Nuget udang berkualitas baik mempunyai tekstur kenyal tetapi lembut ketika digigit, warna menarik, rasa udang yang kuat dan gurih, serta disukai oleh konsumen. Salah satu bahan tambahan pangan yang dapat digunakan untuk memperbaiki tekstur dan meningkatkan nilai gizi nuget udang adalah rumput laut Kappaphycus alvarezii. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik fisikokimia nuget udang werus (Metapenaeus monoceros) dengan penambahan rumput laut K. alvarezii, serta untuk mendapatkan rasio daging udang dan rumput laut terbaik yang disukai konsumen. Perlakuan rasio (b/b) daging udang dan rumput laut lumat terdiri atas A0 (10:0), A1 (9:1), A2 (8:2), A3 (7:3), dan A4 (6:4). Parameter yang dianalisis meliputi expressible moisture content, proksimat, tingkat kesukaan (hedonik), dan warna. Berdasarkan hasil penelitian, kombinasi daging udang werus dan K. alvarezii tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>0,05) terhadap kadar protein, abu, expressible moisture content, dan warna, namun memberikan pengaruh (p<0,05) pada kadar air, lemak, dan serat kasar. Penambahan daging udang dan rumput laut menurunkan kadar air dan lemak nuget udang, namun meningkatkan kadar serat kasarnya. Selanjutnya, penambahan K. alvarezii mampu meningkatkan nilai tekstur nuget, namun tidak mempengaruhi parameter tingkat kesukaan lainnya secara umum. Rasio (b/b) daging udang dan rumput laut terbaik adalah 6:4 (A4) dengan nilai kesukaan keseluruhan antara 6,83-7,93 (suka sampai sangat suka). Rumput laut K. alvarezii dapat ditambahkan pada nuget udang untuk memperbaiki tekstur dan sebagai sumber serat.
Bruguiera gymnorrhiza menghasilkan berbagai senyawa bioaktif yang dapat dimanfaatkan dalam bidang pangan dan non pangan. Pemanfaatan daun B.gymnorrhiza sebagai bahan baku pembuatan garam fungsional rendah natrium menjadi solusi alternatif untuk garam diet dalam mengurangi kasus hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan rasio pelarut dan tepung yang optimum pada pembuatan garam daun B. gymnorrhiza berdasarkan rasio Na:K dan %NaCl, kadar air, kadar abu dan mineral pada garam B. gymnorrhiza dari berbagai perbandingan rasio pelarut akuades dan tepung daun B. gymnorrhiza. Pembuatan garam dilakukan dengan perlakuan rasio tepung daun mangrove dengan akuades 1:5, 1:10, dan 1:15 (b/v), diekstrak pada suhu 40oC selama 10 menit dan dioven pada suhu 65oC selama 120 jam atau hingga filtrat kering dengan ulangan sebanyak 3 kali. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah: rendemen, kadar air, kadar abu, kadar mineral, kandungan mineral, dan kadar NaCl. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan rasio tepung daun mangrove dan akuades tidak memberikan pengaruh secara signifikan pada taraf (p<0,05) terhadap uji kadar air, kadar abu dan uji mineral (Ca, Mg, dan Fe), namun berpengaruh secara signifikan pada rendemen,uji mineral (Na dan K), rasio Na:K, dan kadar NaCl. Perlakuan P1 merupakan perlakuan optimum untuk mendapatkan kadar NaCl 12.76 ± 0.68 %, sedangkan P2 merupakan perlakuan yang optimum untuk mendapatkan rasio Na:K 1.66 ± 7.84 mg/g. Kadar air garam daun mangrove berkisar 6.13-7.17 % dan kadar abu 31.14-31.77 %. Kandungan mineral pada garam daun mangrove meliputi Na, Ca, K, Mg, dan Fe dengan konsentrasi yang berbeda.
Petis dapat dibuat dari bahan-bahan dasar berupa kaldu hasil rebusan ikan pindang, kupang, atau udang dan bahan pengisi yaitu berbagai j enis tepung. Penggunaan bahan pengisi dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas produk terkait karakteristik kimiawi dan kesukaan konsumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami karakteristik fisikokimia petis air rebusan ikan layang dengan kombinasi bahan pengisi. Bahan pengisi yang digunakan yaitu: (1) 20% tepung terigu, (2) 15% tepung terigu + 5% tepung tapioka, (3) 15% tepung terigu + 5% tepung beras, dan (4) 15% tepung terigu + 5% maizena. Parameter yang dianalisis terdiri atas proksimat, viskositas, warna, dan tingkat kesukaan (hedonik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi bahan pengisi berpengaruh nyata terhadap nilai proksimat petis (kadar abu, air, protein, lemak) dan sifat fisik (viskositas dan warna), namun tidak berpengaruh nyata terhadap nilai hedonik (warna, rasa, tekstur, aroma,dan kesukaan keseluruhan). Kadar air petis adalah 30-50% dengan
Siomai merupakan produk kukus yang terbuat dari lumatan daging udang atau ikan dan sayuran dibungkus lembaran pangsit yang disajikan dengan saus kacang. Siomai udang kaya protein namun rendah kandungan serat. Penambahan rumput laut Kappaphycus alvarezii diharapkan dapat memenuhi kekurangan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik fisikokimia dan tingkat penerimaan konsumen siomai udang Metapenaeus monoceros dengan penambahan rumput laut K. alvarezii. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan persentase substitusi K. alvarezii terhadap udang M. monoceros yaitu 25, 50, dan 75% serta kontrol (tanpa rumput laut) dengan tiga kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisis variannya untuk melihat pengaruh perlakuan yang diberikan, jika memberi pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan Duncan's Multiple Range Test pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan K. alvarezii memengaruhi karakteristik fisikokimia siomai udang. Penambahan K. alvarezii dapat meningkatkan kandungan karbohidrat dan serat kasar, namun menurunkan kadar protein, lemak dan nilai derajat putih siomai udang yang dihasilkan. Perlakuan penambahan K. alvarezii pada siomai dapat meningkatkan tingkat penerimaan konsumen berdasarkan parameter kenampakan dengan nilai mutu 7,33 (suka), tekstur 6,33 (agak suka), aroma 7,77 (sangat suka) dan rasa 7,83 (sangat suka) dari perlakuan terbaik pada konsentrasi 25%.
Good characteristics of surimi can be seen from its ability to form a gel, one of which is the temperature setting. This study aims to determine the effectiveness of the setting temperature on the surimi gel of moonfish (Megalops cyprinoides). The study used a completely randomized design with treatments of five temperature setting with three replications. Parameters observed were gel strength, folding test, whiteness and expressible moisture content. The results showed that setting temperature had a significant effect on gel strength, folding test, whiteness degree and expressible moisture content (p<0.05) at 95% confidence level. The setting temperature treatment of 40oC and without setting had the highest gel strength compared to other treatments with the max load values of 59.79 kg/cm2 and 60.63±1.44 kg/cm2, respectively, with a 5-fold test quality value, namely does not crack after being folded into quarters. The best setting temperature for the gel forming ability of fish surimi for moonfish is 40oC and without setting temperature.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.