Introduction: The emergence of the COVID-19 pandemic affected the mental health of students. Students feel stressed and sad, anxious, frustrated, confused and do not know how to overcome their conditions. Depression occurs because of negative thinking about oneself and others, so special management is needed in the midst of a COVID-19 pandemic. The aim of this study was to provide an overview of the depression levels of students in the pandemic.Methods: The method in this study was a quantitative research with cross sectional approach. Descriptive analysis is used to provide a description of the level of depression that occurs in students. Data collection used the Beck Deperession Inventory II (BDI II), sampling used a total sample of 148 respondents (students with an average age of 18-20 years old). The process of collecting data is done by using the google form survey method.Results: Students experienced mild mood disorders (25.7%), severe depression (12.2%), low depression (8.1%), moderate depression (0,7%) and extreme (0.7%).Conclusion: Depression in the pandemic of COVID-19 requires special attention in management to prevent mental disorders.
Komunikasi antara perawat dengan dokter merupakan salah satu elemen penting dari praktik kolaborasi dalam pelayanan kesehatan. Komunikasi yang terjalin baik antara dokter dan perawat diharapkan dapat menjadi sarana untuk menyampaikan hal - hal penting, menjalin diskusi, memutuskan secara bersama-sama serta dapat meminimalkan hambatan-hambatan yang ada dalam pemberian perawatan kepada pasien. Model teknik komunikasi SBAR (Situation Background Assessment Recommendation) membantu perawat untuk mengorganisasi cara berfikir, mengorganisasi informasi, dapat memudahkan penyampaian pesan serta berdiskusi saat berkomunikasi dengan dokter. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah penerapan komunikasi SBAR dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam berkomunikasi lisan dengan dokter. Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan pre-post test with control group. Jumlah sampel sebanyak 18 peserta pada kelompok intervensi dan 18 peserta pada kelompok kontrol yang diambil dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian ini menemukan bahwa penerapan komunikasi SBAR dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam berkomunikasi dengan dokter.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kepuasan kerja perawat, khususnya di Rumah Sakit Islam, dipengaruhi oleh faktor yang baru-baru ini diteliti yaitu penerapan perilaku syariah dalam pelayanan keperawatan. Beban kerja dan kepemimpinan, dua dari beberapa faktor yang telah banyak dilaporkan dikaitkan dengan kepuasan kerja, ditambahkan sebagao kovariat. Penelitian cross sectional dilakukan di ruang rawat inap Gedung Islamic Teaching Hospital Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Beberapa kuesioner dikembangkan untuk mengukur keempat konstruk. Spearman rank digunakan untuk menganalisis korelasi bivariat, dan regresi linier berganda untuk analisis multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan perilaku syariah, beban kerja, dan kepemimpinan memiliki korelasi bivariat yang signifikan dengan kepuasan kerja perawat. Beban kerja dalam analisis multivariat dihapus dari model dan kepemimpinan memiliki pengaruh paling dominan terhadap kepuasan kerja perawat. Temuan ini menunjukkan bahwa rumah sakit Islam harus mempertimbangkan penerapan perilaku syariah yang baik dan juga kepemimpinan yang baik untuk mencapai pelayanan kesehatan berkualitas tinggi.
