Rubber price fluctuations occur in rubber business. It's a problem if price low but not higher production and lowest cost. This research to get best tapping system combination of cost reduction and increase production. It's through tapping frequency (d3, d4, d5, d6)
Sound waves research in Indonesia has been carried on the tea crop, peanuts, soybeans and potatoes. The result showed that there was an increase in the effectiveness of nutrient uptake and significant growth rate. This research used manipulated frequency of insect sounds, called “Garengpung”, is known as Audio Bioharmony (ABH). However, application of this technology has not been done in rubber, therefore the aim of the study was to find out effect of ABH toward rubber nursery and to find optimum frequency for rubber nursery. The experiment was arranged in completely randomized design, with a frequency of 0 Hz, 3000 Hz, 3500Hz, 4000 Hz, 4500 Hz and 5000 Hz. The second factor was levels of fertilizer 50%, 75% and 100%. The results showed that the application of sound wave significantly influence growth rate of rubber in the nursery, while the level of fertilizer application had no significant effect. There was no significant interaction between sound wave frequency and fertilizer levels. The best plant height growth rate observed in treatment with 3500 Hz and 75% fertilizer level. The largest stem diameter growth rate was observed in treatment with 4000 Hz and 50% fertilizer level. Based on the regression curves the best frequency to obtain optimal growth of stem diameter was 4271.9 Hz.
Masalah yang dihadapi dalam peremajaan karet adalah biaya investasi yang tinggi dan kekhawatiran hilangnya pendapatan selama tanaman karet belum menghasilkan. Salah satu solusi yang dapat dikembangkan adalah penanaman tanaman sela pada saat tanaman karet belum menghasilkan. Pengusahaan tanaman sela sudah mulai dikembangkan oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII Jawa Barat untuk menghadapi fluktuasi harga karet dan meningkatkan keuntungan perusahaan selama tanaman karet belum menghasilkan. Pisang merupakan komoditas yang memiliki prospek pasar cerah dan sesuai diusahakan sebagai tanaman di antara tanaman karet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi usahatani pisang di antara tanaman karet di Kebun Cibungur, PTPN VIII Jawa Barat. Metode analisis yang digunakan adalah analisis efisiensi usahatani. Efisiensi usahatani merupakan nisbah antara penerimaan dengan biaya usahatani yang merupakan salah satu ukuran apakah usahatani tersebut efisien atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani tersebut mampu memberikan keuntungan sebesar Rp 7.059.598/ha/2 tahun dengan nilai R/C Ratio 1,28. Nilai R/C Ratio lebih besar dari satu, mencerminkan bahwa usahatani tersebut efisien. Ini berarti bahwa usahatani pisang layak untuk dikembangkan di antara tanaman karet belum menghasilkan.
Sektor pertambangan dan pertanian menjadi tulang punggung perekonomian Kabupaten Berau. Oleh karena itu, pengembangan budidaya karet (Hevea brasiliensis) di sekitar tambang menjadi salah satu pilihan yang tepat guna. Tanaman karet memiliki banyak kegunaan, dan hasil lateks karet laku dijual di pasaran dengan harga yang cukup baik. Dalam pengembangan karet rakyat, diawali dengan kegiatan karakterisasi wilayah. Artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang karakteristik usahatani karet dan petaninya di daerah lingkar tambang Kabupaten Berau yang akan digunakan sebagai data dasar untuk menyusun program pengembangan selanjutnya. Data yang digunakan berupa data primer dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap petani karet di sekitar lahan tambang dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat daerah lingkar tambang telah mulai mengembangkan tanaman karet. Kecamatan Teluk Bayur memiliki areal kebun karet terluas. Petani karet di daerah lingkar tambang Kabupaten Berau yang menanam seedling sejumlah 39,29%, dan OMT sejumlah 60,71%. Rata-rata pemilikan lahan per petani kurang dari 5 ha dan rata-rata umur tanaman 2-3 tahun. Adapun tingkat pengetahuan dan adopsi budidaya karet dalam hal bibit okulasi, jenis klon, dan cara okulasi masih relatif rendah, sehingga termasuk dalam kriteria daerah “belum maju”. Oleh karena itu, prioritas program pengembangan diarahkan pada peningkatan pengetahuan dan motivasi petani untuk menggunakan teknologi anjuran. Model pengembangan kebun karet dapat diarahkan pada Model Pengembangan Karet Partisipatif, dan program dasar pengembangan karet di daerah sekitar tambang dapat dilakukan dengan: program peningkatan pengetahuan dan motivasi petani, program pengembangan kelembagaan dan kerjasama kemitraan, dan program penyediaan sarana pembangunan terbatas.Kata kunci: Hevea brasiliensis, partisipasi petani, karakteristik petani, daerah lingkar tambangSektor pertambangan dan pertanian menjadi tulang punggung perekonomian Kabupaten Berau. Oleh karena itu, pengembangan budidaya karet (Hevea brasiliensis) di sekitar tambang menjadi salah satu pilihan yang tepat guna. Tanaman karet memiliki banyak kegunaan, dan hasil lateks karet laku dijual di pasaran dengan harga yang cukup baik. Dalam pengembangan karet rakyat, diawali dengan kegiatan karakterisasi wilayah. Artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang karakteristik usahatani karet dan petaninya di daerah lingkar tambang Kabupaten Berau yang akan digunakan sebagai data dasar untuk menyusun program pengembangan selanjutnya. Data yang digunakan berupa data primer dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap petani karet di sekitar lahan tambang dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat daerah lingkar tambang telah mulai mengembangkan tanaman karet. Kecamatan Teluk Bayur memiliki areal kebun karet terluas. Petani karet di daerah lingkar tambang Kabupaten Berau yang menanam seedling sejumlah 39,29%, dan OMT sejumlah 60,71%. Rata-rata pemilikan lahan per petani kurang dari 5 ha dan rata-rata umur tanaman 2-3 tahun. Adapun tingkat pengetahuan dan adopsi budidaya karet dalam hal bibit okulasi, jenis klon, dan cara okulasi masih relatif rendah, sehingga termasuk dalam kriteria daerah “belum maju”. Oleh karena itu, prioritas program pengembangan diarahkan pada peningkatan pengetahuan dan motivasi petani untuk menggunakan teknologi anjuran. Model pengembangan kebun karet dapat diarahkan pada Model Pengembangan Karet Partisipatif, dan program dasar pengembangan karet di daerah sekitar tambang dapat dilakukan dengan: program peningkatan pengetahuan dan motivasi petani, program pengembangan kelembagaan dan kerjasama kemitraan, dan program penyediaan sarana pembangunan terbatas.
Salah satu upaya untuk menghadapi kondisi harga jual karet yang rendah adalah dengan meningkatkan produktivitas untuk menekan harga pokok dan menghindari kerugian. Peningkatan produktivitas dalam jangka panjang dapat melalui pengoptimalan keragaan tanaman terutama lilit batang dengan menunda buka sadap. Perbedaan kriteria buka sadap di Indonesia dengan negara penghasil karet yang lain diduga turut menyebabkan perbedaan produktivitas yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan laju lilit batang sebelum dan sesudah tanaman disadap, peningkatan produktivitas, dan laba/rugi akibat adanya penundaan buka sadap. Penelitian dilakukan di areal tahun tanam 2010, Galadowo, Kebun Getas, PTPN IX Jawa Tengah dan mulai dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 (akhir TBM V) hingga sekarang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan faktor tunggal yaitu kelas lilit batang. Parameter yang diamati yaitu lilit batang dan tebal kulit awal, pertumbuhan lilit batang dan tebal kulit tiap bulan, volume lateks, kadar karet kering (K3), dan produksi karet kering per pohon (gtt), serta taksasi/proyeksi produksi untuk bulan berikutnya. Poduktivitas tersebut selanjutnya digunakan menghitung analisis finansial buka sadap pada tiap kelas lilit batang. Metode analisis finansial pada penelitian ini menggunakan analisis R/C ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buka sadap yang dilakukan pada lilit batang lebih besar dari kriteria normal menunjukkan lebih besar laju pertumbuhan lilit batang dan tebal kulitnya serta lebih tinggi produksinya sehingga keuntungan atau nilai R/C ratio pada saat TM 1 juga semakin besar. Kata kunci: Harga karet rendah, penundaan buka sadap, produktivitas, lilit batang, tebal kulit
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.