Artikel ini membahas tentang bencana dalam sudut pandang agama dan kearifan lokal Bali. Dalam kebudayaan Bali, antara bhuana agung dan bhuana alit memiliki hubungan yang bersifat integralistik. Apapun yang terjadi di dalam bhuana agung, memiliki hubungan secara langsung dengan bhuana alit – begitu pula sebaliknya. Segala jenis aktivitas ritual yang dilakukan umat Hindu di Bali untuk memuliakan dan menjaga keseimbangan kosmik didasarkan pada munculnya kesadaran manusia yang terpusat pada alam (kosmos). Di sinilah ekosentrisme muncul. Segala ekspresi keagamaan manusia berorientasi pada kosmos – menyucikan gunung, danau, hutan dan laut. Secara fenomenologis, intensionalitas kesadaran manusia yang terpusat pada alam inilah membentuk kepercayaan dan kebudayaan masyarakat Bali. Kesadaran akan bencana juga muncul dari pola ini. Masyarakat Bali menggunakan tanda-tanda alam untuk menjelaskan terjadinya bencana. Setidaknya, hal ini tersirat dalam beberapa teks lontar khususnya Roga Sangara Bumi dan Bhama Kertih.
Artikel ini bermaksud membahas tentang pembebasan tubuh perempuan dalam ruang tradisi di Bali, khususnya di Desa Kedisan Bangli. Ada beberapa tema yang dibahas yakni peran perempuan dalam tradisi memanda, dan momentum pembebasan tubuh perempuan dalam ruang tradisi memanda. Pembebasan etis tubuh perempuan dalam tradisi mamanda di desa Kedisan dapat dilihat dari bagaimana perempuan dalam hal ini wargadesa kahyangan memiliki ruang dalam ranah tradisi untuk mengaktualisasi dirinya dan memiliki kesempatan untuk melakukan pembebasan tubuh. Dalam tradisi mamanda perempuan tidak lagi dianggap sebagai jenis kelamin kedua yang keberadaannya tidak diakui dan menjadi individu yang inferior dibawah bayang–bayang budaya patriarki. Sebaliknya, dalam tradisi mamanda perempuan diberikan kebebasan untuk menjadi subyek atas dirinya. Dalam hal ini tubuhnya bukan lagi sebagai penghalang dan hambatan, melainkan karena ia bertubuh perempuanlah ia memiliki peran dan fungsi strategis dalam masyarakat utamanya dalam pelaksanaan tradisi mamanda.
Traditional village is a unit of customary law community in Bali which has territory, position, original structure, traditional rights, own assets, traditions, and social manners of community life from generation to generation. One of the values of local wisdom that can be implemented in economic activities is Sad Kerthi, namely the six main sources of welfare/happiness of human life. The Kerthi Bali Economy is an economy to realize an Independent Bali in the Economic Sector, built and developed based on the values of Sad Kerthi's philosophy. Because the principle of Kerthi Bali Economics is a new concept, the researcher analyzes the contents and phenomena described in the Kerthi Bali Economics book and is associated with other economics references. At this stage will produce an indicator in measuring the economic principles of Kerthi Bali. There are 11 economic principles of Kerthi Bali that are harmonious with nature, culture and people. The development model used by the researcher uses the Waterfall Model. In this study, researchers used several stages in the waterfall model, including requirements, design, implementation, verification, and maintenance. The system design uses MySQL as the database as well as PHP and HTML for basic programming. This research succeeded in developing the Application of the Kerthi Bali Economy in a Web-Based Geospatial Visualization Information System. Testing the system using the Black Box Testing method, which produces all the pages tested in accordance with the expected results.
Artikel ini membahas tentang aktualisasi Pancasila dalam budaya masyarakat Bali Aga khususnya di dua desa yakni Desa Cempaga dan Pedawa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga yakni observasi, wawancara mendalam dengan para tokoh adat dan agama, dan studi dokumen yang berhubungan dengan penelitian. Setelah data terkumpul akan dilakukan analisis secara deskriptif kualitatif, lalu dituliskan menjadi laporan penelitian. Berdasarkan penelitian di lapangan, didapatkan hasil yakni bahwa budaya masyarakat Bali Aga di Desa Cempaga dan Pedawa sangat relevan dengan nilai-nilai Pancasila. Aktualisasi dua sila dari Pancasila dalam masyarakat di Desa Cempaga yakni sila tentang kerakyatan dan keadilan sosial. Masyarakat Bali Aga di Desa Cempaga menerjemahkan prinsip kerakyatan dalam kehidupan keseharian. Bentuk aktualisasi nilai Pancasila dalam budaya masyarakat Desa Pedawa juga tidak jauh berbeda dengan Desa Cempaga. Khususnya yang berhubungan dengan musyawarah mufakat dan sikap gotong royong yang merupakan wujud dari Eka Sila Bung Karno. Dalam kehidupan sosio-kultural di Desa Pedawa, prinsip-prinsip pemusyawaratan dijunjung tinggi. Mereka akan bermusyawarah ketika ada kegiatan-kegiatan sosial, budaya dan keagamaan—apalagi berhubungan dengan pengambilan keputusan penting di desanya.
The core teaching of Candra Bairawa is Catur Yoga Marga implementation in its entirety which cannot be treated separately. From the concept of catur yoga marga there raises the teaching of karma sanyasa that includes karma marga, bhakti marga, jnana marga, and yoga marga while those who only take the jnana marga and the yoga marga will give rise to the concept of yoga sanyasa teaching. These two concepts are depicted by the main character, Candra Bairawa as the sanyasa yoga, and Yudhistira as the character of karma sanyasa. Both are equally reaching the realm of moksha by releasing their spirit; Yudhistira to the realm of Shiva, whereas Candra Bairawa takes the jnana yoga marga to reach the same realm. Essencially, both are equally regarded to have Samyajnana or having the right knowledge.abstrak Inti dari ajaran Candra Bairawa adalah pelaksanaan Catur Yoga Marga secara utuh dan tidak boleh terpisah-pisahkan. Dari konsep catur yoga marga ini melahirkan ajaran karma sanyasa yang mencakup karma marga, bhakti marga, jnana marga dan yoga marga, sedangkan mereka yang hanya mengambil jnana marga dan yoga marga melahirkan konsep ajaran yoga sanyasa.Dari kedua konsep tersebut yang diperankan oleh tokoh utama Candra Bairawa sebagai tokoh yoga sanyasa dan Yudhistira sebagai tokoh karma sanyasa sama-sama dapat memasuki alam moksa dengan melepas roh beliau, Yudhistira menuju alam Siwa sedangkan jalan yang ditempuh oleh Candra Bairawa adalah jnana marga dengan yoga marga. Pada intinya sama-sama Samyajnana, yaitu memiliki ilmu pengetahuan yang benar.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.