ABSTRAK Kali Wiso merupakan sungai yang berada di tengah kota Jepara. Perairan ini menjadi tempat pembuangan limbah-limbah secara langsung. Limbah tersebut diantaranya limbah domestik, limbah pasar, limbah kapal, serta limbah TPI. Berdasarkan masukan limbah tersebut menjadikan muara ini tercemar. Perairan yang tercemar dapat dilihat dari pengamatan secara fisika, kimia, maupun biologis. Kondisi perairan yang tercemar secara biologis dilihat dari keberadaan bakteri patogen yang ada di perairan. Indikator bakteri yang digunakan yaitu bakteri coliform, karena sifatnya yang berkorelasi positif dengan bakteri patogen lainnya. Pemanfaatan perairan ini digunakan untuk kegiatan pelabuhan, tempat bersandar kapal nelayan, serta kegiatan perikanan yang ada di sekitar perairan Jepara. Oleh karena itu perlu diketahui kepadatan bakteri coliform sehingga dapat bermanfaat sesuai dengan peruntukannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui total bakteri coliform serta mengetahui adanya bakteri Escherichia coli. Penelitain ini dilakukan pada bulan Maret 2016 di Muara Kali Wiso dengan dua kali pengulangan dalam kondisi pasang dan surut. Metode yang digunakan yaitu survei dengan teknik sampling purposive sampling. Metode analisa laboratorium yang digunakan berdasarkan SNI -01-2332-1991. Kepadatan bakteri coliform pada perairan muara Kali Wiso yaitu >110.000 sel/100ml dan bakteri Escherichia coli sebesar >110.000 sel/100ml. Pada kondisi pasang dan surut kepadatan bakteri coliform dan Escherichia coli memiliki nilai perikaraan yang sama, namun tidak menandakan bahwa total bakteri keduanya sama. Kepadatan bakteri coliform dan Escherichia coli telah melebihi batas kriteria mutu air yang telah ditetapkan. Keberadaan bakteri patogen ini bisa mengkontaminasi biota-biota yang ada di perairan. Sehingga jika biota tersebut dikonsumsi oleh manusia bisa menyebabkan gangguan kesehatan secara tidak langsung. Kata kunci: Muara Kali Wiso; Bakteri Coliform; Bakteri Escherichia coli ABSTRACT Kali Wiso is the river in the middle of Jepara. This river receives wastes disposal from surrounding across. The waste including domestic waste, market waste, ship waste, and waste from fish market. Based on the inputs of the waste that made the estuary polluted. Polluted waters can be seen from the observation of physical, chemical, and biological. The conditions of the waters which biologically polluted are recognized from the pathogenic bacteria existing in these waters. The indicator of bacteria used, namely coliform bacteria, because of its positive correlation with other pathogenic bacteria. The utilization of these waters is used for the activities of the port, fishing pout, and fishing activities in the waters around Jepara. Therefore, its important to know the density of coliform bacteria so that can be advantageous according to its purpose. The purpose of this study to determine total of coliform bacteria and the existence of Escherichia coli bacteria. This research conducted in March 2016 at Kali Wiso estuary with on the condition of ups and downs with two repetitions. The method used is a survey with purposive sampling technique. Laboratory analysis method used by ISO -01-2332-1991. The density of coliform bacteria in the waters of the Kali Wiso estuary is >110.000 cells/100ml and Escherichia coli bacteria is >110.000 cells/100ml. On the condition of ups and downs density of coliform bacteria and Escherichia coli have the same approximate value, but it does’nt signify that the total of bacteria both are the same. The density of coliform bacteria and Escherichia coli have exceeded the water quality criteria that have been set. The existence of these pathogenic bacteria can contaminate the biota in aquatic. Therefore, this biotics are consumed by humans, it can cause health problem indirectly. Keywords: Kali Wiso Estuary; Coliform Bacteria; Escherichia coli Bacteria
