Jamur tiram termasuk bahan pangan yang mudah rusak, seperti jenis sayuran lainnya. Beberapa hari setelah panen, mutu jamur tiram turun dengan cepat sampai tidak layak dikonsumsi. Perubahan mutu jamur tiram antara lain layu, warna menjadi coklat, lunak dan cita rasanya berubah. Di Indonesia pengawetan jamur secara komersial belum banyak dilakukan. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan pengolahan lebih lanjut sehingga umur simpan jamur tiram dapat diperpanjang. Salah satu caranya adalah dengan mengolah jamur tiram menjadi abon. Abon merupakan makanan tradisional yang biasanya digunakan untuk lauk karena rasanya yang gurih. Pembuatan abon jamur tiram ini menggunakan jamur tiram yang masih bagus dan berwarna putih. agar serat abon yang diperoleh mempunyai serat seperti abon dari daging sapi. Usaha pengolahan jamur tiram menjadi abon diharapkan akan meningkatkan nilai ekonomis juga mempunyai prospek yang besar dikarenakan jamur tiram sangat mudah didapatkan maupun dibudidayakan. Dengan adanya inovasi dari pengolahan jamur tiram menjadi abon dapat mengatasi permasalahan dalam memperpanjang penyimpanan umur jamur tiram dengan menggunakan metode yang murah dan sederhana.
Air adalah sumber daya yang penting bagi semua organisme hidup. Sumber daya air harus dikelola secara berkelanjutan untuk melindungi lingkungan dan kegunaannya bagi kehidupan manusia dan organisme lain. Air sungai merupakan salah satu sumber daya air bagi kehidupan manusia. Salah satu daerah yang memanfaatkan air sungai untuk sumber air adalah Surabaya. Sungai Surabaya dianggap sebagai sumber air utama yang dimanfaatkan oleh warga. Air Sungai Surabaya merupakan bahan baku air minum dan salah satu sumber suplai air PDAM Surabaya. Selain itu, Sungai tidak hanya dimanfaatkan sebagai sumber air bagi kehidupan masyarakat dan industri tetapi juga sebagai tempat pembuangan limbah industri. Meningkatnya perkembangan industri telah menimbulkan kekhawatiran tentang konsumsi air, sehingga perlu dilakukan pemantauan kualitas air Sungai Surabaya untuk mengetahui parameter kimia, fisik, dan biologi.
Ikan merupakan salah satu bahan pangan sumber protein hewani yang banyak disukai dan dikonsumsi masyarakat. Salah satunya adalah ikan lele disamping karena relatif murah harganya dan mudah mendapatkannya serta nilai gizinya yang cukup tinggi yang dapat menjaga stabilitas dan kesehatan tubuh, juga dapat meningkatkan kecerdasan otak pada anak. Akan tetapi ikan sangat cepat sekali mengalami proses kemunduran mutu yang mengarah kepada pembusukan. Oleh karena itu pengawetan dan pengolahan ikan yang baik sangat diperlukan. Pengolahan ikan merupakan suatu cara pengawetan ikan yang sudah sangat lama dikenal dan dilakukan oleh masyarakat. Abon merupakan makanan tradisional yang biasanya digunakan untuk lauk karena rasanya yang gurih. Abon ikan lele diolah dari daging ikan lele yang berukuran besar (>1 kg) agar serat abon yang diperoleh mempunyai serat seperti abon dari daging sapi. Usaha pengolahan ikan lele menjadi abon diharapkan akan meningkatkan nilai ekonomis juga mempunyai prospek yang besar karena daging ikan lele yang mudah didapat dan orang mulai bergeser mengkonsumsi ikan dari pada daging merah seperti sapi. Pengolahan ikan lele ini disampaikan pada ibu-ibu rumah tangga disamping untuk meningkatkan kegiatan yang bersifat positif, kemampuan berwirausaha dalam menciptakan suatu produk dengan menggunakan metode yang sederhana serta bahan baku yang murah.
Limbah cair merupakan sisa hasil buangan sisa produksi atau aktivitas domestik yang berupa cairan. Limbah cair dapat berupa air beserta bahanbahan buangan lainnya yang tercampur (tersuspensi) maupun larut didalam air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang perbandingan efektivitas resin immobilized foto katalis TiO2 dan ZnO dalam proses degradasi fotokatalitik senyawa toksik yang terdegradasi (%). Kabupaten Sidoarjo merupakan kabupaten dikenal sebagai kota delta, karena diapit oleh dua sungai yaitu sungai Surabaya dan sungai porong. Penelitian ini dilakukan di pabrik tahu Muncul, Surabaya dan industri batik rumahan di Kecamatan Tanjung Bumi, Bangkalan, Madura. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode refluks untuk parameter uji COD, metode spektrofotometer UVVis untuk parameter uji UV254 dan metode Atomic Absorption Spectroscopy untuk uji parameter Crom (Cr). Hasil penelitian pengaruh variasi RIPZnO adalah 1; 2; 3. Berdasarkan hasil penelitian limbah batik dan limbah tahu memiliki variasi yang lebih tinggi yaitu mencapai 75,56% untuk dosis 15 gram pada 15 jam, sedangkan limbah batik dan limbah tahu pada dosis 15 gram ke 15 jam dengan hasil 77,89%. Sedangkan pengaruh variasi terhadap penurunan konsentrasi UV254 untuk limbah batik memiliki variasi control 7,65% pada dosis 15 gram ke jam 15 dan limbah tahu dengan hasil 73,06% pada dosis 15 gram ke 15 jam. Pada penurunan konsentrasi krom (Cr), variasi control menghasilkan penurunan 73,06% pada dosis 15 gram ke jam 15 untuk limbah batik. Penyisihan tinggi COD dan UV254 didapatkan pada limbah batik dan limbah tahu memiliki nilai terendah.
Some natural organic compounds (NOC) such as aromatic compounds can trigger the formation of disinfection by-products (DBPs). In chlorination (disinfectant) process resultant water quality depletes. Some safe alternative oxidants are needed for cleaning water pollutants. KMnO4 had shown better oxidation results, especially for reducing aromatic and non-aromatic organic compounds present in water. The aim of this study was to analyze the effect of KMnO4 and Ca(OCl)2 oxidants on the concentration of high and low molecular weight organic matter including aromatic compounds in the water sample. In this experiment, artificial organic compounds, namely sinapic acid (high molecular weight aromatic compound) and resorcinol (low molecular weight aromatic compound) were used to identify the characteristic of organic matter under different molecular weights. Sinapic acid and resorcinol were oxidized by using KMnO4 and Ca(OCl)2 with a minimum contact time of 60 minutes. Samples were analyzed for aromatic contents and total organic carbon (TOC) before and after completion of the experiment by using UV-Vis spectrophotometer at 254 nm wavelength (UV254). It has been observed that both oxidants increased TOC concentration. Ca(OCl)2 produces a higher percentage of organic matter degradation by-products (DBPs) such as chloroform (CHCl3) a highly toxic compound than KMnO4. Since Ca(OCl)2 has a higher oxidation potential than KMnO4. It has been observed that KMnO4 is a safer oxidant than Ca(OCl)2 as potassium permanganate produces less amount of DBPs.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.