This article discusses the phenomenon of interaction on Facebook. This study used a subjective approach with a qualitative research method through the analysis of the phenomenology and symbolic interaction. The study was conducted to determine the essential meaning of symbolic interaction that occurs in the world of Facebook. Through in-depth interviews of 10 people found that Facebook users are interchangeable symbols emoticons users to interact on Facebook has a contextual meaning. At different users' of a symbol can have different meanings so the meaning is no longer unconventional, but personal. This is caused by the user freedom in using or producing personal emoticon symbols as an expression of nonverbal cues. Essentially, the interaction on Facebook is the visual interaction. Through visual, users' can display a variety of actions on Facebook including symbolic impression management. Impression management on Facebook is heavily influenced intentional relationship between physical self as a subject in the real world and themselves become symbolic objects in the virtual world. This relationship is illustrated by a model of interaction and symbolic impression management model in the virtual world of Facebook.
<p>Tradisi semiotika adalah salah satu tradisi penting dalam kajian media dan komunikasi. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaplikasian teori-teori semiotika dalam kajian media dan komunikasi guna menemukan aspek-aspek problematis di dalamnya. Dengan menggunakan metode tinjauan pustaka, penelitian ini menganalisis dua belas artikel yang menggunakan metode analisis semiotika. Kedua belas artikel yang dipilih telah diterbitkan oleh jurnal-jurnal ilmu komunikasi yang terindeks Sinta 2. Hasil menunjukkan bahwa iklan, film, majalah, gambar buku anak, teks pidato, dan simbol-simbol dalam ritual adat telah dijadikan objek penelitian dan masing-masing dianalisis berdasarkan teori semiotika Greimas, Barthes, Peirce, dan Lotman. Problem mendasar yang ditemukan adalah kerancuan bentuk penafsiran khususnya pada penelitian-penelitian terdahulu yang menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Umumnya kerancuan itu terjadi ketika tafsir di tingkatan denotatif dicampuradukkan dengan tafsir di tingkat konotatif. Dalam konteks semiotika Peirce, kecenderungan analisisnya terfokus pada bagian Objek (O) dan mengabaikan bagian Representamen (R) dan Interpretan (I). Padahal dalam basis teori Peirce, objek, representamen, dan interpretan adalah satu kesatuan unit analisis yang tidak terpisahkan dan brsifat parsial. Kekeliruan, kerancuan, atau ketidaktepatan analisis bisa menjadi persoalan mendasar dari tafsir semiotika..</p>
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi eksperimen pada mahasiswa di Jurusan Komunikasi Universitas Negeri Gorontalo terkait informasi yang berkaitan dengan polisi. Polisi memiliki citra negatif pada masyarakat Indonesia, khususnya generasi Z. Warganet menjadikan media sosial Twitter sebagai salah satu wadah untuk mengkritik polisi dengan tagar #1hari1oknum. Tagar tersebut menunjukkan tentang berita-berita mengenai perilaku beberapa anggota polisi di Indonesia. Selain itu, tagar tersebut juga merupakan upaya dari masyarakat untuk mengkritik polisi. Di sisi lain, polisi juga membuat akun Twitter @divhumas_polri untuk meningkatkan citranya. Penelitian ini menganalisis tentang pengelolaan informasi yang dilakukan oleh mahasiswa ketika diberikan informasi-informasi dari akun @divhumas_polri dan informasi berita dengan tagar #1hari1oknum. Penelitian ini menggunakan paradigma positivistik, pendekatan kuantitatif, dan teknik penyebaran kuesioner. Jumlah populasinya sebesar 120 mahasiswa yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Selanjutnya, 60 mahasiswa tersebut dibagi lagi menjadi tiga kelompok berdasarkan tahun ajaran 2021, 2020, dan 2019. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak memiliki rasa percaya yang tinggi terhadap polisi, terutama mahasiswa dari kelompok eksperimen yang menerima treatment berupa berita #1hari1oknum. Temuan pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa mahasiswa mengelola informasi tersebut dengan jalur sentral. Sebagai generasi Z yang bergantung pada gadget, mahasiswa tidak langsung percaya pada informasi yang diterima dari @divhumas_polri dan berita #1hari1oknum. Mahasiswa mencari informasi pendukung dari sumber lain, melihat pemilik akun yang menyebarkan informasi, dan memperhatikan tagar yang digunakan. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk akademisi di Komunikasi, polisi, dan masyarakat.
Penggunaan kartun sebagai editorial menjadi hal penting bagi surat kabar untuk menyampaikan opini dan komentar melalui visual. Kartunis memiliki bahasa rupa yang khas dalam menyampaikan opini dan komentarnya, baik untuk menyindir atau mengkritik. Artikel ini untuk mengkaji kartun editorial surat kabar Kompas dan Republika dalam mengungkap krisis yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan teori bahasa rupa dari Primadi Tabrani sebagai perangkat analisis data. Teori ini membagi analisis ke dalam dua langkah, yaitu isi wimba dan cara wimba. Pembahasan mendalam dilakukan pada enam kartun yang dipilih dari 116 kartun editorial yang terkumpul. Kriteria pemilihan kartun berdasarkan keunikan dari peristiwa krisis yang digambarkan dan tipe wacana kartun yang digunakan. Keenam kartun juga mewakili tiga tema (politik, ekonomi dan sosial) dan dua surat kabar yang dikaji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap tema menampilkan wimba yang berbeda. Kemampuan kartunis dalam mengolah elemen-elemen visual membuat penampilan krisis dalam kartun lebih dramatis. Kartun non-monolog, monolog, dan dialog adalah jenis kartun yang digunakan oleh kartunis sebagai sarana untuk membawa cerita di dalamnya. Kehadiran karakter sebagai partisipan dan balon kata sebagai bentuk dialog dapat menjadi penanda untuk mengidentifikasi jenis kartun yang digunakan. Melalui Wimba, kartunis dapat mengartikulasikan keberpihakan mereka pada isu yang menjadi sorotan media.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.