The paper is a thought about the moral of students it a goal of the National System of Education is to regulate government that UU No. 20 tahun 2003. Morals of students a mission of urgent due it attitudes of Muhammad since before as a prophet messenger in the world. The morality is important for students for Islamic education such as TPQ, Diniyah, Pesantren, Islamic Schools and Islamic Higher of Education, even this time the human be the face of challenges the wave of development of science and technology that effect of positive or negative for the human being. The students' Islamic education now should attitude the huge morality. This research a description of how should Islamic education have response and anticipate the matters of the open community communicate with the other in order the student has its attitudes. The qualitative research is a source of experts in Islamic education through relevant books or journals.
This paper discusses the curriculum of traditional Islamic boarding school in the current globalization era. This institution was born in the era of Walisongo during the colonial period established by the society. In this period, traditional Islamic boarding schools are confronted with the complicated problems. Nowadays, Pesantren becomes a part of a national education system, and it is projected to have a high-level Quality education. In the current condition, pesantren is confronted with the challenges of globalization with negative and positive effects. The development of science and technology gives an ease for humans life nowadays. The economic nowadays is more developed and brings a free trade among Asian. In this era, Pesantren as an institutional education is a part that could pay attention for it. Pesantren in the future should give knowledge to santri dealt with broader perspectives in Islamic knowledge, as well as in science and technology, economic and also give attention to santri about entrepreneurship to enhance their skill of life and then could compete with others in this world. This research is qualitatively based on the sources of some books and journals from scholars that describe the development and challenges of Islamic boarding school and how the institutions are confronted with phenomenon of current globalization era. Abstrak Tulisan ini membahas kurikulum pesantren tradisional di era globalisasi saat ini. Lembaga ini lahir di era Walisongo selama periode kolonial yang didirikan oleh masyarakat. Pada kurun waktu tersebut, pesantren dihadapkan dengan masalah yang rumit. Saat ini, pesantren menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional, dan pesantren diproyeksikan untuk memiliki kualitas pendidikan yang tinggi. pada kondisi saat ini, pesantren dihadapkan dengan berbagai tantangan globalisasi dengan dampak negatif dan positif. Pesantren di masa depan sebaiknya memberikan pengetahuan kepada para santri untuk berurusan dengan perspektif yang lebih luas dalam pengetahuan Islam, serta sains dan teknologi, ekonomi, dan juga memberikan perhatian kepada para santri tentang kewirausahaan untuk meningkatkan keterampilan hidup sehingga dapat bersaing dengan orang lain di dunia ini. Penelitian ini secara kualitatif berdasarkan pada sumber-sumber beberapa buku dan jurnal yang menggambarkan perkembangan dan tantangan pesantren dan bagaimana lembaga dihadapkan dengan fenomena era globalisasi saat ini. How to Cite : Indra, H. (2017). Salafiyah Curriculum at Islamic Boarding School in the Globalization Era. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society, 4(1), 74-88. doi:10.15408/tjems.v4i1. 4960. Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/tjems.v4i1.4960
This study discusses the development of pesantren, its value system, its challenges, its response through the curriculum. Pesantren is part of produce a generation for national development through the formation of entrepreneurs in society. This pesantren has existed since the colonial period and exists until now. Pesantren experienced development in the form of salafiyah, combination and the form of Ashriyah. This education is in the midst of rapid scientific development with positive and negative effects, this era was also marked by economic cooperation between nations in the world that must be responded by pesantren education. Research using library methods with a qualitative approach. The results of the study show that both the scriptures and empirical facts show that the pesantren and entrepreneurial spirit are in line. Therefore, pesantren which have millions of students is an important part of building the nation through entrepreneurial graduates. Through the curriculum, it can be formed so that they can compete in this era.Abstrak Studi ini membahas perkembangan pesantren, sistem nilai, tantangan, dan responsnya melalui kurikulum. Pesantren adalah bagian dari menghasilkan generasi untuk pembangunan nasional melalui pembentukan wirausaha di masyarakat. Pesantren ini telah ada sejak zaman kolonial dan ada sampai sekarang, telah mengalami perkembangan dalam bentuk salafiyah, kombinasi dan dalam bentuk Ashriyah. Pendidikan ini berada di tengah perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat dengan efek positif dan negatif, era ini juga ditandai dengan kerja sama ekonomi antar negara di dunia yang harus ditanggapi dengan pendidikan pesantren. Penelitian menggunakan metode pustaka dengan pendekatan kualitatif. Hasil kajian menunjukan bahwa baik kitab suci maupun fakta empiris menunjukan bahwa pesantren dan semangat wira usaha merupakan hal yang sejalan. Oleh karena itu, maka pesantren yang memiliki jutaan siswa adalah bagian penting dalam membangun bangsa melalui lulusan wirausaha. Melalui kurikulum, dapat dibentuk sehingga mereka dapat bersaing di era ini.
