Saat ini siswa dituntut untuk lebih kreatif dalam menyelesaikan masalah matematika yang mengarah pada berpikir High Order Thinking Skill (HOTS) yaitu siswa menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dikembangkan selama pembelajaran dalam konteks baru. Pemberian Open Ended Problems (OEP) atau problem terbuka artinya permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency) sehingga siswa diberi kesempatan untuk berpikir HOTS dalam menyelesaikan OEP. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis HOTS siswa dalam menyelesaikan soal OEP dalam pembelajaran matematika. Jenis penelitian ini yaitu kualitatif, dengan metode penyajian deskriptif dan pendekatan studi kasus. Subjek dalam penelitian ini yaitu enam orang siswa kelas X MIPA-5 SMA Negeri 2 Trenggalek tahun pelajaran 2017/2018 yang dipilih berdasarkan tingkat kemampuan menyelesaikan soal OEP. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes tertulis yang disajikan dalam OEP dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa HOTS siswa ditentukan oleh kemampuan siswa dalam memecahkan OEP, semakin tinggi kemampuan siswa dalam memecahkan OEP maka semakin banyak indikator HOTS yang dicapai. HOTS siswa dengan kemampuan tinggi mampu memenuhi indikator menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. HOTS siswa dengan kemampuan sedang mampu memenuhi indikator menganalisis dan mengevaluasi. HOTS siswa dengan kemampuan rendah mampu hanya memenuhi indikator menganalisis, dan belum dapat dikatakan memenuhi indikator mengevaluasi dan mencipta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis: (1) perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika antara model PBL dan P<sub>J</sub>BL berbasis <em>e-learning </em>berbantuan <em>schoology</em>, (2) kemampuan pemecahan masalah matematika antara tingkat <em>self-efficacy </em>tinggi, sedang, dan rendah, dan (3) interaksi antara model PBL dan P<sub>J</sub>BL berbasis <em>e-learning </em>berbantuan <em>schoology </em>dengan <em>self-efficacy </em>terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X MIPA SMAN 1 Pakel dan sampel yang digunakan adalah kelas X MIPA 4 dan 5 yang berjumlah 53 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan tes. Analisis data yang digunakan adalah uji normalitas dan uji homogenitas sebagai uji prasyarat. Uji hipotesis yang digunakan adalah analisis variansi dua jalur dan dilanjutkan dengan uji komparasi untuk mengetahui perbandingan antara klasifikasi <em>self-efficacy </em>terhadap kemampuan pemecahan masalah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: (1) Tidak terdapat perbedaan antara model PBL dan P<sub>J</sub>BL berbasis <em>e-learning </em>berbantuan <em>schoology </em>terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika dimana F<sub>htung </sub>lebih kecil dari F<sub>tabel</sub> (0,290 < 5,361); (2) Terdapat perbedaan antara klasifikasi <em>self-efficacy </em>siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika dimana F<sub>htung </sub>lebih besar dari F<sub>tabel</sub> (41,693 < 3,994); dan (3) Tidak terdapat interaksi antara model PBL dan P<sub>J</sub>BL berbasis <em>e-learning </em>berbantuan <em>schoology </em>ditinjau dari <em>self-efficacy </em>siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika dimana F<sub>htung </sub>lebih kecil dari F<sub>tabel</sub> (0,216 < 3,994).
This study aims to analyze the influence of mathematical anxiety effects (X 1), mathematical stress problems (X 2) and self-regulated learning (X 3) to the mathematics learning outcomes materials algebra operation (Y) in the seventh grade students of SMP Negeri 1 Tugu Trenggalek. This research uses a quantitative approach with causal causative research. Data analysis techniques in this study using multiple regression analysis. Based on the results of data analysis, simultaneously on multiple linear regression, there is influence between mathematical anxiety (X 1), mathematical stress problem (X 2) and self-regulated learning (X 3) to the mathematics learning outcomes equal to 44,6% with regression equation Y = 100,365 + (-0,619) X 1 + (-0.572) X 2 + 0.449X 3. Mathematical anxiety and mathematical stress problem negatively affects the mathematics learning outcomes, beside that self-regulated learning have a positive effect on mathematics learning outcomes.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.