Quality of Life (QoL) merupakan suatu terminologi yang menunjukkan tentang kesehatan fisik, sosial, dan emosi seseorang serta kemampuannya untuk melaksanakan tugas sehari-hari. Kenyataannya adalah bahwa diabetes dapat mempengaruhi kehidupan seseorang salah satunya dengan adanya luka gangren yang memperburuk kualitas hidup. Complementary and Alternative Medicine (CAM) digunakan sebagai terapi pendukung untuk meningkatkan kesehatan. Senam kaki dan aromatherapy lavender merupakan relaksasi yang meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Desain penelitian yang digunakan adalah desain Quasi experiment dengan pendekatan one group pre and post design, teknik sampling yang digunakan simple random sampling dengan 16 responden, responden dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus di Puskesmas Rambipuji. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan kuesioner WHOQOL-BREF untuk mengetahui perbedaan Quality of Life (QoL) dengan intervensi senam kaki dan aromatherapy lavender. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar kualitas hidup responden penelitian sebelum diberikan intervensi berada pada kualitas hidup sedang yaitu 13 responden (81,3%) dan setelah diberikan intervensi berada pada kualitas hidup baik yaitu 14 responden (87,5%). Berdasarkan hasil analisa statistik yang dilakukan didapatkan hasil bahwa p-value sebesar 0,000, artinya ada perbedaan Quality of Life (QoL) pasien diabetes melitus sebelum dan sesudah diberikan senam kaki dan aromatherapy lavender di puskesmas Rambipuji tahun 2019. Senam kaki dan aromatherapy lavender dapat dilakukan sebagai terapi pendukung guna meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu metode dalam meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes melitus dengan melakukan senam kaki 3 kali secara rutin dalam seminggu dan aromatherapy lavender setiap malam sebelum tidur. Hal tersebut dapat membantu pasien untuk meningkatkan dan mempertahankan Quality of Life (QoL) yang baik
Gerakan internasional simultan tersebut tercantum dalam program Global Non-Communicable Disease/NCD Target mengenai komitmen untuk mencapai target bersama untuk menurunkan hipertensi. Penatalaksanaan hipertensi yang merupakan penyakit kronis meliputi pengobatan rutin dan perubahan gaya hidup sehat dan memerlukan self management yang baik. Manajemen diri (self-management) adalah upaya pasien yang secara aktif berpartisipasi dalam rencana perawatan, membuat pilihan gaya hidup yang berbeda, seperti kebiasaan makan, pilihan olahraga, dan kondisi hidup, dan memantau gejala sendiri. Pengetahuan tentang proses penyakit, peran obat dan rencana perawatan mereka sangat penting untuk kemampuan pasien hipertensi untuk berhasil mengelola kemampuan diri sendiri. Pasien hipertensi melaporkan bahwa jika tidak mengetahui alasan dan cara mengelola penyakit hgipertensi yang dialaminya, maka upaya manajemen diri terhambat. Mengetahui faktor yang berpengaruh pada self management pasien hipertensi secara dini bisa membantu pasien mengelola penyakit lebih optimal. Variable yang dinyatakan berhubungan dengan kemampuan self management pasien adalah usia dan durasi lama sakit. Sedangkan kualitas hidup dinyatakan tidak berhubungan secara signifikan (p<0.05). Dengan mengetahui faktor yang mempengaruhi self management maka perawat dirasakan perlu untuk memodifikasi proses perawatan pasien hipertensi dengan memperhatikan faktor yang mendetail dengan tujuan pasien hipertensi dapat mengelola penyakitnya dengan mandiri
ABSTRAKCardiac arrest merupakan kondisi yang memerlukan tindakan cepat dan butuh tindakan pemberian RJP yang efektif. Mahasiswa keperawatan merupakan salah satu kelompok yang dapat berperan sebagai bystander, untuk itu perlu memperhatikan hal krusial seperti pengetahuan dan efikasi diri sebagai dasar melakukan RJP. Untuk itu penting mengetahui hubungan keduanya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pengetahuan dan efikasi diri mahasiswa keperawatan dalam pemberian RJP. Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan crossectional melibatkan 110 mahasiswa keperawatan Universitas dr Soebandi yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Analisa data menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Hasil Hasil uji statistic diperoleh nilai p=0,000 (α 0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang RJP dengan efikasi diri mahasiswa keperawatan di Univesitas dr Soebandi. Kesimpulan: Efikasi diri memerlukan pengetahuan sebagai dasar kemampuan kognitif individu. Maka dari itu mahasiswa perawat perlu senantiasa melakukan berbagai upaya untuk mencapai hal tersebut demi menciptakan bystander yang memiliki kepercayaan diri untuk memberikan RJP yang berkualitas.Kata Kunci : efikasi diri, mahasiswa keperawatan, pengetahuan, RJP .
Hypertension or commonly called the silent killer is a disease that has unclear signs and symptoms with blood pressure conditions that exceed normal limits and can pose a risk to the heart, kidneys and brain. Hypertension that does not get good treatment causes complications such as stroke, coronary heart disease, diabetes, kidney failure and blindness. The purpose of this study was to gain an in-depth understanding of the needs of hypertensive patients. This study uses a descriptive phenomenological design. Data collection was done by in-depth interviews. Participants in this study were hypertensive patients. The data collected is recorded conversations made verbatim transcripts and analyzed using the Open Code 4.0 application. The results of this study identified 3 research themes related to the needs of hypertensive patients, namely the need for emotional support. The existence of direct expressions regarding the expected needs of hypertensive patients is one form of support so that the management of hypertension care can run well. The management of hypertension that is carried out properly is expected that hypertensive patients can maintain the stability of hypertension pressure.
Introduction: An adolescent aggregate is an age group with a high rate of smartphone addiction. Poor sleep quality in adolescents is one of the negative effects resulting from smartphone addiction Objective: To analyse poor sleep quality differences among adolescents with smartphone addiction compared to those without Methods: Analytical observational design with a cross-sectional approach was used in this study, involving 165 secondary school students as the participants. Study variables include smartphone addiction and poor sleep quality. The instruments used for data collection are the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire and the Smartphone Addiction Scale: Short Version (SAS-SV). The statistical analysis performed was the Mann Whitney test. Results: The statistical test results obtained a p-value < alpha (0,000 < 0,05), which means at a 95% confidence level, there was a difference in the poor sleep quality score between adolescents with smartphone addiction compared to those without. Adolescents with smartphone addiction have higher poor sleep quality scores compared to adolescents without smartphone addiction. Conclusion: Adolescents should be able to limit the use of the smartphone according to their needs and minimise smartphone use before going to bed at night.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.