Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pertambahan bobot badan dan efisiensi penggunaan protein pada ayam broiler yang diberi pakan mengandung ampas tahu hasil fermentasi menggunakan Saccaromyces cerevisae. Ampas tahu difermentasi menggunakan Saccharomyces cerevisiae sebanyak 2 % dengan lama waktu fermentasi 72 jam. Setelah dipanen dianalisa kandungan nutrisinya dan diberikan pada ayam broiler sebanyak 200 ekor selama 5 minggu pemeliharaan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dengan 4 ulangan. Perlakuannya yaitu P0= Pakan komersil (kontrol), P1 = Pakan komersil + 10 % ampas tahu fermentasi, P2 = Pakan komersil + 20% ampas tahu fermentasi, P3 = Pakan komersil + 30% ampas tahu dan P4 = Pakan komersil + 40% ampas tahu fermentasi. Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum, konsumsi protein, dan efisiensi penggunaan protein. Data yang diperoleh di analisis ragam dan pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati diuji dengan uji Jarak Berganda Duncan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan ampas tahu hasil fermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae sampai level 20% tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan kontrol, tetapi semakin tinggi penggunaannya (>20%) dalam pakan nyata (P<0.05) menurunkan konsumsi pakan, konsumsi proein. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan ampas tahu fermentasi dalam pakan broiler dapat digunakan sampai 20% untuk memperbaiki efisiensi penggunaan protein.
Garlic as feed additives have been widely used to increase animals performance due to it can help absorption process of nutrients so that it can spur animal growth and produce healthy products. Garlic is crushed or damaged easily and when is broken, some of these bioactive sulfur components produce a strong pungent odor. Black garlic is fresh garlic that has been fermented for a period of time. Black garlic is formed through heating and causing the garlic turn to black because of its browning compounds. Black garlic does not exude a strong off-flavor, like fresh garlic because of changes to the compound allicin, which is responsible for its odor. The study was done to measure the nutritional content on black garlic based on different times of heat treatment at 600C. The research design was complete randomized design (CRD) with 4 treatments and 5 replications. The treatments were time of heating; P0 (control, 0 day), P1 (15 days), P2 (30 days) and P3 (45 days) 500 g each. Parameters were moisture content, crude protein, ash, fat and carbohydrate. Data were analysed by analysis of variance, the significant effects were tested by Duncan’s multiple range test. To determine the best time of heating would be tested by Polynomial orthogonal. The results showed that different times of heat treatment significantly (P<0.05) affect nutrition of black garlic. Fifteen days of heating significantly incease moisture content but the moisture content decreased when heating was longer such as for 30 and 45 days. Longer time of heating increased significantly (P <0.05) the protein and fat content of black garlic, while the carbohydrate content significantly decreased (P <0.05). Polynomial orthogonal test resulted that the heating of garlic at 600C for 17 days gives the best nutrient content of black garlic. It was concluded that the length heating of garlic to produce the best nutrition content of black garlic was at a temperature of 600C for 17 days.
Kompetisi antar alat tangkap untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal, menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya over fishing. Oleh sebab itu, alat tangkap ramah lingkungan merupakan acuan dalam penggunaan teknologi dan alat tangkap ikan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat keramah lingkungan dari masing-masing alat tangkap nelayan gill net yang ada di Kelurahan Nipah Panjang 1 pada bulan Februari 2018, berdasarkan kriteria FAO (1995). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan responden nelayan yang telah melaut minimal 5 tahun dan kapal yang digunakan minimal berukuran 3 GT. Sampel diambil sebanyak 50% dari masing-masing populasi alat tangkap untuk dianalisis tingkat keramah lingkungannya. Hasil analisis tingkat keramah lingkungan alat tangkap nelayan gill net di Kelurahan Nipah Panjang 1 menunjukkan bahwa gill net kurau termasuk dalam kategori alat tangkap sangat ramah lingkungan dengan nilai sebesar 28. Sedangkan untuk alat tangkap gill net 7 inci, gill net millennium, dan gill net 4 inci termasuk dalam kriteria alat tangkap ramah lingkungan dengan nilai berturut-turut adalah 25.2, 23.8, dan 23.5.
ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan kulit nanas fermentasi ke dalam ransum yang mengandung gulma berkhasiat obat terhadap konsumsi nutrient ayam broiler. Penelitian ini menggunakan DOC jantan strain cob umur 2 hari sebanyak 200 ekor yang dipelihara selama 42 hari. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. P0 = 0% tepung kulit nanas fermentasi (TKNF) dalam ransum mengandung 0% gulma obat(GO), (kontrol positif), P1 = 0% TKNF dalam ransum mengandung 2 % gulma obat (GO),(kontrol negatif), P2 = 7.5% TKNF dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat, P3 = 15% TKNF dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat, P4 = 22.5% TKNF dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat. Parameter yang diamati kandungan gizi kulit nanas sebelum dan sesudah fermentasi dan konsumsi nutrient. Pengaruh yang nyata terhadap parameter yang diamati dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan, Data yang diperoleh dari setiap parameter dianalisis ragam (ANOVA) menggunakan bantuan software SPSS 16.0. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan kulit nanas yang fermentasi dengan yoghurt dalam ransum yang mengandung gulma berkhasiat obat pada taraf 15% memberikan hasil terbaik pada konsumsi nutrient ayam broiler. (Fermented pineapple peel supplementation with addition of medicinal weeds on nutrient intake consumption of broiler chicken) ABSTRACT. The aim of this study was to determine the effect of using fermented pineapple peel in the ration containing medicinal weeds on nutrient consumption and performance of broiler . Two hundred 2 days male broiler chicken cob strain were used in this study and kept for 42 days. Completely randomized design (CRD)was applied with 5 treatments and 5 replicates. Treatments consisted of P0 = 0% of fermented pineapple peels meal (FPPM) in ration containing 0% medicinal weed (MW), positive control). P1 = 0% of fermented pineapple peels meal (FPPM) in the ration containing 2 % medicinal weed (MW), negative control). P2 = 7.5% of FPPM in the ration containing 2 % medicinal weed (MW). P3 = 15% of FPPM in the ration containing 2 % medicinal weed (MW). P4 = 22,5% of FPPM in the ration containing 2 % medicinal weed (MW). The parameters measured was nutrien intake before and after fermented peel and consumption. The observed data were analyzed by statistical product and service solution (SPSS 16.0). Results showed that use of fermented pineapple peel meal up to 15% with addition medicinal weeds was the best on nutrient consumption of broiler chicken.
ABSTRAK. Untuk mendapatkan produksi terbaik dalam pemeliharaan puyuh maka harus memperhatikan ransum yang diberikan dimana ransum yang berkualitas baik akan meningkatkan penyerapan zat makanan yang berguna untuk meningkatkan performa awal produksi seperti umur pertama bertelur, bobot badan saat pertama bertelur, bobot telur pertama dan konversi ransum yang terbaik pula. Performa awal merupakan kunci keberhasilan untuk produksi selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa awal bertelur pada puyuh yang bahan pakannya diganti dari tepung bawang putih menjadi bawang hitam. Materi yang digunakan adalah 200 ekor puyuh betina umur 3 minggu yang dipelihara sampai umur bertelur pertama. Perlakuan yang diberikan adalah penggantian tepung bawang putih dengan bawang hitam sehingga diperoleh 5 perlakuan dan 4 ulangan dimana setiap ulangan terdiri dari 10 ekor puyuh. Perlakuannya adalah P0=100% ransum komersil tanpa penambahan tepung bawang putih dan bawang hitam (kontrol), P1=100% ransum komersil+3% tepung bawang putih+0% bawang hitam, P2=100% ransum komersil+2% tepung bawang putih+1% bawang hitam, P3=100% ransum komersil+1% tepung bawang putih+2% bawang hitam, P4=100% ransum komersil +0% tepung bawang putih+3% bawang hitam. Penelitian ini didesain menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan jika terdapat pengaruh pada perlakuan dilanjutkan dengan uji jarak Duncan. Peubah yang diamati meliputi konsumsi ransum, bobot badan dan umur saat bertelur pertama dan konversi ransum. Hasil dari penelitian menunjukkan penggantian tepung bawang putih dengan bawang hitam tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P0.05) terhadap konsumsi ransum, bobot badan dan umur saat bertelur pertama, dan konversi ransum puyuh. Kesimpulan yang diperoleh bahwa substitusi tepung bawang putih dengan bawang hitam sampai 3 % dalam ransum belum dapat memperbaiki performa awal produksi telur pada puyuh. (Substitution garlic with black garlic in the ration on early egg production of layer quail (Coturnix - coturnix japonica)) ABSTRACT. Quail production depends on the feed and feeding where feed quality will increase quail ability to digest and absorb the nutrients, thus, will improve the performance of early egg production, body weight at first egg laid, egg weight and feed conversion. The performance of early egg production is key to success and subsequent determinant of production. This study aimed to determine the performance of early egg production of quail fed ration contained garlic that was substituted by black garlic. The study used 200 female quail at 3 weeks of age and was kept until the first day of laying egg. The treatments were the substitution level of garlic with black garlic, namely P0 = 100% commercial feed without garlic and black garlic, P1 = 100% commercial feed + 3% garlic + 0% black garlic, P2 = 100% commercial feed + 2% garlic + 1% black garlic, P3 = 100% commercial feed + 1% garlic + 2% black garlic, and P4 = 100% commercial feed + 0% garlic + 3% black garlic. The research was designed into Completely Randomized Design (CRD) with 5 treatments and 4 replications those 10 quails each. The parameters were feed consumption, body weight and age at the first day of laying egg, and feed conversion. Data were analyzed by analysis of variance (ANOVA) and the significant effect of the treatment would be tested using Duncan’s Multiple Range Test. Results of this study showed that there was not significant different (P0.05) among treatment groups on feed consumption, body weight and age at the first day of laying egg, and feed conversion. It is concluded that using black garlic up to 3 % or 2.91 % in ration to substitute garlic does not improve quail early egg production performance yet.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.