Weight gain is very influential on the mechanism of the onset oh hypertension in people who are obese. However, this mechanism is not clearly understood but is suspected in people who are obese increased plasma volume and cardiac output will increase blood pressure. The purpose of this study was to determine the relation of body mass index, waist circumference and blood pressure of student in medical faculty of sam ratulangi university. Methods: This study is an analytical type with cross-section. Survey respondents as many as 127 students of the faculty of medicine UNSRAT that met the inclusion criteria. Respondents measured height, weight, waist circumference and blood pressure before the spearmen test. Result: There was a significant correlation between body mass index with systolic and diastolic blood pressure with p value of 0.001 and 0.004 (p<0.01). There was a significant correlation between waist circumference and systolic blood pressure and diastolic pressure with p values of 0.000 and 0.002 (p<0,01). And there also significant correlation between body mass index with waist circumference with a p value of 0.000 (p<0.01). Conclusion: The increase in body mass index and waist circumference may affect the blood pressure. Keywords: Body Mass Index,Waist Circumference, Blood Pressure. Abstrak: Kenaikan berat badan (BB) sangat berpengaruh pada mekanisme timbulnya kejadian hipertensi pada orang yang obes akan tetapi mekanisme terjadinya hal tersebut belum dipahami secara jelas namun diduga pada orang yang obes terjadi peningkatan volume plasma dan curah jantung yang akan meningkatkan tekanan darah.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dan lingkar pinggang dengan tekanan darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT. Metode: Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross-section.Responden penelitian sebanyak 127 mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT yang memenuhi kriteri inklusi. Responden di ukur tinggi badan,berat badan, lingkar pinggang dan tekanan darah. Selanjutnya dilakukan uji Spearmen. Hasil penelitian: Terdapat korelasi yang signifikan antara Indeks Massa Tubuh dengan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan nilai p sebesar 0,001 dan 0,004 (p<0,01). Ada hubungan yang signifikan antara lingkar pinggang dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dengan nilai p sebesar 0,000 dan 0,002 (p<0,01). Dan terdapat juga hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan lingkar pinggang dengan nilai p sebesar 0,000 (p<0,01). Simpulan: Peningkatan Indeks Massa Tubuh dan lingkar pinggang dapat berpengaruh kepada tekanan darah.Kata kunci: IMT,Lingkar Pinggang, Tekanan darah.
Given the high prevalence in patients with type 2 diabetes where the incidence of 650.000 new cases each year. In type-2, the pancreas does not make enough insulin to keep blood sugar levels remain normal, often because the body does not respond well to insulin. Most people do not realize had been suffering from type 2 diabetes, although the situation has become very serious. Type 2 diabetes has become a commonly experienced in the world and in Indonesia, and the numbers continue to grow due to unhealthy lifestyles, obesity and lazy to exercise. Purpose: To determine how the image of risk factors in patients with type 2 diabetes in the clinic Endocrine and Metabolic Section / SMF FK-UNSRAT BLU RSU Prof. Dr. R.D. Manado Kandou the period of May-October2011. Methods: This type of research is a descriptive study using secondary data. Population of type 2 DM patients who come for treatment at the Polyclinic Endocrine and Metabolic Section / SMF FK-UNSRAT BLU RSU Prof.Dr. R.D. Kandou Manado the period of May - October 2011. The number of samples of 138 patients comprising 60 men and 78 women. Result: The case of DM Tiipe 2 in Endocrine and Metabolic Clinic ever found in women than in men. Acquired risk factors for type 2 diabetes mellitus is a BMI> 23 ever found in an obese BMI groups 1 (25-29,9) of 37 patients, patients with stage 1 hypertension (130-159/80-99 mmHg) obtained by 80 patients , patients with dyslipidaemia as many as 22 patients, patients with a family history of as many as 45 patients, patients with age> 40 years as many as 130 patients, and patients who have risk factors for most of the patients with 3 risk factors as many as 74 patients. Conclusion: Risk factors affecting the incidence of type 2 diabetes mellitus