells, and levels of C-peptide were analyzed with unpaired t test. The relationship among plasma vitamin D, the number of regulatory T cells and C-peptide were analyzed with Pearson correlation test. This study used 15 samples and 15 controls. Level of 25(OH)D was significantly lower in3 patients with DM type 1 (22:07 ± 5:53 vs 32,88 ± 1,81ng/ml; p<0,05). The number of regulatory T cells in type 1 diabetes was significantly lower than those in controls (6,86 ± 1,20 vs. 37,86 ± 9,61; p <0,05), as well as C-peptide levels (0,3 ± 0,11 vs 3,40±1,10; p <0,05
Diabetes melitus (DM) tipe 1 menjadi masalah kesehatan di banyak negara, dengan keseluruhan peningkatan per tahun diperkirakan sebesar 3%. DM tipe 1 merupakan konsekuensi dari proses destruksi autoimun sel β pankreas. Ditemukan hubungan antara defisiensi vitamin D dengan DM tipe 1. Penelitian cross sectional ini dilakukan untuk melihat hubungan antara kadar 25(OH)D3 dan C-peptida berdasarkan lama sakit pada anak dengan DM tipe 1. Subjek penelitian adalah 26 anak dengan DM tipe 1, status vitamin D pada sampel penelitian didominasi dengan status vitamin D yang tidak normal sebanyak 16 orang (61,5%). Hasil penelitian menunjukkan kadar 25(OH)D3 yang lebih rendah pada kelompok dengan lama sakit ≤ 5 tahun dan secara statistik tidak didapatkan perbedaan kadar 25(OH)D3 yang bermakna antara kedua kelompok (p=0,403). Didapatkan kadar C-peptida yang lebih tinggi pada kelompok dengan lama sakit ≤ 5 tahun dan secara statistik tidak didapatkan perbedaan kadar C-peptida yang bermakna antara kedua kelompok (p=0,137). Hubungan yang tidak signifikan didapatkan antara kadar vitamin D dan kadar C-peptida pada anak DM tipe 1, dengan keeratan hubungan yang lemah dan dengan korelasi bernilai positif (p=0,069; r=0,363). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada anak dengan DM tipe 1 didapatkan kadar 25(OH)D3 dan kadar C-peptida yang rendah. Semakin lama anak menderita DM tipe 1 dan tidak mendapatkan terapi yang adekuat, maka akan semakin rendah kadar 25(OH)D3 dan kadar C-peptida.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.