Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan, kompetensi profesional dan kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru SMA Negeri 1 Mengwi secara terpisah maupun simultan. Populasi penelitian ini adalah seluruh Siswa SMA Negeri 1 Mengwi dengan jumlah sebanyak 70 orang siswa. Penelitian ini menggunakan rancangan ex-post facto. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan lembar observasi. Data dianalisis dengan regresi, korelasi dan analisis kontribusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat kontribusi yang signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja guru dengan kontribusi sebesar 45,10 % dan sumbangan efektif sebesar 16,80 %, (2) Terdapat kontribusi yang signifikan antara kompetensi profesional terhadap motivasi kerja guru dengan kontribusi sebesar 50,60 % dan sumbangan efektif sebesar 30,40 %, (3) Terdapat kontribusi yang signifikan antara kompetensi manajerial Kepala Sekolah terhadap motivasi kerja guru dengan kontribusi sebesar 39,20 % dan sumbangan efektif sebesar 24,90 %, dan (4) Terdapat kontribusi yang signifikan secara bersama-sama antara gaya kepemimpinan, kompetensi profesional, dan kompetensi manajerial Kepala Sekolah terhadap motivasi kerja guru dengan kontribusi sebesar 72,10 %. Berdasarkan hasil temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan, kompetensi profesional dan kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru SMA Negeri 1 Mengwi secara terpisah maupun simultan. Kata kunci: gaya kepemimpinan, kompetensi profesional, kompetensi manajerial kepala sekolah, motivasi kerja guru.
ABSTRAKGenerasi milenial yang kurang ilmu pengetahuan moral dan agama, maka akan mudah terlena dan terpengaruh oleh kemajuan zaman. Pesatnya perkembangan zaman akan berdampak terhadap SDM Generasi milenial. Oleh karena itu, generasi milenial harus bisa mempersiapkan karakter yang baik dari terjangan arus globalisasi. Arus modernisasi telah banyak memberi perubahan dalam kehidupan generasi milenial. Yang menyedihkan perubahan yang terjadi cenderung mengarah pada krisis karakter moral dan akhlak. Krisis ini tidak hanya terjadi pada generasi milenial perkotaan, tetapi juga generasi milenial pedesaan. Oleh karena itu, perlu adanya kegiatan penguatan karakter, seperti pengabdian pelatihan Pengembangan Entrepreneur Berbasis Potensi Diri untuk menguatkan karakter generasi milenial. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan di Yayasan Dvipantara Samskrtam pada tanggal 16 sampai dengan 18 April 2021. Subjek pengabdian ini adalah pemuda-pemudi (teruna-teruni Sansekerta) yang berjumlah 15 orang. Metode yang digunakan dalam pengamdian ini adalah metode PALS (participatory action learning system) dengan lankah-langkah sebagai berikut : (1) Identifikasi masalah tentang potensi diri pemuda-pemudi; (2) pelatihan atau pemberian materi tentang potensi diri, kewirausahaan, dan karakter, (3) analisis pengembangan ide entrepreneur sesuai potensi diri pemuda-pemudi; (4) melaksankan pendampingan dan bimbingan; dan (5) evaluasi ide usaha pemuda. Pengabdian ini dilaksanakan dengan metode PALS (Participatory Action Learning System). Hasil pengabdian ini menunjukkan bahwa pelatihan pengembangan entrepreneur berbasis potensi diri dapat menguatakan karakter generasi milenial. Hal itu terlihat dari respons positif peserta pelatihan terhadap kegiatan pengabdian. Kata kunci : entrepreneur; potensi diri; penguatan karakter ABSTRACTThe millennial generation who lacks moral and religious knowledge will be easily complacent and influenced by the progress of the times. The rapid development of the times will have an impact on the human resources of the millennial generation. Therefore, the millennial generation must be able to prepare good characters from the brunt of globalization. The current of modernization has brought many changes in the lives of the millennial generation. The sad thing is that the changes that occur tend to lead to a crisis of moral and moral character. This crisis is not only happening to the urban millennial generation, but also to the rural millennial generation. Therefore, it is necessary to have character strengthening activities, such as the service of Self-Potential-Based Entrepreneur Development training to strengthen the character of the millennial generation. This service activity was carried out at the Samskrtam Dvipantara Foundation on April 16 to 18 2021. The subjects of this service