Pharmacy service in the hospital must be prioritised to patient safety which is based on the paradigm of patient oriented, where pharmacist has a role not only focusing on medicine but also on patients. The good quality of pharmacy service can be seen from patients satisfaction. The objective of this research is to determine patient satisfactions level of outpatient pharmacy installation in Bhineka Bakti Husada Hosiptal. The research used non-experimental research design by descriptive. The number of sampel taken in this research was 100 respondent. The patients satisfactions level was calculated by the result of questionnaires which assessed from 5 dimentions. The satisfactions level analysis was conducted through calculation on the average of performance and expectancy.The research showed that deployment of service given in the installation pharmacy outpatient Bhineka Bakti Husada Hospital with level of conformity satisfaction and expectations > 75% of dimensions 91,6% reliability, 91,5% responsiveness, 92,57% assurance, 89,68% emphaty and 90,27% tangible. The results of this research show that patients are satisfied with the service provided in the installation pharmacy outpatient Bhineka Bakti Husada Hospital.Keywords: Satisfaction LevelInstallation Pharmacy OutpatientQuality of ServiceABSTRAKPelayanan kefarmasian di rumah sakit harus memprioritaskan keselamatan pasien yang berdasarkan paradigma baru yaitu patient oriented dimana farmasis berperan tidak hanya terfokus terhadap obat namun juga terhadap pasien. Kualitas pelayanan farmasi yang baik salah satunya dapat dilihat dari kepuasan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap instalasi farmasi rawat jalan RS Bhineka Bakti Husada. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non-eksperimental secara deskriptif. Jumlah responden yang diambil pada penelitian ini adalah 100 responden. Tingkat kepuasan pasien dinilai dari hasil penyebaran kuesioner yang dilihat dari 5 dimensi Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan di Instalasi farmasi rawat jalan Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada dengan tingkat kesesuaian kepuasan dan harapan > 75% di setiap dimensinya yaitu kehandalan 91,6%, daya tanggap 91,5%, jaminan 92,57%, empati 89,68% dan bukti langsung 90,27%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien puas dengan pelayanan yang diberikan di Instalasi farmasi rawat jalan Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada.Kata Kunci: Tingkat Kepuasan PasienInstalasi Farmasi Rawat JalanKualitas Pelayanan
Bibir merupakan salah satu bagian wajah yang penampilannya mempengaruhi persepsi estetika wajah. Ekstrak etanol buah labu kuning (Curcubita moschata D.) telah diakui memiliki aktivitas antioksidan dengan menggunakan metde DPPH. Pada penelitian ini, 2%, 4% dan 8% ekstrak etanol buah labu kuning diformulasikan dalam bentuk lip balm karena berguna untuk melindungi dan menjaga kelembaban bibir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui stabilitas fisik formulasi sediaan lip balm yang mengandung ekstrak etanol buah labu kuning. Uji stabilitas fisik dilakukan uji organoleptis, homogenitas, pH, suhu lebur dan cycling test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah labu kuning dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm yang memiliki susunan yang homogen, pH yang sesuai (5,8-6,3), suhu lebur yang baik (55-59 ) dan stabil selama cycling test. Sediaan lip balm ekstrak etanl buah labu kuning dengan konsentrasi 8% memiliki stabilitas fisik yang paling baik.
Kepuasan pasien adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan harapannya. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan berbeda-beda dan dipengaruhi oleh budaya, status sosial ekonomi, karakteristik pasien. Pasien atau pelanggan memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan karakteristik tersebut akan berakibat pada persepsi yang berbeda pula terhadap penilaian pelayanan kesehatan, sehingga pada akhirnya memberikan tingkat kepuasan yang berbeda pula. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik pasien dari jenis kelamin, umur, pendidikan, dan pekerjaan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan pada pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Banten. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dan menyebarkan kuesioner dengan sampel sebanyak 100 responden. Penelitian ini menggunakan metode non-probability sampling dengan teknik accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden sebagian besar berjenis kelamin perempuan berjumlah 59 responden (59%), mayoritas berusia dewasa (26-45 tahun) berjumlah 47 responden (47%), mayoritas pendidikan SMA berjumlah 43 responden (43%) dengan mayoritas pekerjaan yaitu bekerja sebanyak 48 responden (48%). Analisis bivariat menunjukkan bahwa hubungan antara jenis kelamin (p-value = 0.028) dan pendidikan (p-value = 0.021) dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan adalah signifikan, sedangkan hubungan antara usia (p-value = 0.201) dan pekerjaan (p-value = 0.547) dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan adalah tidak signifikan.
