Background: Individually, green tea and green coffee have been extensively studied for mitigation of metabolic syndrome (MS) in both rats and humans; however, their combined effect requires further investigation. Thus, we compared the metabolic effect of combining green tea and decaffeinated light roasted green coffee on MS in rats. Methods: An MS animal model was constructed by feeding Sprague-Dawley rats with a high-fat-high-sucrose (HFHS) diet for eight weeks and a low dose of streptozotocin (STZ) injection at week 2. Rats fed with HFHS diets and injected with STZ successfully developed MS phenotypes, indicated by higher body weight, systolic blood pressure, plasma triglyceride level, plasma fasting blood glucose level, and lower plasma HDL-C level, compared to those fed with a normal chow diet. Subsequently, MS rats were continuously fed with HFHS and divided into four groups: MS rats, MS with 300 mg/bw.t green tea extract (GT), MS with 200 mg/bw.t green coffee extract (GC), and MS with combined green tea and green coffee extract (CM) for nine weeks. Results: Combining green tea and green coffee have synergistic effects on reducing plasma fasting blood glucose and triglyceride level. Inflammatory markers both in plasma and liver tissue robustly decreased in CM group rats. However, the reduction of systolic blood pressure was observed only in GT and CM groups. Moreover, all treatment resulted in an increase in plasma HDL-C level in MS rats. Conclusions: Our data highlighted that, in MS animal models, combined green tea and decaffeinated light roasted green coffee augment their several individual beneficial effects of improved metabolic parameters and modulated inflammatory genes.
Pangan darurat merupakan pangan yang dalam keadaan darurat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sebesar 233-250 kkal/50 gram bahan. Salah satu contoh produk pangan darurat adalah food bar. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan food bar ini berasal dari tepung bekatul dan tepung jagung. Bekatul dan jagung dipilih karena selama ini pemanfaatan bekatul masih terbatas untuk pangan, padahal kandungan gizinya dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan suatu produk food bar. Sementara itu jagung dipilih karena jagung merupakan penyumbang terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi food bar dari tepung bekatul dan tepung jagung yang sesuai syarat pangan darurat dan daya terima produk. Penelitian ini menggunakan desain true experiment dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Serat pangan memiliki manfaat bagi kesehatan salah satunya mengontrol berat badan atau kegemukan. Terdapat dua metode dalam menentukan kandungan serat makanan yaitu uji laboratorium metode enzimatik gravimetri dan software contohnya nutrisurvey. Nutrisurvey tidak membutuhkan biaya yang mahal, praktis, dan cepat dibandingkan dengan uji laboratorium. Sementara, uji laboratorium merupakan metode yang dijadikan gold standart dalam menentukan kandungan gizi makanan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan serat pangan pada 15 makanan siap saji khas Indonesia dengan menggunakan nutrisurvey dan enzimatik gravimetri serta melihat ada tidaknya perbedaan dari kedua metode tersebut. Rancangan penelitian yang digunakan adalah observasional analisis, yaitu sampel yang telah ditentukan kemudian dikumpulkan untuk diobservasi kandungan serat pangan. Data dianalisis menggunakan uji Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan serat pangan yang dianalisis dengan nutrisurvey memiliki rata-rata standar deviasi 5,10 + 4,28 gram. Serat pangan yang diuji dengan metode enzimatis gravimetri memiliki ratarata standar deviasi 36,53 + 14,05 gram. Terdapat perbedaan yang signifikan antara serat pangan yang diuji dengan nutrisurvey dan enzimatik gravimetri (p = 0,00). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan kandungan serat pangan pada analisis nutrisurvey dan enzimatik gravimetri.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang prevalensinya semakin meningkat setiap tahun. Salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah pada pasien hipertensi adalah asupan protein dan kalium. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan asupan protein dan asupan kalium terhadap tekanan darah pasien hipertensi rawat jalan di Puskesmas Bareng Kota Malang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Sampel dipilih dengan cara purposive sampling sebanyak 60 orang pasien hipertensi yang ada diwilayah kerja Puskesmas Bareng dan sudah memenuhi kriteria inklusi. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Spearman dengan variabel yang diukur yaitu asupan protein, asupan kalium, tekanan darah sistolik, dan tekanan darah diastolik. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan tekanan darah sistolik (rs =-0,407, p=0,001) dan tekanan darah diastolik (rs =-0,519, p=0,000) dengan arah korelasi negatif. Asupan kalium berhubungan dengan tekanan darah sistolik (rs=-0,518, p=0,000) dan tekanan darah diastolik (rs=-0,419, p=0,000) dengan arah korelasi negatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah asupan protein dan asupan kalium berhubungan signifikan dengan penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Kata kunci: protein, kalium, tekanan darah, hipertensi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.