Latar Belakang: Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan baik fisik maupun psikis, salah satu perubahan fisik pada remaja adalah menstruasi. Menstruasi terjadi akibat terlepasnya lapisan endometrium. Salah satu gangguan menstruasi yang sering terjadi adalah dismenore. Dismenore primer adalah nyeri menstruasi tanpa ditemukan keadaan patologi pada panggul atau alat kandungan. Dismenore primer menimbulkan dampak emosional, meningkatkan angka ketidakhadiran siswi di kelas, aktivitas belajar terganggu dan konsentrasi belajar menurun. Dismenore primer dapat diatasi dengan terapi non farmakologi salah satunya dengan memberikan minuman kunyit asam jawa. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh minuman kunyit asam jawa terhadap dismenore primer pada remaja putri di SMA Negeri 10 Palembang. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan quasy eksperimen. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 72 responden yang terbagi kedalam 2 kelompok 36 responden kelompok eksperimen 36 responden kelompok kontrol, menggunakan tekhnik simple random sampling. Instrumen penelitian menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Hasil: Dari uji statistik median pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama yaitu 5.00 dan median posttest kelompok eksperimen 1.00 sedangkan median posttest kelompok kontrol 3.00. Perbedaan pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama yaitu p value (0.000)<0,05. Perbedaan pengaruh intervensi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol p value (0.000)<0,05. Simpulan: Terdapat pengaruh pemberian minuman kunyit asam jawa terhadap dismenore primer pada remaja putri SMA Negeri 10 Palembang.Background: Adolescence is a period of transition or transition from childhood to adulthood which is marked by changes both physically and psychologically, one of the physical changes in adolescents is menstruation. Menstruation occurs as a result of the shedding of the endometrial lining. One of the most common menstrual disorders is dysmenorrhea. Primary dysmenorrhea is menstrual pain without any pathology found in the pelvis or uterus. Primary dysmenorrhea has an emotional impact, increasing student absenteeism in class, disrupting learning activities and decreasing learning concentration. Primary dysmenorrhea can be overcome by non-pharmacological therapy, one of which is by giving tamarind turmeric drink. Objectives: To determine the effect of tamarind turmeric drink on primary dysmenorrhea in adolescent girls at SMA Negeri 10 Palembang. Methods: This research was a quantitative research with quasy-experimental. The population in this study were 72 respondents who were divided into 2 groups, 36 respondents in the experimental group, 36 respondents in the control group, using simple random sampling technique. The research instrument used the Numeric Rating Scale (NRS). Results: From the statistical test the median pretest of the experimental group and the control group was the same, namely 5.00 and the median posttest of the experimental group was 1.00 while the median of the posttest of the control group was 3.00. The difference between the pretest and posttest of the experimental group and the control group was the same, namely p value (0.000) <0.05. The difference in the effect of the intervention on the experimental group and the control group p value (0.000) <0.05. Conclusion: There is an effect of giving tamarind turmeric drink to primary dysmenorrhea in adolescent girls at SMA Negeri 10 Palembang.
Background: Dysmenorrhea is a common complaint in young women, characterized by pain. Dysmenorrhea pain has a significant impact on women's lives, such as limitations in daily activities. Primary dysmenorrhea can be treated using yoga and self-tapping. Objective: understanding differences on use of Complementary and Alternative Medicine (CAM), such as yoga and self-tapping towards changing long pain of primary dysmenorrheal. Method: Study was conducted by quasi experiment with nonequivalent pretest-posttest control group design. Study was conducted on November 2016 until February 2017 in SMK "A" Pedan Klaten and SMK "B" Klaten. Sample of study amounted 88 respondent divided on 47 respondents on experimental group and 41 respondent as control group. The experimental group was given a yoga intervention; control group was given self-tapping. Measuring tool used Numerical Rating Scale (NRS). Data analysis used t-test for independent sample, Mann-Whitney test and Wilcoxon. Result: Statistically yoga and self-tapping were equally effective in reducing the long pain of primary dysmenorrheal with p values of 0.000 and 0.012 respectively. Clinically yoga is more effective in reducing the long pain of primary dysmenorrhea with mean 1,49 compared with self-tapping 0,46. Conclusion: Yoga become more effective intervention on reduction long pain of primary dysmenorrhea compared to self-tapping.
Latar Belakang: Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan biologis kompleks yang mengandung semua zat gizi untuk pertumbuhan fisik bayi. Akan tetapi saat ini capaian ASI eksklusif di Indonesia belum mencapai target yang diharapkan yaitu sebesar 80%. Kementrian kesehatan merekomendasikan tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pekerjaan Ibu dengan keberhasilan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Punti Kayu. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi yang berusia 6 - 12 bulan yang memeriksakan diri di Puskesmas Punti Kayu pada bulan Juni – Desember tahun 2018 yang berjumlah 48 orang dengan sampel 43 responden yang diambil dengan teknik purposive sampling. Analisa data dilakukan dengan uji Chi Square. Hasil: Sebagian responden melakukan IMD pada bayinya, yaitu sebanyak 25 responden (58,1%), 23 responden (53,5%) bekerja, dan sebanyak 28 responden (65,1%) memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Saran: Diharapkan agar Puskesmas lebih meningkatkan promosi ASI eksklusif dan mendukung untuk dilakukan IMD sejak ibu hamil memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan, yaitu dengan tidak menganjurkan memberikan susu formula sebagai pengganti ASI eksklusif.Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Nutrisi Anak
This study aims to determine the effectiveness of health education in preventing emergency pregnancy due to urinary tract infections at Muhammadiyah Hospital Palembang. This research method is a quantitative research using Quasi Experiment research with a non-equivalent pretest-posttest non-control group design. The results showed that of 29 respondents, 57% were aged 18-25 years, 55% had nulliparous parity status, 66% had last education SMA/SMK, and 38% were homemakers. Statistical test results found that p-value 0.000 <0.05. In conclusion, health education on the prevention of emergency pregnancy is effective in increasing respondents' knowledge. Keywords: UTI, Emergency Pregnancy, Health Education
Latar Belakang: Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan biologis kompleks yang mengandung semua zat gizi untuk pertumbuhan fisik bayi. Akan tetapi saat ini capaian ASI eksklusif di Indonesia belum mencapai target yang diharapkan yaitu sebesar 80%. Kementrian kesehatan merekomendasikan tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pekerjaan Ibu dengan keberhasilan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Punti Kayu. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi yang berusia 6 - 12 bulan yang memeriksakan diri di Puskesmas Punti Kayu pada bulan Juni – Desember tahun 2018 yang berjumlah 48 orang dengan sampel 43 responden yang diambil dengan teknik purposive sampling. Analisa data dilakukan dengan uji Chi Square. Hasil: Sebagian responden melakukan IMD pada bayinya, yaitu sebanyak 25 responden (58,1%), 23 responden (53,5%) bekerja, dan sebanyak 28 responden (65,1%) memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Saran: Diharapkan agar Puskesmas lebih meningkatkan promosi ASI eksklusif dan mendukung untuk dilakukan IMD sejak ibu hamil memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan, yaitu dengan tidak menganjurkan memberikan susu formula sebagai pengganti ASI eksklusif.Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Nutrisi Anak
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.