Pantai Bandengan adalah salah satu pantai pesisir utara Jawa yang terletak di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Kabupaten Jepara memiliki potensi sumberdaya pesisir yang besar ditinjau dari keberadaan garis pantainya lebih dari 72 Km. Pantai Bandengan ini juga sebagai habitat rumput lautyang merupakan tumbuhan laut dasar perairan (fitobentos), makroalga, dan termasuk Thallophyta. Rumput laut tergolong tanaman yang hidupnya melekat pada substrat, seperti karang, lumpur, pasir, batu, dan benda keras lainnya atau bahkan melekat pada tumbuhan lain secara epifitik.Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kerapatan rumput laut dengan substrat dasar berbeda di perairan Pantai Bandengan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif menggunakan line transek sepanjang 100 meter dan kuadran transek 1x1 meter dengan tiga kali pengambilan. Setiap kuadran transek dilakukan pengukuran parameter fisika dan kimia meliputi kedalaman, kecerahan, kecepatan arus, suhu air, dan pH (untuk mendukung hasil data sampling).Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah sembilan jenis rumput laut yaitu Halimeda opuntia; Halimeda descoides; Halimeda macroloba; Chordoria flagelliformis; Padina crassa; Sargassum yendoi; Sargassum piluliferum; Sargassum confusum; dan Sargassum duplicatum. Kerapatan tertinggi ditemukan pada Halimeda opuntia (18,19%) atau total 103 individu dengan penutupan substrat (12,54 m2, terbanyak pada substrat pecahan karang). Sedangkan penutupan tertinggi terdapat pada jenis Sargassum duplicatum yaitu 15 m2. Berdasarkan hasil analisa data Chi Kuadrat didapatkan nilai X2 hitung sebesar 72,00 dan nilai X2 tabel sebesar 21,026. Hal tersebut dapat dinyatakan ada hubungan kerapatan rumput laut terhadap substrat dasar karena X2 hitung ≥ X2 tabel yang menyatakan terima H1 tolak H0.
Salah satu hasil laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi setelah ikan dan udang adalah cumi-cumi. Cumi-cumi merupakan salah satu jenis sumberdaya perikanan yang berperan nyata dalam sektor perikanan laut dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi melalui kegiatan penangkapan sudah saatnya disertai dengan upaya pengaturan penangkapan. Upaya ini dapat memperbaiki kerusakan sumberdaya cumi-cumi, karena stok dapat diperkaya untuk memperbaiki dan mempertahankan kelestarian sumberdaya cumi-cumi. Studi mengenai morfometri dari cumi-cumi sangat diperlukan guna selektivitas ukuran bagi kegiatan penangkapan. Selektivitas alat tangkap sangat penting dilakukan untuk menghindari terjadinya overfishing. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik morfometri dan faktor kondisi dari cumi-cumi P.chinensis dan P. duvaucelii yang didaratkan di TPI sekitar Pantai Utara Jawa Tengah. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif yang dalam pelaksanaannya dilakukan melalui teknik survei yaitu melakukan kegiatan pengamatan secara langsung dilapangan dengan bertanya terhadap nelayan sebagai data primer dan pengambilan sampel menggunakan metode random sampling yaitu bahwa semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dimasukkan sebagai anggota sampel. Hasil penelitian ini adalah mengidentifikasi 2 jenis cumi-cumi yaitu P.chinensis dan P. duvaucelii. Ukuran yang mendominasi untuk P. duvaucelii yaitu berkisar antara 25 – 40 mm dan P. chinensis yaitu antara ukuran 55 – 70 mm. Hubungan panjang berat P.chinensis dan P. duvaucelii mempunyai persamaan W = 0,0024 L2,055dan W = 0,00129 L2,213. Karakteristik alometri pada cumi-cumi P.chinensis dan P.duvaucelii mempunyai sifat pertumbuhan alometrik positif, alometrik negatif dan isometrik. Nilai faktor kondisi dari P.chinensis dan P. duvaucelii dengan rumus K= W/ aLb masing- masing adalah 1,007 dan 1,082. Hal tersebut menunjukkan bahwa tubuh dari kedua cumi-cumi yaitu kurang pipih. Berdasarkan penelitian ini, diketahui bahwa pertumbuhan panjang mantel kedua spesies tumbuh lebih cepat dibanding organ tubuh lain dan pertumbuhan panjang mata P. chinensis lebih cepat dibanding tinggi mata, sedangkan panjang mata P. duvaucelii tumbuh seimbang terhadap tinggi mata.