Introduction: Health care associated infections (HCAIs) are infections that patients get during hospitalization. The most effective prevention of HCAIs is hand washing. Hand washing compliance behavior is still quite low. Nurses' hand washing compliance needs to be improved by optimizing the role of the Infection Prevention and Control Team (PPI team) and adequate hand washing facilities. Research related to the role of the PPI team and existing hand washing facilities still shows mixed results, therefore it is interesting to study.Methods: This study used a descriptive correlational design that aims to determine the relationship between the role of the PPI team and hand washing facilities with nurses' hand washing compliance. The research sample consisted of 204 nurses who were taken at simple random, data collection using questionnaires and observation sheets. The questionnaire consisted of 10 questions for the role of the PPI Team variable and 5 questions for the variable hand washing facilities and 11 statements for observing nurse handwashing compliance.Results: The results showed that nurses who obeyed hand washing were 88% and did not comply with 12%, the role of the PPI team performed well at 97.5% and not good 2.5% and the availability of hand washing facilities were considered good at 97.5% and not good 2,5%. The results of the Chi-Square test showed that there was a significant relationship between the role of the PPI team and nurses' hand washing compliance (P = 0.0001) and there was a significant relationship between the completeness of hand washing facilities and nurses' hand washing compliance (P = 0.007).Conclusion: Based on the results of this study, nurses are expected to be able to maintain and improve hand washing and transform these good habits for other health teams, patients, families, and visitors. In addition, the PPI team must continue to work optimally and the hospital can provide complete hand washing facilities
<p align="center"><strong><em>ABSTRAK</em></strong></p><p class="Default"><strong><em>Latar Belakang </em></strong><em> : Interprofessional Collaborative Practice (IPCP) </em><em>merupakan bentuk kerjasama antar tenaga kesehatan dalam melakukan kolaborasi, komunikasi, dengan pendekatan yang terkoodinasi dalam berbagi pengambilan keputusan seputar masal</em><em>ah kesehatan</em><em> untuk memastikan bahwa perawatan yang diberikan handal dan berkelanjutan. </em><em>The World Health Organization </em><em>(2010) juga menekankan pentingnya kolaborasi interprofesi. Kolaborasi interprofesi akan menurunkan angka komplikasi, lama rawat di rumah sakit, ketegangan dan konflik diantara tim kesehatan, tingkat kematian, serta mengurangi biaya perawatan dan durasi pengobatan, meningkatkan kepuasan pasien dan tim kesehatan. Pelaksanaan IPCP belum berjalan dengan baik salah satunya karena berbagai tenaga kesehatan masih menggunakan catatan medis yang terpisah dengan catatan perawatan dan catatan tenaga kesehatan lain untuk merekam kondisi pasien. </em><em>Dengan demikian, untuk meningkatkan pelaksanaan </em><em>IPCP </em><em>membutuhkan media yang mendukung yaitu dengan </em><em>mengintegrasikan catatan professional kesehatan menjadi satu catatan pasien yang terintegrasi</em><em>. </em><em> Sehingga a</em><em>ntar tenaga kesehatan dapat berkolaborasi dengan media berupa catatan perkembangan pasien terinteintegrasi</em><em>. </em></p><p class="Default"><strong><em>Tujuan </em></strong><em>: Penelitian ini untuk mengeksplor pengalaman dokter spesilais, perawat, apoteker, ahli gizi, dan fisioterapis pada pendokumentasian Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) dalam IPCP di Ruang Rawat Inap RS UGM Yogyakarta.</em></p><p class="Default"><strong><em>Metode </em></strong><em>: Rancangan penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Partisipan dalam penelitian ini diambil dengan teknik nonprobability sampling menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan indepth interview semistructure selanjutnya peneliti menganalisis semua data dengan menggunakan inductive content analysis dengan melakukan pengkodean terbuka, membuat kategori dan abstraksi data.</em></p><p class="Default"><strong><em>Hasil </em></strong><em>:</em><em> Empat tema telah dididapatkan dalam studi ini, yaitu pemahaman tenaga kesehatan tentang Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi dalam IPCP, Tingkat Kepatuhan tenaga kesehatan, Faktor Pendukung, Faktor Penghambat pendokuemntasian CPPT</em></p><p class="Default"><strong><em>Kesimpulan</em></strong><em> : Pendokumentasian Catatan Perkembangan Pasein Terintegrasi yang ditulis semua tenaga kesehatan merupakan media atau komunikasi non verbal yang dapat digunakan dalam pelaksanaan IPCP sehingga dengan adanya pendokumentasian Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi yang sesuai standar dapat menunjang pelaksanaan IPCP di Rumah Sakit. Peran masing-masing tenaga kesehatan sangat penting dalam keberhasilan pelaksanaan IPCP dan harus mendapat dukungan dari managemen rumah sakit.</em></p><p class="Default"><em> </em></p><p class="Default"><strong><em>Kata Kunci</em></strong><em>: catatan teri terintegrasii; rekam medis; kolaborasi; multidisiplin ilmu.</em></p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.