This research was motivated by many students at MA Miftahul Qulub who still lacked confidence in making career decisions. This can be seen from their inability to determine further studies to college as desired. There are also some students who are still confused about what to do after graduation. Self efficacy can influence students in determining the chosen decision making. So that in this study, researchers are interested in conducting research with the title "The Relationship Between Self Efficacy With Career Decision Making in Class XII Female Students of MA Miftahul Qulub Galis Pamekasan". The purpose of this study was to determine whether or not there was a relationship and the magnitude of the relationship between self-efficacy and career decision-making for the class XII female students of MA Miftahul Qulub Galis Pamekasan. This research is a quantitative research with the type of correlational analysis to see the relationship of the two variables of this study. The subjects in this study were 25 people. Data analysis used the Product Moment correlation method with the help of SPSS v.25 software for windows. The results of the correlation analysis showed that the significance value (p) obtained was 0.000, and the correlation coefficient (r) was 0.709. So that in this study the hypothesis is accepted, namely there is a relationship between self-efficacy and career decision making in class XII Putri MA Miftahul Qulub Galis Pamekasan students.
<p><span>Masalah kecemasan akibat pandemi COVID-19 perlu mendapat perhatian khusus untuk diatasi. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah melalui konseling, dengan alternatif pendekatan <em>Rational Emotive Behavor Therapy</em> (REBT). Dalam hal ini, <em>cyber counseling</em> dapat dilakukan karena kondisi sekarang yang mengharuskan untuk <em>physical distancing</em>. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri atau gejala kecemasan akibat pandemi COVID-19, serta kontribusi pendekatan <em>Rational Emotive Behavor Therapy</em> (REBT) melalui <em>cyber counseling</em> untuk mengatasi kecemasan di masa pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan jenis penelitian studi kasus. <em>Purposive sampling</em> digunakan dalam penelitian ini, di mana subyek penelitian adalah konseli yang memiliki masalah kecemasan akibat pandemi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa <em>Pertama</em>, ciri kecemasan subyek, meliputi aspek fisik, kognitif, emosi, dan perilakunya. <em>Kedua</em>, subyek mampu mengatasi kecemasan yang dialaminya. <em>Ketiga, </em>subyek mampu mengontrol pikiran negatif yang ditimbulkan akibat pandemi. <em>Keempat</em>, subyek dapat lebih menerima kondisi yang terjadi akibat pandemi. <em>Kelima,</em> subyek mampu melakukan kegiatan aktifnya sebagaimana biasanya meskipun terbatas, dengan memperhatikan protokol kesehatan.</span></p><em></em><em><strong></strong></em>
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi data berupa deskripsi problematik terkait makna karier bagi generasi milenial khususnya di kawasan industri Gresik. Pada era ini, aspirasi karier masyarakat telah mengalami pergeseran paradigma. Pergeseran paradigma tersebut juga terjadi pada masyarakat industri yang memiliki kekhasan karakteristik yakni memiliki motivasi yang tinggi dalam mencapai kesejahteraan ekonomi. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh banyaknya peluang pekerjaan yang ada di kawasan industri. Menggunakan penelitian kualitatif fenomenologi, penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang makna aspirasi karier generasi milenial baik dari segi orientasi, sikap maupun perilaku. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa aspirasi karier bermakna sebagai ambisi bagi generasi milenial. Adapun tiga aspek yang mendasari makna tersebut yaitu aspek orientasi, sikap dan perilaku. Pada aspek orientasi, generasi milenial memiliki idealisme terhadap profesi impiannya. Mereka menetapkan profesi impian mereka adalah profesi yang menuntut kualifikasi keahlian, kenyamanan baik dari segi gaji maupun lingkungan kerja, serta adanya sisi pengabdian terhadap sesama. Sisi idealis ini juga tercermin dalam standar keberhasilan karier mereka yakni mampu mengembangkan usaha milik pribadi selambat-lambatnya pada usia 60 tahun dengan target usia pensiun pada usia 40-60 tahun. Pada aspek sikap, generasi milenial memiliki dorongan kuat dan memiliki kemampuan untuk menentukan jalur yang sesuai dengan keinginannya. Hal ini terlihat dari dua pekerjaan yang mereka tekuni dalam kurun waktu yang sama. Dua pekerjaan tersebut teridentifikasi sebagai pekerjaan primer dan sekunder. Adapun figur pendorong dalam berkarier adalah keluarga dan teman. Pada aspek perilaku, generasi milenial merupakan generasi yang pekerja keras dan memiliki strategi yang hebat. Kerja keras generasi ini juga terlihat dari usaha-usaha yang telah dilakukannya sejak dini dalam mencapai profesi impian mereka, bahkan mereka memulainya sejak duduk di bangku SMA. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka memiliki dedikasi yang tinggi terhadap profesi impian mereka. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi guru BK terkait aspirasi karier generasi milenial. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan informasi dalam bidang lain terkait kekhasan generasi milenial. Saran lain bagi peneliti selanjutnya adalah melakukan pengembangan layanan karier baik berupa teknik atau media yang tepat bagi generasi milenial. This study aims to explore data in the form of problematic descriptions related to the meaning of careers for the millennial generation, especially in the Gresik industrial area. In this era, people's career aspirations have undergone a paradigm shift. This paradigm shift also occurs in industrial societies which have unique characteristics, namely having high motivation to achieve economic prosperity. This is motivated by the many job opportunities that exist in industrial areas. Using phenomenological qualitative research, this research is expected to be able to provide an overview of the meaning of millennial generation career aspirations in terms of orientation, attitude and behavior. The results of this study indicate that career aspirations are meaningful as ambitions for the millennial generation. There are three aspects that underlie this meaning, namely aspects of orientation, attitude and behavior. In the aspect of orientation, the millennial generation has idealism towards the profession of their dreams. They determine that their dream profession is a profession that demands skill qualifications, comfort in terms of both salary and work environment, as well as a side of devotion to others. This idealistic side is also reflected in the success standards of their careers, namely being able to develop privately owned businesses by the age of 60 with a target retirement age of 40-60 years. In the aspect of attitude, the millennial generation has a strong drive and has the ability to determine the path according to their wishes. This can be seen from the two jobs they have been engaged in during the same period. The two jobs were identified as primary and secondary jobs. The driving figures for a career are family and friends. In the aspect of behavior, the millennial generation is a generation that works hard and has a great strategy. The hard work of this generation can also be seen from the efforts they have done from an early age in achieving their dream profession, they even started when they were in high school. This shows that they are highly dedicated to their dream profession. This research is expected to be used as information and knowledge for counseling teachers regarding the career aspirations of the millennial generation. It is hoped that the next researchers will be able to develop information in other fields related to the peculiarities of the millennial generation. Another suggestion for future researchers is to develop career services in the form of techniques or media that are right for the millennial generation.
Penelitian ini dilatarbelakangi Tanggung Jawab Belajar Dengan Kemandirian Siswa. Tanggung jawab belajar sangat berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa. Melalui tanggung jawab, seorang siswa akan mempunyai sikap dewasa dalam menjalani pembelajaran di sekolah dan dapat membantu siswa menjadi pribadi yang lebih baik. Selain tanggung jawab, kemandirian juga diperlukan bagi setiap siswa. Rumusan masalah dari penelitian ini “apakah ada hubungan tanggung jawab belajar dengan kemandirian siswa?. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tanggung jawab belajar dengan kemandirian siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan teknik analisis data statistik non parametrik. Pengumpulan data yang digunakan yaitu berupa angket dan wawancara. Subjek yang diteliti sebanyak 8 siswa. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian non parametrik dikarenakan subjek yang diteliti hanya 8 siswa dan termasuk kedalam data ordinal. Dalam proses analisis data disini menggunakan bantuan aplikasi Software SPSS v.25. Hasil penelitian uji korelasi menggunakan rank spearman’ rho didapatkan nilai p hitung sebesar 0,952 (p hitung lebih besar dari p tabel) dan nilai signifikasi 0,000 (kurang dari 0,05). Sehingga dikatakan jika p hitung lebih besar dari p tabel dan nilai signifikan kurang dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tanggung jawab belajar dengan kemandirian siswa yang sangat signifikan dan mempunyai tingkat hubungan yang sangat kuat.
This research aims to predict the model interest Social Cognitive career Theory (SCCT) through a testrun to 600 high school students in Gresik Regency. Subject completed measures of self-efficacy incareer, expectations of a result, interests, support and social barriers, and considerations in thechoice of six types of RIASEC Holland (1997). Model options integrated interest meets the data wellin all types of Holland and generally supports the hypothesis that self-efficacy and outcomeexpectations are similarly predict the interest, and that interest in self-efficacy mediate therelationships and expectations the results for the consideration of the options. Contrary to SCCT,support and social barriers related considerations the option indirectly i.e. via self-efficacy. Theimplications of these findings for further research is the importance of cross-cultural validity ofconsideration on the SCCT
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.