in Endocrine and Metabolic Clinic is a BMI> 23, hypertension> 140/90 mmHg, family history,age> 40 years, dyslipidemia. Key words : Risk factors, Diabetes mellitus type 2, Endocrine and Metabolic Clinic. Abstrak: Mengingat tingginya prevalensi untuk pasien dengan DM tipe 2 dimana insidennya sebesar 650.000 kasus baru tiap tahunnya. Pada tipe-2, pankreas tidak cukup membuat insulin untuk menjaga level gula darah tetap normal, seringkali disebabkan tubuh tidak merespon dengan baik terhadap insulin tersebut. Kebanyakan orang tidak menyadari telah menderita dibetes tipe 2, walaupun keadaannya sudah menjadi sangat serius. Diabetes tipe 2 sudah menjadi umum dialami didunia maupun di Indonesia, dan angkanya terus bertambah akibat gaya hidup yang tidak sehat, kegemukan dan malas berolahraga. Tujuan: Untuk mengetahui bagaimana gambaran faktor risiko pada pasien DM tipe 2 di Poliklinik Endokrin dan Metabolik Bagian/SMF FK-UNSRAT BLU RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Mei - Oktober 2011. Metode: Jenis penelitian merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan data sekunder. Populasi pasien DM tipe 2 yang datang berobat di Poliklinik Endokrin dan Metabolik Bagian/SMF FK-UNSRAT BLU RSU Prof.Dr. R.D. Kandou Manado periode Mei-Oktober 2011. Jumlah sampel 138 pasien yang terdiri dari 60 laki-laki dan 78 perempuan. Hasil: Kasus DM Tiipe 2 di Poliklinik Endokrin dan Metabolik terbanyak didapatkan pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Faktor risiko yang didapatkan untuk terjadinya DM tipe 2 adalah IMT >23 terbanyak didapatkan pada IMT golongan obes 1 (25-29,9) sebanyak 37 pasien, pasien dengan hipertensi stage 1 (130-159/80-99 mmHg) didapatkan sebanyak 80 pasien, pasien dengan dislipidemia sebanyak 22 pasien, pasien dengan riwayat keluarga sebanyak 45 pasien, pasien dengan umur >40 tahun sebanyak 130 pasien, dan pasien yang memiliki faktor risiko paling banyak adalah pasien dengan tiga faktor risiko yaitu sebanyak 74 pasien. Simpulan: Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian DM tipe 2 di Poliklinik Endokrin dan Metabolik adalah IMT >23, hipertensi >140/90 mmHg, riwayat keluarga, umur > 40 tahun, dislipidemia. Kata kunci : Faktor risiko, diabetes melitus tipe 2, Poliklinik Endokrin dan Metabolik.
Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is a metabolic disease caused by insulin resistance and beta cell dysfunction. It is ranked as the seventh of top 10 causes of death worldwide, and the highest prevalence of cases is T2DM. The dominant lifestyle that triggers T2DM is diet and physical inactivity. This study was aimed to determine whether lifestyle was a risk factor of T2DM. This was a literature review study using two databases, namely Pubmed and Google Scholar. The keywords used were "lifestyle risk factors and type 2 diabetes mellitus". There were 10 literatures obtained based on inclusion and exclusion criteria. The results showed that lifestyle such as unhealthy eating pattern and less physical activity significantly influence the risk factors of T2DM. In conclusion, lifestyles such as unhealthy foods and less physical activity are at high risk of suffering from T2DM.Keywords: risk factors, lifestyle, type 2 diabetes mellitus (T2DM) Abstrak: Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit metabolisme yang disebabkan karena resistensi insulin dan disfungsi sel beta pankreas. DM berada diperingkat ke tujuh sebagai 10 penyakit penyebab kematian di dunia, denganDMT2 sebagai prevalensi kasus tertinggi. Pola hidup yang dominan menjadi pencetus DMT2 ialah pola makan dan aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya hidup sebagai faktor risiko DMT2. Jenis penelitian ialah literature review. Pencarian data menggunakan dua database yaitu Pubmed dan Google Scholar. Dengan kata kunci yaitu “faktor risiko gaya hidup dan diabetes melitus tipe 2”. Setelah diseleksi, didapatkan 10 literatur berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian mendapatkan bahwa gaya hidup seperti pola makan yang tidak sehat dan pola aktivitas fisik kurang secara bermakna berpengaruh terhadap terjadinya faktor risiko DMT2. Simpulan penelitian ini ialah gaya hidup dengan mengonsumsi makanan tidak sehat dan aktivitas fisik yang kurang memiliki risiko tinggi mengalami DMT2.Kata kunci: faktor risiko, gaya hidup, diabetes melitus tipe 2 (DMT2)