ABSTRAK Limbah pencucian ikan bersumber dari kegiatan pencucian bagian luar dan dalam tubuh ikan. Limbah pencucian ikan memiliki kandungan senyawa amoniak, nitrit, dan nitrat yang tinggi sehingga kemungkinan mempunyai efek negatif bagi lingkungan. Sebagian besar industri pengolahan ikan belum melakukan pengolahan limbah cairnya dengan baik. Bioremediasi merupakan metode biologi dengan memanfaatkan mikroorganisme dan tumbuhan air Lemna minor dalam pengolahan air limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan pengaruhdari kombinasi mikroorganisme dan Lemna minor dalam mereduksi senyawa amoniak, nitrit, dan nitrat pada limbah pencucian ikan. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen skala laboratorium dimana wadah percobaan berisi limbah pencucian ikan dengan volume 1 Liter. Desain penelitian yang digunakan yaitu percobaan faktorial 3 x 3 dengan 2 faktor, sehingga terdapat 9 kombinasi perlakuan M1L10, M1L50, M1L100, M5L10, M5L50, M5L100, M10L10, M10L50, dan M10L100, dimana “M” faktor konsentrasi mikroorganisme (1 mL/L, 5 mL/L, 10 mL/L), sedangkan “L” faktor bobot biomassaLemna minor (0,0255 gr/cm2, 0,1273 gr/cm2 , 0,2546 gr/cm2). Variabel utama penelitian adalah amoniak, nitrit, dan nitrat yang didukung oleh temperatur, pH, dan oksigen terlarut. Analisis data dengan menggunakan analisis efektivitas, uji two way Anova, dan uji Beda Nyata Jujur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai efektivitas berkisar antara 40,85% - 74,03% (amoniak), 42,21% - 74,10% (nitrit), dan 3,19% - 34,65% (nitrat). Pengaruh interaksi kombinasi mikroorganisme dan Lemna minor yaitu terdapat pengaruh yang nyata dan efektif dalam mereduksi senyawa amoniak, nitrit, dan nitrat pada limbah pencucian ikan. Kata Kunci: Amoniak; Bioremediasi; Lemna minor; Limbah Pencucian Ikan; Mikroorganisme; Nitrat; Nitrit ABSTRACT Fish washery waste derived from washing inner and outer part of fish body.Fish washery waste containshigh ammonia, nitrite, and nitrate which may have negative effect for the environment.Most of the fish processing industry are not doing the processing of waste water properly yet. Bioremediation is a biological method by using microorganisms and aquatic plant Lemna minor in wastewater treatment. The aims of study is to determine the effectiveness anda effect of the use of microorganism and Lemna minor combination in effort to reduce ammonia, nitrite, and nitrate compound in fish washery waste. The method used is laboratory-scale experiments where the experimental containers containing fish washery waste with a volume of 1 Liter. 3 x 3 factorial with 2 factor method design were used, so there are nine treatment combinations of M1L10, M1L50, M1L100, M5L10, M5L50, M5L100, M10L10, M10L50, and M10L100, where "M" forconcentrationof microorganisms factor (1 mL/L, 5mL/L, 10 mL/L), while the "L" for biomass weight of Lemna minorfactor (0,0255 gr/cm2, 0,1273 gr/cm2 , 0,2546 gr/cm2). The main variable of this study are ammonia, nitrite, and nitrate supported by temperature, pH, and Dissolved Oxygen. The data was analyzed using effectiveness analysis, two way Anova, and Least Signifficant Difference methode. The results show that the concentration of ammonia, nitrite, and nitrate decreased after 96 hours for all treatmentscombination. The effectiveness value, ranged between 40.85% - 74.03% (ammonia), 42.21% - 74.10% (nitrite), and 3.19% - 34.65% (nitrate). There is a signifficant influence and effective in combination of microorganisms and Lemna minor to reduce ammonia, nitrite, and nitrate compound in fish washery waste. Keywords: Ammonia; Bioremediation; Lemna minor; Fish Washery Waste; Microorganism; Nitrate;Nitrite
