Artikel ini mengkaji tentang aktivitas dan motif penziarah pada upacara Tradisi Ziarah Kubur di Makam Puyang Muaro Danau, Mande Rubiah dan Syekh Burhanuddin. Tradisi ziarah kubur merupakan tradisi yang sudah lama muncul, bahkan indikasi tradisi ini sudah ada sebelum kedatangan Islam. Meskipun era dan zaman telah berubah, tradisi ziarah kubur ini tidak dikikis oleh perkembangan zaman, minat dan niat penziarah untuk mengunjungi makam-makam yang ada tetap berkelanjut bahkan semakin ramai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif-deskriptif, alat pengumpul datanya adalah observasi partisipasi, wawancara dan studi dokumen. Dengan temuan bahwa tradisi ziarah kubur baik ativitas maupun motif dari penziarah ke beberapa makam ditemukan berbeda-beda.
Semenjak kedatangan Islam ke Kerinci, masjid sudah memiliki posisi penting, ia tidak hanya sebagai tempat ibadah saja, melainkan mempunyai multifungsi yang digunakan oleh para ulama dan umat Islam di Kerinci. Pada Awal Abad ke-20 merupakan puncak dari Kolonialisme Belanda di Indonesia, hampir disetiap penjuru wilayah Indonesia dijajah oleh Belanda termasuk wilayah Kerinci, untuk merespon kedatangan Belanda tersebut, ulama dan masyarakat Kerinci di sekitar Pulau Tengah menjadikan Masjid Keramat sebagai pusat perlawanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research dengan pendekatan metode penelitian sejarah, dengan ditemukan bahwa Masjid Keramat adalah pranata terpenting bagi masyarakat Kerinci, sehingga Masjid Keramat dijadikan pusat perlawanan yang berupa: tempat musyawarah, benteng pertahanan, tempat pembekalan para lasykar dan pembekalan ilmu agama.
Pilgrimage tradition in Indonesia is a phenomenon that has not been eradicated by the times. The more modern and sophisticated technology, the more pilgrims come. In each city and region there are many people who cult certain graves to the point that the tomb can solve their problems. The tradition of the grave pilgrimage or the term in Mukomuko Regency is "pegi tepat." It is a traditional practice carried out every year. Many practices that come from outside the teachings of Islam even there are deviations from the teachings of Islam itself such as: prostration on the grave, asking for healing, enliven the grave and combining between tradition and religion.Kata kunci: tradisi, pegi tepat, Hukum Islam K
Masyarakat Kerinci sebelum kedatangan Belanda mempunyai dua pola kepmimpinan yaitu kaum adat dan ulama, mereka mempunyai peran signitifikan di tengah masyarakat Kerinci dalam menyusun serta menerapkan peraturan-peraturan yang ada. Kedatangan Kolonialisme ke Kerinci dianggap merusak struktur dan tatanan masyarakat, sehingga kaum adat dan ulama melakukan pergerakan anti penjajahan dengan berbagai bentuk dan pola perlawanan. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode kepustakaan (library research) dengan pendekatan deskriptif analisis, dengan temuan bahwa perlawanan kaum adat dipimpin oleh Depati Parbo dengan strategi bergerilya dan membangun benteng di berbagai tempat di wilayah kerinci dengan dibantu oleh depati yang lainnya. Komunikasi yang intens antar Depati dilakukan oleh kaum adat dalam membentuk pertahanan. Sedangkan perlawanan ulama dipimpin oleh H. Ismael di Pulau Tengah, perlawanan kaum ulama menggunakan justifikasi agama dengan menjadikan masjid Keramat sebagai poros utama dan pusat pergerakan perlawanan terhadap Belanda, strategi yang digunakan adalah perang secara terbuka dengan mendirikan benteng di berbagai titik di Pulau Tengah.
Indonesia is one of the countries that have the best tourist destinations in the world. This reality is supported by its natural wealth and various cultures. So that Indonesia is not only popular for its natural beauty but also for its historical tourist destinations. The crowning of Nagari Tuo Pariangan as the most beautiful village in the world by Travel Budget is proof of the existence of historical tourism in Indonesia. The purpose of this paper is to analyze Culture and Historical Tourism: The Existence of Historical Objects on Tourism Development in Pariagan, Tanah Datar Regency. This paper uses a qualitative descriptive approach, then analyzed using Creswell Analysis. The results showed that in Nagari Pariangan there are several historical tourism objects, but there are four popular objects including the long grave, Ishlah Mosque, Nasurek Stone, and Balai Saruang which greatly affect the existence of tourism development in Nagari Pariangan. On the policy side, the Regional Government supports the development of culture and history-based tourism, although not maximally.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.