Diabetes mellitus is still increasing in number in the future. Type 2 diabetes mellitus type 2 (T2DM) often appears in adults and the cause is due to a shortage of the hormone insulin on a relative basis, generally appears slowly and gradually worsens. One of the parameters to control blood sugar level is HbA1c. The high HbA1c increases the risks and complications in T2DM patients. This study aimed to obtain the relationship between HbA1c level and GFR among T2DM patients. This was an analytical study using the patient's medical record data. This study was conducted at the Endocrine Clinic and Heart and Hypertension Clinic with a total samples of 65 patients. The results showed that of the 65 subjects, there were 40 male patients and 25 female patients. The Pearson correlation test showed that the relationship of the HbA1c level and GFR had a p value = 0.05 > 0.462 and the correlation r = 0.093. Conclusion: There was no significant relationship between HbA1c level and GFR in type 2 DM patients. Keywords: HbA1c, GFR, type 2 DM Abtsrak: Diabetes merupakan suatu penyakit tidak menular yang akan terus meningkat jumlahnya di masa datang. Diabetes Melitus tipe 2 (DMT2) sering muncul pada orang dewasa dan penyebabnya oleh karena kekurangan hormon insulin secara relatif , umumnya muncul perlahan dan secara bertahap akan bertambah berat. Salah satu parameter kontrol kadar gula darah ialah HbA1c. Jika HbA1c meningkat terjadi pula peningkatan resiko komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar HbA1c dengan eLFG pada pasien DMT2. Jenis penelitian ini analitik dengan mengevaluasi data rekam medik pasien. Penelitian dilakukan di Poliklinik Endokrin dan Poliklinik Jantung dan Hipertensi dengan jumlah subyek penelitian 65 pasien DMT2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 65 orang subjek terdapat 40 laki-laki dan 25 perempuan. Untuk mengetahui adanya hubungan kadar HbA1c dengan LFG digunakan analisis bivariat Pearson correlation yang mendapatkan nilai p hitung = 0,462> 0,05 dengan kekuatan korelasi r = 0,093. Simpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara kadar HbA1c dengan eLFG pada pasien DM tipe 2.Kata kunci: HbA1c, eLFG, DM tipe 2
Abstrak: Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Meningkatnya kepekaan terhadap infeksi pada diabetes mellitus disebabkan oleh berbagai faktor (multifaktorial), baik yang disebabkan oleh hiperglikemia maupun gangguan imunitas. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional, yang mengambil data pasien secara prospektif di ruang rawat inap bagian penyakit dalam Irina C1 sampai C4, IMC, instalasi gawat darurat medik RSUP Prof.Dr.R.D Kandou Manado pada bulan November sampai desember 2012. Subjek dalam penelitian berjumlah 27 orang. Pengukuran variabel kadar gula darah puasa dan kadar leukosit yang diambil dengan selang waktu 3 hari selama pasien di rawat dari pertama terdiagnosis DM dengan sepsis sampai pasien pulang atau sepsis sudah hilang. Berdasarkan analisis koefisien korelasi Pearson antara GDP dengan jumlah leukosit diperoleh r = -0,429 dengan p = 0,013. Simpulan: Terdapat hubungan antara kadar gula darah puasa dengan jumlah leukosit pada pasien DM dengan sepsis dengan bentuk hubungan linear negatif, yang artinya makin tinggi kadar gula darah puasa maka makin rendah kadar leukosit. Kata kunci: GDP, leuksoit, DM dengan sepsis. Abstract: Diabetes is one of group metabolic disease with characteristic hyperglycemia that happends because insulin disfungtion. Increasing of sensitivity to inflammation of diabetes mellitus cause by many factors. Both caused by by hyperglycemia and immunity disfunction. This research is study with analytic descriptive with cross sectional design, that taking data with prospective at interna department Irina C1 to C4, IMC, Intensif unit care at RSUP Prof.Dr.R.D Kandou Manado in November to December 2012. Total subject in this research are 27 people. The measurement of fasting blood sugar and total leukocyte that taken with time a gap 3 days as long patient still in unit care from the moment patient diagnosed with DM with sepsis until patient charge go home. Basic on analytic correlation koefisien Pearson between GDP with total leukosit found r = - 0,429 with p = 0,013. Conclutions: There is relationship between fasting blood sugar with total leukocyte in patient DM with sepsis with form linear negative means more higher fasting blood sugar, more lower total leukocyte. Keywords: GDP, leukocyte, DM with sepsis.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.