Multimedia interaktif sejalan dengan paradigma merdeka belajar. Kemampuan pedagogik guru dalam menggunakan multimedia interaktif sangat penting. Pola pikir anak usia dini masih konkret sehingga informasi atau materi haruslah disajikan ke dalam bentuk yang senyata mungkin atau mendekati gambaran yang sebenarnya. Penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi persepsi guru terkait peran multimedia interaktif dalam merdeka belajar. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 34 guru yang berada di Gugus 2 Aster, Jebres, Surakarta. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman guru terkait multimedia interaktif dalam kerangka merdeka belajar dapat dirumuskan ke dalam tiga komponen, yaitu: pemilihan multimedia interaktif, pembuatan multimedia interaktif dan penggunaan multimedia interaktif. Khususnya dalam pembuatan multimedia interaktif guru melalui lima tahapan utama, yaitu; menentapkan tujuan pembelajaran, memilih aplikasi yang digunakan, menyiapkan konten, evaluasi; dan distribusi
Stunting merupakan suatu kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan yang menyebebkan tinggi badan anak lebih pendek dari pada anak seusianya, stunting disebabkan oleh status gizi yang buruk dalam waktu yang cukup lama. Stunting pada anak usia dini dapat mempengaruhi berbagai aspek perkembangan anak, khususnya dalam aspek kognitif. Terdapat hubungan yang signifikan antara stunting dengan perkembangan kognitif anak. Hal ini berkaitan dengan kematangan organ syaraf pusat (otak) yang dengan kemampuan berfikir anak memerlukan asupan gizi yang seimbang. Maka dari itu stunting yang terjadi pada anak usia dini memiliki keterkaitan erat dengan kemampuan kognitif. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan dengan menganalisis hasil penelitian yang relevan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui keterkaitan antara stunting dengan kognitif anak usia dini dan pengaruhnya dalam aspek kognitif. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu dilakukan upaya pencegahan stunting pada anak usia dini melalui peran antara guru, orangtua dan lembaga masyarakat sejak dalam kandungan sampai kelahiran anak.
PAUD’s teachers are the second basic laying figures of education after parents. PAUD’s teachers must have expertise in this field. But in reality there are still many teachers who have not met national standards. The purpose of this research is to discuss the problems of teachers in PAUD’s institutions which include academic qualifications and linearity of graduates. This research uses qualitative method of descriptive approach, techniques used is observation, interview, and documentation, data analysis is done from data collection to conclusion. The results showed that the teachers at RA Bakti 7 Wonorejo did not meet the national standards as PAUD’s teachers, it is known from the graduates of every teacher that nothing is relevant to the field of PAUD. There are 4 teachers with 2 S1 public education and 2 S1 Islamic education. The problem is the lack of human resources of PAUD’s teachers in accordance with national standards.
Learning readiness is a ready attitude in students who will get information in a learning activity obtained from learning resources. Readiness to learn to read, write and count or count in elementary school students of low grade needs to be stimulated and encouraged by teachers so that students can learn well and achieved an optimal level of learning outcomes and can be moved to the next stage of development. To improve learning readiness read, write, and count in low-grade students is through counseling guidance activities conducted by teachers, as a form of stimulation of student learning motivation. This research is descriptive qualitative research that aims to build knowledge through new understanding and discovery based on research results with low-grade students in 3T areas of elementary school (lagging, outermost, and deepest). The data was collected through observations and interviews of elementary schools in SD Negeri 01 Jatisobo, SD Negeri 03 Jatimulyo, and SD Negeri 03 Alasombo. The implications of organizing guidance and counseling in realizing the readiness of learning read, write, and count student there are already some student who are able to read, write, and count. Teachers also provide counseling to students to learn to read, write, and countKeywords: Learning Readiness, Read, Write, and Count, Counseling GuidanceAbstrakKesiapan belajar merupakan sikap siap pada siswa yang akan memperoleh informasi dalam suatu aktivitas pembelajaran yang diperoleh dari sumber belajar. Kesiapan belajar membaca, menulis dan berhitung atau calistung pada siswa sekolah dasar kelas rendah perlu distimulasi dan didorong oleh guru supaya siswa dapat belajar dengan baik dan tercapai tingkat hasil belajar yang optimal dan dapat melaju ke tahap perkembangan selanjutnya melalui layanan bimbingan dan konseling sebagai bentuk motivasi minat belajar dan kesiapan belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk membangun pengetahuan melalui pemahaman dan penemuan baru berdasarkan hasil penelitian dengan siswa kelas rendah di sekolah dasar 3T (tertinggal, terluar, dan terdalam). Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara terhadap sekolah dasar di SD Negeri 01 Jatisobo, SD Negeri 03 Jatimulyo, dan SD Negeri 03 Alasombo. Berdasarkan hasil penelitian mengungkapkan bahwa kesiapan belajar calistung di ketiga sekolah dasar tersebut masih tergolong rendah. Implikasi penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam mewujudkan kesiapan belajar calistung pada siswa yang belum mnguasai calistung dan sudah ada beberapa siswa yang mampu membaca, menulis, dan berhitung. Guru juga memberikan konseling kepada siswa untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung sebagai bentuk memberikan dorongan siap belajar kepada siswa untuk dapat masuk ke tahap belajar selanjutnya.Kata kunci: Kesiapan Belajar, Calistung, Bimbingan Konseling
Konsep merdeka belajar menjadi salah satu respons terhadap kebutuhan system pendidikan pada era 4.0. Perkembangan kebijakan pendidikan diharapkan guru juga harus mampu untuk melakukan adaptasi dengan kebijakan yang berlaku. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah demi mewujudkan program merdeka belajar salah satunya adalah dengan melakukan perekrutan program guru penggerak yang bertujuan untuk menggerakkan para guru untuk mampu melaksanakan tugasnya sebagai guru dalam pembelajaran merdeka belajar. Pengabdian yang dilakukan merupakan salah satu program yang didukung oleh LPPM UNS melalui skema Program Kemitraan Masyarakat. Metode pengabdian yang digunakan adalah Service Learning Kegiatan pengabdian ini dilakukan Kerjasama antara Tim HGR Manajemen PAUD UNS dengan PKG PAUD Kota Surakarta. Adapun tahapan yang dilakukan berkaitan dengan sosialisasi Guru Penggerak bagi Guru PAUD dalam Eksistensi Kurikulum Merdeka di Kota Surakarta antara lain: Pemetaan Kebutuhan, dan Sosialisasi. Adanya kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM-UNS) ini, guru PAUD di Surakarta dapat meningkat rasa percaya diri dan tekadnya dalam mengikuti program guru penggerak yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan riset dan teknologi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.