/ ABSTRAKThe airport is one of the transportation nodes that has important role in organizing intermodal transportation especially for air transportation, road transportation, and rail transportation. Bandar udara merupakan salah satu simpul transportasi yang memiliki peran penting dalam penyelenggaraan transportasi antarmoda khususnya antara moda udara, jalan dan rel. Saat ini salah satu sarana angkutan umum massal yang dimiliki kota Yogyakarta dan Solo adalah Kereta api Prameks dan Sidomukti yang melayani pergerakan penumpang dari stasiun Tugu Yogyakarta menuju Stasiun Solo Balapan. Sementara Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta saat ini memiliki keterbatasan lahan untuk pengembangan bandara dalam melayani pergerakan penumpang pesawat yang telah mencapai 7,2 juta penumpang/tahun. Dengan permasalahan tersebut tentu perlu diambil langkah strategis guna mendapatkan solusi yang cepat dan tepat. Salah satu alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah menawarkan opsi dengan mengoptimalkan bandara terdekat (secondary airport). Bandara Adi Sumarmo Solo merupakan bandara terdekat dengan Bandara Adi Sutjipto yang memungkinan untuk dioptimalkan agar dapat menampung lonjakan pergerakan penumpang dari dan menuju Yogyakarta. Hal tersebut juga didukung dengan telah dimulainya pembangunan kereta api bandara khusus yang memudahkan akses pergerakan penumpang pesawat di Bandara Adi Sutjipto menuju Bandara Adi Sumarmo. Dilatarbelakangi dengan permasalahan tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat optimasi Bandara Adi Sumarmo Solo melalui indikator konektivitas Kereta Api Khusus Bandara yang tengah dicanangkan. Dengan menggunakan teknik pendekatan stated preference dan ServQual Analysis penelitian ini bermaksud untuk melihat air passenger behavior dengan akan diadakannya kereta api khusus bandara. Hasil penelitian menunjukan mayoritas responden (91%) menyatakan setuju dengan alternatif KA Bandara sebagai alat transportasi dari/menuju Bandara Adi Sutjipto dan 65 % responden menyatakan bersedia membayar tarif maksimal sebesar Rp 20.000-Rp 40.000. Sementara hasil analisa ServQual prioritas utama responden terhadap layanan kereta api khusus bandara adalah variabel waktu. Nowadays, one of mass transit modes in Yogyakarta and Solo is train (Prameks andSidomukti
Assessment of tire Tariff Schedules Commercial Scheduled Air Transport Related to Fuel Price illcrease Aircraft illtematio1wl Ai1port Yogyakarta Adi Sucipto is to know haw the effect of rising prices of aviation fuel or aircraft fuel to air freight carrier rates, namely PT. Garuda llldonesia (Garuda Airlines), PT. Sun Lion (Lion Airlines), and PT. Metro Batavia (Batavia Airlines) for route Jakarta - Yogyakarta during the period January to September 2011. Assess111c11 t method used is descriptive quantitative method to calculate the total cost of airline travel route Jakarta - Yogyakarta with calculation components include (a) Type of aircraft and aircraft type, (b) Using the assumption of hvo load factor is 65% lower load factor and load factor is high 80%, (c) Using tire asswnption of hvo aviation fuel prices are the lowest aviation fuel jet fuel price range, - and the highest price of aviation fuel during the period January to September 2011, the average ticket price flight route Jakarta - Yogyakarta period from January to September 2011. 17re results of the assessment indicates there is a difference significant benefits from each airline operator, when associated with the load factor and the difference in price of aviation fuel.
29 Air freight transport is a promising business along with the development of the aviation industry in Indonesia. This promising word is indicated with the prospect of air transportation in which bothBisnis angkutan kargo udara merupakan usaha yang menjanjikan sesuai dengan berkembangnya industri penerbangan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan prospek angkutan udara yang cukup baik dari sisi pertumbuhan penumpang dan kargo sehingga dibutuhkan kualitas pelayanan yang memadai. Penelitian ini dilakukan untuk menilai kualitas pelayanan terminal kargo di Bandar Udara Juwata Tarakan berdasarkan persepsi pengguna jasa. Penelitian ini menggunakan Model Servqual dengan 5 dimensi yang terdiri dari 17 atribut jasa. Terdapat 37 sampel pengguna jasa (shipper) yang terpilih secara acak. Importance Performance Analysis, analisis gap dan Customer Satisfaction Index digunakan untuk menganalisis data. Hasil analisis menunjukkan terdapat 4 atribut jasa yang memerlukan prioritas utama perbaikan pelayanan. Analisis gap terhadap 5 dimensi pelayanan menunjukkan nilai negatif. Hal ini berarti kinerja terminal kargo tersebut masih berada di bawah tingkat kepentingan penggunanya. Dimensi bukti fisik (tangible) dan empati merupakan dimensi pelayanan dengan nilai gap paling tinggi sebesar -0.93. Indek kepuasan konsumen pelayanan terminal kargo sebesar 71.94% yang berarti memerlukan perhatian (cause for concern) dari penyedia jasa/pengelola terminal kargo.
Bandar udara Iskandar yang terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan penerbangan bagi masyarakat pengguna, berencana melakukan pengembangan fasilitas landas pacu dari 1.850 meter menjadi 2.250 meter. Pemanjangan fasilitas landas pacu sepanjang 350 meter ini diharapkan agar pesawat udara berbadan lebar dapat mendarat di bandar udara Iskandar yang saat ini baru dapat didarati oleh pesawat dengan tipe 737500. Analisa rencana overlay landas pacu bandar udara Iskandar Pangkalan Bun, terhadap Equivalent Single Whell Load (ESWL) pesawat Boeing 737-900ER ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ketebalan rencana lapisan perkerasan landas pacu yang akan di overlay terhadap equivalent single wheel load (ESWL) pesawat hoeing 737-900 ER. Sementara itu, perurnusan masalah dari pengkajian ini adalah apakah rencana tebal perkerasan overlay fasilitas landas pacu di Bandar Udara Pangkalan Bun telah memenuhi persyaratan untuk dapat didarati pesawat tipe Boeing 737-900 ER. Bandar Udara Iskandar pangkalan Bun akan melakukan overlay setebal 7,5 cm. sehingga flexible pavement yang semula setebal 80 cm akan menjadi setebal 87,5 cm. tetapi, dari hasil perhitungan terlihat bahwa tebal pavement minimal adalah 88 cm. oleh sebab itu terdapat selisih tebal lapisan perkerasan hasil perhitungan dengan rencana sebesar 0.25 cm.
Sistem Connecting flight akan semakin memperbesar terjadinya resiko delay pada bandar udara-bandar udara transit. Hal ini terjadi apabila salah satu rute penerbangan menuju bandar udara transit, maka pada rute berikutnya untuk pesawat udara yang menunggu penumpang transit berikutnya akan mengalami keterlambatan. Terkait dengan hal tersebut diatas, maka perlu dilakukan penghitungan simulasi panjang waktu keterlambatan penerbangan (delay) pada bandar udara transit sebagai dampak dari keterlambatan salah satu titik penerbangan awal. Dari hasil pengolahan data, diketahui bahwa apabila suatu pesawat udara harus menunggu kedatangan pesawat berikutnya yang mengalami keterlambatan selama 30 menit untuk berangkat karena membawa penumpang transit, maka pesawat tersebut harus mengalami delay selama 1 jam. Sementara itu, pada kondisi tersebut, sudah terdapat 2 pesawat yang juga menunggu untuk berangkat, dan mengalamidelay selama 30 menit. Kata kunci: penerbangan lanjutan, keterlambatan, laju kedatangan
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.