Latar Belakang: Diare adalah perubahan abnormal pada buang air besar yang ditandai dengan konsistensi tinja yang lebih encer dan frekuensi yang lebih sering dari biasanya. Diare di Indonesia masih merupakan penyakit endemis dan berpotensi untuk menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang dapat menyebabkan kematian. Diare dapat dicegah dengan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) yang terdiri dari 5 pilar, salah satunya adalah cuci tangan pakai sabun (CTPS). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas edukasi CTPS terhadap perubahan pengetahuan dan sikap responden dalam pencegahan diare. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah One Group Pre test – Post testdengan teknik sampling purposive sampling. Responden yang digunakan adalah ibu yang memiliki anak balita di posyandu wilayah kerja Puskesmas Cakranegera dengan jumlah 114 responden. Hasil:Hasil penelitian didapatkan peningkatan persentase jumlah responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebesar 47,37% dari 59 responden (51,75%) sebelum diberikan intervensi menjadi 113 responden (99,12%). Selain itu, terdapat pula peningkatan persentase jumlah responden yang memiliki sikap baik sebesar 7,9% dari 102 responden (89,47%) sebelum diberikan intrervensi menjadi 111 responden (97,37%). Kesimpulan:Edukasi cuci tangan pakai sabun (CTPS) efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap responden dalam pencegahan diare dengan nilai p < 0,001.
Stroke remains one of the major causes of death and disability in Indonesia with a mortality and disability rate of 15% and 65%, respectively. Diabetes is known as a modifiable risk fator on stroke. Promptly identifying the symptoms of stroke is crucial as it leads to faster treatment and minimize brain damage. However, most patients are unaware of the early warning signs and symptoms of stroke. Therefore, providing education on early detection of stroke for patients with diabetes is essential as it may improve awareness on early signs of stroke hence allow patients to seek early treatment and later reduce the impact of the disease. The aim of this community education is to increase awareness of stroke and provide information on early signs and prevention of stroke among patients with diabetes.To achieve the aim of this community education include provide a talk/presentation on early sign of stroke and healthy life style for diabetes patient and evaluation of process. Evaluation of the community education was conducted through a pre and posttest to all participant on the related issue. Approximately 18 diabetes patients took part in this community education. The pre-test average score of participants was 73.33%. After providing education on stroke early detection, the participants' average score increased to 86.67 or increased by 18%. Education for early detection of stroke among Diabetes patients increased participants' understanding of the symptoms and early signs of stroke
Vaksin mirip dengan obat yaitu dapat berpotensi menimbulkan reaksi hipersensitivitas baik ringan maupun berat. Proses pembuatan vaksin harus memperhatikan keseimbangan antara aspek imunogenisitas dan reaktigenisitas. Hampir semua komponen vaksin berpotensi menimbulkan reaksi hipersensitivitas namun mekanisme alergi hanya sebagian kecil dari seluruh efek samping vaksin. Reaksi hipersensitivitas terhadap vaksin ada dua jenis yaitu reaksi segera maupun reaksi lambat. Penegakan diagnosis reaksi hipersensitivitas terhadap vaksin mengutamakan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan tes alergi belum terstandar dan tervalidasi. Penanganan reaksi hipersensitivitas terhadap vaksin hampir sama dengan penanganan reaksi alergi secara umum. Keputusan pemberian re-vaksinasi sangat individual tergantung kondisi masing-masing pasien.
Latar belakang: HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan suatu jenis retrovirus yang berasal dari famili lentivirus. Virus ini memiliki kemampuan khusus yaitu merubah komponen RNA (Ribonucleic Acid) menjadi DNA (Deoxyribonucleic Acid). Virus HIV merupakan jenis virus yang menyerang sel limfosit CD (Cluster Differentiation) 4+ . Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang masih memiliki keterbatasan dalam melakukan pemeriksaan CD4+. Hitung jumlah limfosit total dapat dijadikan alternatif menggantikan pemeriksaan CD4+ dalam menentukan waktu terapi HAART (Highly Active Antiretroviral Therapy) atau melakukan monitoring. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara jumlah limfosit total dan limfosit CD4+ pada pasien HIV/AIDS di RSUD Provinsi NTB. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan metode pengambilan data secara cross-sectional. Sampel penelitian yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dipilih berdasarkan teknik consecutive sampling. Pengambilan data menggunakan data rekam medis pasien HIV/AIDS pada klinik VCT (Voluntary Conseling and Testing). Analisis statistik yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan bivariat dengan uji korelasi pearson. Hasil: Sebanyak 52 sampel yang masuk kedalam kriteria inklusi didapatkan nilai korelasi positif lemah antara jumlah limfosit total dan CD4+ pada sampel pre-HAART (r = 0.396) dengan nilai sig 0.004 sedangkan pada sampel post-HAART didapatkan korelasi positif kuat (r = 0.665) dengan nilai sig 0.000. Kesimpulan: Terdapat korelasi yang signifikan antara TLC dan CD4+ pre-HAART dan post-HAART
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.