Antibiotik profilaksis adalah antibiotik yang digunakan oleh pasien yang belum terkena infeksi, tetapi diduga mempunyai peluang untuk mendapatkan infeksi, atau bila terkena infeksi akan memiliki dampak buruk bagi pasien. Penggunaan antibiotik profilaksis diperlukan karena terbukti dapat mencegah atau mengurangi kejadian infeksi. Ketidaktepatan pemilihan antibiotik, indikasi, dosis, waktu pemberian, lama pemberian, serta rute pemberian adalah penyebab tidak tepat pengobatan infeksi dengan antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik profilaksis cefazolin pada pasien operasi di Rumah Sakit Premier Bintaro periode Juli -Desember 2017. Penelitian ini bersifat non eksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif dan dianalisa dengan deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah sakit Premier Bintaro dari bulan April -Mei. Sampel diambil dengan metode purposive sampling. Sampel adalah rekam medik pasien operasi yang menggunakan cefazolin sebagai antibiotik profilaksis, berjumlah 231 sampel. Instrument pengumpulan data menggunakan ceklist ketepatan penggunaan antibiotik profilaksis yang diisi oleh peneliti. Hasil penelitian ini menunjukkan presentasi tertinggi usia pasien adalah usia dewasa (18-40) tahun sebanyak 45,9%, tepat indikasi penggunaan 100%, tepat dosis 99,1 %, tepat waktu pemberian 77,5%, tepat lama pemberian 93,5%, tepat rute pemberian 100 %. Kesimpulan dari penelitian ini adalah masih adanya ketidaktepatan dalam pemberian antibiotik profilaksis cefazolin pada pasien operasi dalam hal dosis, waktu pemberian, dan lama pemberian.
Penggunaan obat di pusat pelayanan kesehatan terutama pada pasien anak yang terdiagnosis ISPA perlu mendapatkan perhatian agar tidak terjadi ketidakrasionalan penggunaan obat. Banyak pengobatan yang diterima anak tidak sesuai dengan kondisi anak tersebut, sehingga hal ini dapat mengakibatkan penggunaan obat yang tidak rasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran rasionalitas penggunaan obatobat ISPA di Rumah Sakit Umum Tangerang Selatan khususnya pada Poli Anak. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan retrospekif, dalam penelitian ini sebanyak 69 resep pasien anak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasionalitas penggunaan Obat-obat ISPA di RSU Kota Tangerang Selatan pada Januari sampai Desember 2016 pada masing-masing kriteria yaitu Tepat Diagnosa 100%, Tepat Indikasi Penyakit 100%, Tepat Pemilihan Obat 100%, Tepat Dosis 96,5%, dan Tepat Cara Pemberian obat 99,4%. Berdasarkan Dosis, dikatakan tidak tepat dosis karena pemberian dosis tidak disesuaikan dengan umur, dan berat badan anak , seperti cetirizine sirup untuk anak 4 tahun menggunakan dosis 1 x sehari ½ sendok teh tetapi cetrizine sirup yang tertera pada resep tertulis penggunaan sirup 1 x sehari ¾ sendok teh hal ini menandakan bahwa dosis yang diberikan kurang dari dosis yang dianjurkan. Tepat Cara Pemberian diperoleh hasil 99,4%, hasil tidak diperoleh 100%. Dikatakan tidak tepat cara pemberian obat karena obat yang diberikan tidak sesuai dengan cara pemberiannya, seperti dalam resep tertulis obat iliadin (Oxymetazoline) nasal spray yang seharusnya pemberian ditulis seperti di berikan dengan cara disemprotkan ke hidung 2 sampai 3 kali sehari. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 69 pasien ISPA yang dirawat jalan di RSU Kota Tangerang Selatan selama periode Januari-Desember 2016 dapat disimpulkan bahwa kerasionalan penggunaan obat ISPA dapat dilihat berdasarkan kriteria tepat dosis sebanyak 96,5%, tepat cara pemberian obat sebanyak 99,4%, tepat indikasi cara pemilihan obat sebanyak 100%, tepat diagnosis sebanyak 100% dan tepat cara pemilihan obat sebanyak 100%.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.