The research about phytochemical content and antioxidant activity of seaweed Kappaphycus alvarezii methanolic extract has been done. The purpose of this research is to determine the phytochemical content and antioxidant activity of seaweed Kappaphycus alvarezii which extraction using methanol as solvent. Extraction has done with maseration using methan ol solvent, phytochemical tests include alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid, and steroid were determined using some reagents and antioxidant activity assay using DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl). This research obtained phytochemical contents such as alkaloid, flavonoid, saponin, steroid and triterpenoid of Kappaphycus alvarezii methanolic extract was undetected and antioxidant activity of Kappaphycus alvarezii methanolic extract using DPPH method was very weak which IC 50 >200 ppm that is 163,819.99 ppm. Phytochemical content was not detected caused by sample preparation procedure, that is using seaweed obtained in dry condition, which is previously been exposed to heat and sunlight, the type of seaweed and the process of desalting is not optimal, thus affecting to antioxidant activity. This research obtained a very weak antioxidant activity presumably derived from unsaturated fatty acids that contained in seaweed Kappaphycus alvarezii. ABSTRAK Penelitian tentang Kandungan Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol RumputLaut Kappaphycus alvarezii telah dilakukan. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menguji kandungan fitokimia dan aktivitas antioksidan rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan ekstraksi menggunakan pelarut metanol. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi dengan pelarut metanol, u ji fitokimia yang meliputi alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid dan steroid ditentukan dengan menggunakan beberapa pereaksi dan uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (1-1-difenil-2-pikrilhidrazil). Pada penelitian ini diperoleh kandungan fitokimia berupa alkaloid, flavonoid, saponin, steroid dan triterpenoid pada ekstrak metanol Kappaphycus alvarezii tidak terdeteksi dan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH pada rumput laut Kappaphycus alvarezii ekstrak metanol sangat lemah dimana IC 50 >200 ppm yakni 163.819,99 ppm. Tidak terdeteksinya kandungan fitokimia antara lain disebabkan oleh prosedur persiapan sampel, yakni menggunakan rumput laut yang diperoleh sudah dalam keadaan kering dimana sebelumnya telah terpapar panas dan sinar matahari, jenis rumput laut itu sendiri dan proses desalting yang tidak maksimal sehingga mempengaruhi aktivitas antioksidan. Penelitian ini memperoleh aktivitas antioksidan yang sangat lemah diduga berasal dari asam lemak tak jenuh yang terkandung dalam rumput laut Kappaphycus alvarezii.Kata Kunci: Kappaphycus alvarezii, fitokimia, aktivitas antioksidan, DPPH.
PENDAHULUANMakanan yang kita konsumsi di masa sekarang sudah banyak mengandung bahanbahan tambahan yang apabila di konsumsi dengan kadar yang berlebihan akan berdampak buruk bagi tubuh. Akibatnya berbagai penyakit bermunculan menyerang tubuh kita. Hal itu semua tak luput dari adanya radikal bebas.Radikal bebas adalah atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih elektron tidak berpasangan. Radikal bebas juga dijumpai pada lingkungan, beberapa logam (contohnya besi dan tembaga), asap rokok, obat, makanan dalam kemasan, bahan aditif, dan lain-lain (Droge, 2002: Stevi G. dkk. 2012.Radikal bebas ini dapat dihindari dengan antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh. Akan tetapi kadarnya sedikit,melihat dari penyakitpenyakit yang diderita oleh manusia sekarang ini, antioksidan yang diproduksi oleh tubuh sudah tidak cukup melawan radikalradikal bebas penyebab penykit. Hal ini mendorong setiap manusia harus membutuhkan tambahan asupan antioksidnan dari luar tubuh.Karena salah satu fungsi antioksidan ini dapat menghentikan reaksi dari radikal bebas. Menurut Kaur dan Kapoor (2001) dalam Maulida (2007, berdasarkan cara reaksinya antioksidan didefinisikan sebagai komponen yang dapat menghentikan rantai radikal bebas pada oksidasi lemak dengan cara memberikan electron atau atom hydrogen pada lemak yang mengandung radikal bebas.Maulida R. (2007) Menyatakan sumber antioksidan bisa kita dapatkan dari makanan yang kita konsumsi , baik secara alami maupun sintetis. Antioksidan yang diperoleh dari asupan makanan yang kita konsumsi dapat digolongkan menjadi 2 bagian yaitu antioksidan zat gizi dan antioksidan nongizi selain itu adapun antioksidan yang sering digunakan pada bahan pangan seperti butylated hydroxytoluene (BHT), Butylated Hydroxyanisole
