Kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga di bank sampah ini masih sebatas pengumpulan, pemilahan, penimbangan, pencatatan, dan penjualan. Salah satu jenis sampah rumah tangga yang paling banyak dihasilkan adalah sampah plastik, tetapi sebagian besar hanya dijual ke pengepul. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah plastik menjadi produk kreatif belum dikembangkan. Padahal, jika menjadi produk kreatif akan meningkatkan nilai ekonomis sampah plastik tersebut. Oleh karena itu, Bank Sampah diberikan pelatihan dan pendampingan produk kreatif berupa material produk kreatif dengan teknologi ecobricks dan pemasaran produk kreatif. Hasilnya mitra mampu melakukan pengolahan sampah plastik menjadi material yang selanjutnya dikreasikan menjadi produk kreatif berupa set furnitur stool dan meja. Selain itu, produk ini mampu menyerap sampah plastik sebanyak lebih kurang 25 kg sehingga teknologi tepat guna ecobricks ini sangat cocok untuk mengurangi timbunan sampah plastik yang dihasilkan oleh rumah tangga. Untuk keberlanjutan kegiatan usaha bank sampah, dilakukan pendampingan sejak awal sampai pasca program kemitraan masyarakat. Hal ini bertujuan agar bank sampah dapat berfungsi sebagai pusat kegiatan yang menjadi wadah usaha yang kegiatannya termasuk daur ulang sampah plastik menjadi produk kreatif. Kegiatan ini dapat menjadi rintisan ecopreneurship yang diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Kata Kunci: bank sampah, sampah plastik, ecobricks, stool, ecopreneurship.
<div class="page" title="Page 62"><div class="layoutArea"><div class="column"><p><span>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran pemangku kepentingan dan modal sosial dengan pengelolaan pariwisata berbasis komunitas pada agrowisata Argoayuningtani di Dukuh Pasah Desa Senden Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Peran dan Teori Modal Sosial. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan metode survei. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner, yang ditujukan kepada 60 responden yang merupakan populasi dari pengelola agrowisata Argoayuningtani. Analisis data menggunakan statistik korelasi yang terdiri dari korelasi </span><span>product momen</span><span>t, korelasi parsial </span><span>product moment </span><span>dan korelasi ganda dan dibantu dengan program SPSS 20.0.</span></p><p><span>Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa hubungan peran pemangku kepentingan dengan pengelolaan pariwisata berbasis komunitas tidak murni, namun harus melalui variabel modal sosial sebagai faktor uji variabel </span><span>intervening</span><span>. Akan tetapi di dalam populasi, peran pemangku kepentingan, modal sosial dan pengelolaan pariwisata berbasis </span>komunitas memiliki hubungan secara bersama-sama. Hasil ini menunjukkan bahwa penelitian ini sesuai dengan teori peran menurut Bidlle & Thomas serta teori modal sosial menurut Fukuyama.</p><div class="page" title="Page 63"><div class="layoutArea"><div class="column"><p><span>Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pariwisata berbasis komunitas dapat berjalan dengan baik apabila terdapat peran pemangku kepentingan dan modal sosial. Berbeda dengan penelitian terdahulu bahwa pengelolaan pariwisata berbasis komunitas hanya berkaitan dengan peran, hanya berkaitan dengan modal sosial, semenatara dalam penelitian ini kedua variabel tersebut memiliki hubungan.</span></p></div></div></div></div></div></div>
Indonesia yang mayoritas mendiami wilayah Jawa Tengan dikenal dengan kekuatan budayanya. Hal ini tampak dari bagaimana mereka menjunjung tinggi tradisi warisan nenek moyangnya. Selain itu orang Jawa Tengah mudah di kenal melalui busana khas kebayanya. Kebaya beserta kelengkapannya dari ujung kepala hingga ujung kaki, konon awalnya hanya digunakan oleh kalangan kerajaan saja mempunyai nilai dan filosofi yang sangat menarik. selama berpuluh tahun kebaya sebagai bagian dari sejarah, mengalami berbagai perubahan sejalan dengan jaman yang terus berjalan. Hal yang terpenting bahwa kebaya saat ini bukan lagi menjadi pakaian sehari-hari seperti dahulu kala. Riset paper ini menggunakan bentuk penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perubahan nilai dan filosofi semacam apa yang terjadi pada busana kebaya khususnya yang digunakan di wilayah Jawa Tengah; (2) apakah kebaya masa kini masih bisa disebut pakaian tradisional terutama dengan berbagai perubahan yang disebabkan dengan kondisi masa ini.
Sustainable tourism aims to protect the environment, thereby maintaining environmental carrying capacity. To achieve the viability of a sustainable tourist environment, it is necessary to establish a tourist village. Tourists will be interested in visiting tourist attractions if they get satisfaction. This satisfaction is obtained based on decision making. A decision can be considered rational if the plan chosen is in accordance with the desired goals. Rationality is also related to tourist attraction. The purpose of the study explains the influence of tourist rationality on sustainable tourism management. The research method is an explanatory study with a quantitative approach. The research location is Berjo Village, precisely at Jumog Waterfall and Madirda Pond. The population is tourists visiting tourist villages. A sample of 100 respondents. The sampling technique is convenience sampling. Test validity and reliability using SPSS 26. The results showed that the influence of tourist rationality on sustainable tourism management caused by direct effect, indirect effect, correlated effect, spurious effect. The path analysis coefficient is 0,457. Sustainable tourism management is explained by the rationality of tourists at 9% and percentage of variance, i.e., 91%, can be explained by other causes.
The era of modernization marked by the emergence of technology has had its own impact on people's lives, such as the existence of technology in the agricultural sector with the emergence of agricultural machines. The agricultural machines that are present have made it easy for farmers, but for some people, especially for farm workers, it has provided its own risk. Including the existence of a planting machine in the village of Kedungharjo, it has given its own consequences for old female farm workers. The consequence they feel is the risk of reducing human labor in agriculture. Therefore, old female farm workers to overcome food insecurity, they try to do a strategy of dual income patterns with farmincome, off-farm income, and non-farm income. Then from the risks felt by old female farm workers, they reflect on the risks they experience, as a form of response to overcome the risks of agricultural technology. The method used in this research is descriptive qualitative. The purpose of this study was to determine the strategy of multiple livelihood patterns and reflexivity carried out by old female farm workers from the risks of agricultural technology
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.