In the last two decades, Indonesian higher education system has expanded rapidly in regards to the number of new established institutions and the number of students enrolled in higher education. However, the participation rate within university level is stated as low. In 2016, it only reached 31 percent. It means, although massification has been implemented within higher education system, it is not in line in ensuring equal access to pupils from disadvantaged social groups such as women, lower socioeconomic statuses, and students from outer or periphery areas. Rather, it has been evident as a daunting task. Widening participation is not the end of story, since Indonesia should be dealing with another problem which is non-continuation. By performing secondary analysis on several datasets released by World Bank, Indonesian Ministry of Research, Technology and Higher Education, and Indonesian Statistics Bureau, this paper explores several major findings on accessibility and retention problem of Indonesian higher education. Abstrak Dalam dua dekade terakhir, pendidikan tinggi di Indonesia mengalami perkembangan yang luar biasa, terutama dalam jumlah institusi perguruan tinggi. Akan tetapi di sisi lain, angka partisipasi kasar (APK) jenjang Perguruan Tinggi masih rendah. Pada tahun 2016 APK baru mencapai sekitar 31 persen. Artinya, meskipun Indonesia telah sukses melakukan masifikasi pendidikan tinggi, namun belum mampu menjamin akses yang setara bagi penduduk usia pendidikan tinggi, khususnya calon peserta didik yang berasal dari kelompok rentan, miskin, daerah terpencil dan perempuan. Meningkatkan angka partisipasi rupanya bukan solusi akhir, karena perguruan tinggi di Indonesia masih memiliki problem serius terutama terkait dengan keberlanjutan studi. Artikel ini bertujuan melakukan analisis mengenai aksesibilitas dan keberlanjutan di institusi pendidikan tinggi di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari Bank Dunia, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi serta Badan Pusat Statistik, artikel ini berupaya menganalisis beberapa temuan penting mengenai aksesibilitas dan permasalahan mengenai tingkat keberlanjutan studi dalam pendidikan tinggi di Indonesia.
Lulusan pendidikan termasuk pendidikan pesantren salafiyah harus fungsional di tengah kehidupan sesuai dengan zamannya. Saat ini kondisi pesantren salafiyah masih menyelenggarakan pendidikan apa adanya santri pada umumnya tidak mempelajari sains dan tidak memperhatikan skill untuk menopang kehiduapannya di masyarakat. Kurikulumnya memerlukan revitalisasi untuk merespon kondisi yang ada. Apalagi Pesantren saat ini telah diatur oleh UU No. 20/2003 dan menjadi salahsatu pilar penting dalam pengembangan pendidikan nasional ke depan. Pendidikan ini kualitasnya diarahkan setara dengan pendidikan nasional pada umumnya di dunia. Secara umum kualitas pendidikan nasional yang di dalamnya ada pendidikan pesantren masih berada di bawah negara-negara Asia seperti Singapura, Thailnad, Malaysia dan Vietnam. Saat ini dan mendatang produk pendidikan ini berada di era digital 4.0 menghadapi tantangan yang kompleks. Hal tersebut tidak bisa dihindari oleh pendidikan pesantren salafiyah dan alumninya harus menyiapkan dirinya dengan ilmu dan teknologi berjiwa entrepreneur, memiliki etos kerja dan memiliki kompetensi atau keterampilan lainnya. Untuk merespon kondisi yang dihadapi diperlukan revitalisasi di kurikulumnnya.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.