Sonneratia alba is a mangrove that is found in North Sulawesi and has been known to contain bioactive substances through researches. Rendement is the ratio of the dry weight of the extract to the amount of the raw material. Rendement value is related to the amount of bioactive content contained. The higher the rendement, the higher the bioactive componds contain in sample. The purpose of this study was to obtain the rendement value of Sonneratia alba leaves extract taken from Wori Village, North Minahasa Regency, North Sulawesi Province which was extracted using the infundation method with extraction time of 10 minutes, 20 minutes, 30 minutes, 40 minutes, 50 minutes at boiling water solvent. Sample comparison of 50 gr : 3000 mL solvent (1:60 w / v). The results showed the lowest rendement in the 10 minutes treatment was 18.34% and the highest was in the 50 minutes treatment 29.76%. The rendement of leaves extract of this study has the possibility of qualitatively containing bioactive compounds that can act as antibacterial and antioxidant. Overall, it can be concluded that the extraction time affects the rendement, where the longer the extraction time, the higher the rendement.Key words: Rendement, Sonneratia alba, old leaf, infundation AbstrakSonneratia alba merupakan salah satu jenis mangrove yang banyak di temukan di Sulawesi Utara dan sudah dikenal mengandung zat-zat bioaktif melalui hasil-hasil penelitian. Rendemen adalah perbandingan berat kering ekstrak dengan jumlah bahan baku. Nilai rendemen berkaitan dengan banyaknya kandungan bioaktif yang terkandung. Semakin tinggi rendemen maka semakin tinggi kandungan zat yang tertarik ada pada suatu bahan baku. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan rendemen ekstrak daun tua Sonneratia alba yang diambil dari Desa Wori, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara yang diesktrak menggunakan metode infundasi dengan waktu ekstraksi yaitu 10 menit, 20 menit, 30 menit, 40 menit, 50 menit pada pelarut air mendidih. Perbandingan sampel 50 gr : 3000 mL pelarut (1:60 b/v). Hasil penelitian menunjukkan nilai rendemen terendah pada perlakuan 10 menit yakni 18,34% dan tertinggi pada perlakuan 50 menit 29,76%. Rendemen ekstrak daun tua penelitian ini memiliki kemungkinan secara kualitatif mengandung senyawa bioaktif yang dapat berperan sebagai antibakteri dan antioksidan. Secara keseluruhan disimpulkan bahwa lama waktu ekstraksi berpengaruh terhadap rendemen, dimana semakin lama waktu ekstraksi maka semakin tinggi rendemen.Kata kunci : Rendemen, Sonneratia alba, daun tua, infundasi
Ikan merupakan sumber protein, juga diakui sebagai functional food yang mempunyai arti penting bagi kesehatan karena mengandung asam lemak tak jenuh berantai panjang (terutama yang tergolong asam lemak omega-3), vitamin serta makro dan mikro mineral. Ikan asap merupakan salah satu produk olahan yang digemari konsumen baik di Indonesia maupun di mancanegara karena rasanya yang khas dan aroma yang sedap spesifik. Namun demikian proses pengasapan ikan di Indonesia masih dilakukan secara tradisional menggunakan peralatan yang sederhana, selain itu kurang memperhatikan aspek sanitasi dan higienis sehingga dapat memberikan dampak bagi kesehatan dan lingkungan. Kelemahan-kelemahan yang ditimbulkan oleh pengasapan tradisional antara lain kenampakan kurang menarik (hangus sebagian), kontrol suhu sulit dilakukan dan terjadi polusi udara. Salah satu cara yang tepat untuk mempertahankan daya awet ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap yaitu dengan dikemas vakum. Prinsip utama dari pengemasan vakum adalah pengeluaran khususnya O2 dari produk sehingga dapat memperpanjang masa simpan. Selanjutnya dimodifikasi dengan penyimpanan dingin untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati kemunduran mutu kimiawi ikan tongkol asap selama 0 hari dan 2 hari, penyimpanan pada suhu kamar yang dikemas vakum dan non vakum dengan pengujian mutu meliputi Kadar air, pH, Total Plate Count (TPC), Total Volatile Base Nitrogen (TVB-N), dan Organoleptik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen eksploratif yaitu mengungkapkan fakta-fakta berdasarkan permasalahan yang ada melalui hipotesa. Parameter yang digunakan dalam penelitian adalah uji Kadar Air, uji pH, uji TPC, uji TVB-N, dan uji Organoleptik. Hasil penelitian yang diperoleh dari 5 parameter uji, diperoleh nilai kadar air tertinggi (63,4%), terendah (63,85%); nilai pH tertinggi 6,31, terendah 5,87; nilai TVB tertinggi (89,46mg N/100g), terendah (36,54mg N/100g); nilai TPC tertinggi (186,5x102), terendah (<30); nilai Organoleptik (Rasa) tertinggi (7,6), terendah (1.3); nilai Organoleptik (Kenampakan) tertinggi (7,5), terendah (5,0); Nilai Organoleptik (Bau) tertinggi (7,3), terendah (1,5); nilai Organoleptik (Tekstur) tertinggi (7,2), terendah (3,9).
Seaweeds have bioactive compounds with enormous health prospective which interests the pharmaceutical industries. The isolated bioactive compounds of seaweeds have been utilized as drug and food in the world. Phytochemical constituents of seaweeds have an assortment of prospective biological activity, such as antidiabetes. In worldwide the appearance of type two diabetes mellitus (T2DM) as the greatest non-transmittable disease has motivated search for new antidiabetic approaches. The purpose of the research was to determine the phytochemical properties and antidiabetic effect using α-glukosidase on methanol extract, n-hexane, chloroform, and water fraction of marine red algae Halymenia durvilae. The result of this study showed the phyto-constituent of H.durvilae includes steroids, flavonoids and triterpenoids are present in all extracts. Saponins and hyquinones showed their presence only in methanol extract. Alkaloid and tannin were not present in methanol extract and its fractions. H.durvilae on the extract and its fractions had antidiabetic activity. Water fraction had the highest activity to inhibit α-glukosidase (IC50 4.34±0.32 mg mL) followed by chloroform, hexane and methanol extract. Therefore, it can be concluded that H.durvilae could be used as a dietary food source of bioactive compound especially natural antidiabetic compounds.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.