were young people (Sanskrit teruna-teruni) totaling 15 people. The method used in this study is the PALS (participatory action learning system) method with the following steps: (1) Identification of problems regarding the potential of young people; (2) training or providing material on self-potential, entrepreneurship, and character, (3) analysis of the development of entrepreneurial ideas according to the potential of young people; (4) implementing mentoring and guidance; and (5) evaluation of youth business ideas. This service is carried out using the PALS (Participatory Action Learning System) method. The results of this service show that self-potential-based entrepreneurial development training can strengthen the character of the millennial generation. This can be seen from the positive response of the training participants to service activities. Keywords : entrepreneur; self potential; character strengthening
Abstrak -The sintering temperature is played a vital role in the evolution of phase structure, microstructure, and the properties of the superconductor. In this study, the Gd0.9La0.1Ba1.95Sr0.05Cu3O7- phase compound has been synthesized by the wet method using HNO3 as a solvent. The samples were divided into two groups. The first sample was calcined at 400 °C for 2 hours + 500 °C for 2 hours + 600 °C for 6 hours. The second sample treated by the same process and then continued by heating at 900 °C for 15 minutes. The effect of the calcination temperature for the synthesis of Gd0.9La0.1Ba1.95Sr0.05Cu3O7- bulks was investigated using the DTA-TG method. The results showed that the optimum reaction temperature for the formation of Gd0.9La0.1Ba1.95Sr0.05Cu3O7- phase was 938 °C. The additional heating temperature e.g. 900 °C for 15 minutes on the calcination process can reduce the optimum formation temperature of by 20 °C. The peritectic melting reaction temperatures of the sample without the addition of heating and with the addition of heating at temperature 900 °C for 15 minutes are 1032°C and 1035°C, respectively. The melting temperatures of both samples are 1164 °C and 1200 °C.
ABSTRAKGuru di SD Negeri 2 Buahan belum memiliki pemahaman yang baik terkait dengan pelaksanaan GLS di SD. Untuk mengatasi permasalah tersebut dilaksanakan PkM dengan mengembangkan pelayanan dasar Pendidikan di Desa Binyan melalui pengintegrasian GLS dalam pembelajaran dan pengembangan pojok literasi di SD Negeri 2 Buahan. PkM ini bertujuan untuk mengembangkan pelayanan dasar Pendidikan di Desa Binyan melalui pengintegrasian GLS dalam pembelajaran dan pengembangan pojok literasi di SD Negeri 2 Buahan. Adapun rancangan kegiatan yang digunakan adalah (1) identifikasi masalah; (2) Analisis Kebutuhan; (3) menyusun program, (4) pelaksanaan program, (5) evaluasi program, (6) tindaklanjut evaluasi, dan (7) pelaporan dan publikasi. Metode evaluasi program yang digunakan adalah metode observasi dan metode angket. Berdasarkan pelaksanaan rencana kegiatan, hasil yang diperoleh adalah (1) 9 orang guru SD Negeri 2 Buahan telah mampu mampu menyusun perencanaan dan melaksanakan literasi dalam pembelajaran. (2) Ada tujuh unit pojok literasi yang telah direalisasikan. (3) Kemampuan siswa meningkat dalam hal minat membaca. Kata kunci: literasi; pembelajaran ABSTRACTTeachers at SD Negeri 2 Buahan do not have a good understanding regarding the implementation of GLS in SD. To overcome this problem, PkM was implemented by developing basic education services in Binyan Village through integrating GLS in learning and developing literacy corners at SD Negeri 2 Buahan. This PkM aims to develop basic education services in Binyan Village through the integration of GLS in learning and the development of a literacy corner at SD Negeri 2 Buahan. The activity designs used were (1) problem identification; (2) Needs Analysis; (3) compiling programs, (4) implementing programs, (5) evaluating programs, (6) follow-up evaluations, and (7) reporting and publication. The program evaluation method used is the observation method and the questionnaire method. Based on the implementation of the activity plan, the results obtained were (1) 9 teachers of SD Negeri 2 Buahan were able to plan and implement literacy in learning. (2) There are seven literacy corner units that have been realized. (3) Students' abilities increase in reading interest. Keywords : literacy; learning
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.