ABSTRAKWaduk Jatibarang terletak di Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Waduk tersebut digunakan sebagai pengendali banjir, tempat pariwisata, kegiatan menangkap ikan, dan rencana akan dibuat sebagai sumber air bersih melalui PDAM. Pemanfaatan waduk untuk berbagai keperluan kemungkinan dapat menurunkan kualitas air dari waduk tersebut. Penelitian ini mengkaji kesuburan perairan Waduk Jatibarang berdasarkan distribusi dan kelimpahan bakteri heterotrofik. Bakteri heterotrofik berperan penting dalam sistem perairan sebagai perombak dan meremineralisasi bahan-bahan organik menjadi komponen anorganik sederhana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi kelimpahan bakteri heterotrofik, kandungan bahan organik total, hubungan kelimpahan bakteri heterotrofik dengan bahan organik total, dan status kesuburan waduk Jatibarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif bersifat studi kasus. Sampling dilakukan pada tanggal 27 April dan 11 Mei 2016 di lima (5) stasiun dengan kedalaman 1 meter. Penghitungan kelimpahan bakteri menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Pengujian kandungan bahan organik total menggunakan metode Titrimetri Permanganat SNI 06-6989.22-2004. Hasil pengamatan menunjukkan distribusi spasial-temporal bakteri heterotrofik fluktuatif dan relatif tinggi, dengan kelimpahan berkisar (45 – 131) x 105 cfu/ml. Kandungan bahan organik total berkisar 11,771 - 21,883 mg/l. Hubungan antara bakteri heterotrofik dengan bahan organik total yaitu hubungan yang terbalik menunjukkan tidak adanya hubungan antara keduanya. Status kesuburan perairan Waduk Jatibarang berdasarkannilai kelimpahan bakteri heterotrofik (45 – 131) x 105cfu/ml > (22 – 120) x 105 cfu/ml dan kandungan bahan organik total 11,771 – 21,883 mg/l perairan bersifat eutrofik. Kata kunci: Waduk Jatibarang; bakteri heterotrofik; bahan organik total; eutrofik ABSTRACTJatibarang Reservoirs located in District Gunungpati, Semarang. The reservoir are used as flood control, the tourism, fishing activities, and the plan will be created as a source of clean water through the taps. Utilization of reservoirs for various purposes may reduce the quality of the water reservoir. This study examines the productivity waters Jatibarang Reservoir based on the distribution and abundance of heterotrophic bacteria. Heterotrophic bacteria play an important role in aquatic systems as to change and remineralize organic materials into simple inorganic components. The purpose of this study was to determine the distribution of the abundance of heterotrophic bacteria, total organic matter content, abundance of heterotrophic bacteria relationships with total organic matter and productivity status Jatibarang Reservoirs. The method used in this research is descriptive case study. The sampling was conducted on April 27 and May 11, 2016 in five (5) stations with a depth of 1 meter. Calculation of the abundance of bacteria using Total Plate Count (TPC). Tests using a total organic matter content titrimetric method SNI 06-6989.22-2004 permanganate. The results showed the spatial-temporal distribution of heterotrophic bacteria volatile and relatively high, with an abundance range (45-131) x 105cfu/ml. Total organic matter content ranges (11.771 - 21.883) mg/l. The relationship between of heterotrophic bacteria with total organic material that is an inverse relationship showed no relationship between both. The productivity status of the dam water Jatibarang based on the abundance of heterotrophic bacteria (45-131) x 105cfu/ml > (22-120) x 105cfu/ml and organic matter content of the total 11.771 - 21.883 mg/l waters are eutrophic.Keywords: Jatibarang Reservoir; heterotrophic bacteria; total organic matter; eutrophic
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.