Gunung Ireng di Desa Pengkok adalah destinasi wisata baru geologi gunung api purba di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, di samping Gunung Nglanggeran. Selain aglomerat, sebagaimana penciri geologi Gunung Api Purba Nglanggeran, breksi vulkanik, lava bersruktur meniang, dike, dan blocky lava berkomposisi andesit menyusun Gunung Ireng. Makalah ini disusun untuk mengidentifikasi kealamian jelajah alam geologi gunung api purba Gunung Ireng sebagai destinasi wisata minat khusus geowisata. Metode yang digunakan adalah studi dan analisis konektivitas Gunung Ireng terhadap destinasi-destinasi wisata lain di sekitarnya dan identifikasi keragaman data geologinya. Penelitian menjumpai morfologi bukit melingkar berbentuk kubah, yang dikelilingi lembah berslope ~30-55o yang melandai ke baratlaut. Dari atas bukit terlihat Gunung Wayang (Nglanggeran di ujung timur), karst Selopamioro di arah selatan, Sudimoro di arah barat dan tinggian Patuk di sebelah utara. Jalur konektivitas telah menghubungkan Gunung Ireng dengan Gunung api Nglanggeran-Oro-Oro, Dlingo, Selopamioro dan Kali Ngalang-Gedangsari. Promosi dan dukungan sepenuhnya dari pemerintah Kabupaten Gunungkidul, serta optimisme pengelola adalah kunci keberhasilan Gunung Ireng untuk disejajarkan dengan destinasi-destinasi wisata minat khusus lain di sekitarnya; mendukung keberlanjutan Geopark Gunung Sewu.
Untuk menghadapi kenormalan baru sektor pariwisata di Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta, terkait pandemic covid-19, perlu disiapkan paradigma pariwisata yang berbasis konservasi dengan menyelaraskan antara kebutuhan para wisatawan dan kebutuhan masyarakat lokal. Konservasi tersebut meliputi unsur abiotic, biotik dan budaya, yang harus disosialisasikan kepada para pemandu, terutama pemandu lokal. Pengabdian kepada Masyarakat ini bertujuan untuk melakukan pendampingan kepada para pemandu wisata terkait dengan langkah konservasi tersebut, karena mereka adalah garda terdepan sektor ini. Pendampingan dilakukan meliputi sosialisasi, pelatihan kepemanduan (di dalam kelas dan lapangan), jejaring kerjasama antar pemandu local, dan strategi pemasaran dan promosi UGG Gunungsewu. Pendampingan dilaksanakan kepada sebanyak 40 pemandu local dari beberapa destinasi wisata dengan predikat Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG) di Gunungkidul, yaitu Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunung Ireng, Gunung Gentong, Bioturbasi Kali Ngalang, Taman Batu Nglirong, Pantai Wediombo dan Sampang-Gedangsari. Melalui pendampingan ini, para pemandu kini memiliki kepemahaman tentang konservasi, sebagai bagian dari tujuan geopark; yang harus dilaksanakan untuk menjamin keberlanjutan terpenuhinya kebutuhan lingkungan, masyarakat local (social, ekonomi dan budaya) dan para wisatawan.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini membantu POKDARWIS Dusun Srumbung, Desa Pengkok, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul menyusun usulan destinasi wisata Gunung Ireng sebagai Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG). Melalui kajian sebelumnya, Gunung Ireng telah diidentifikasi sebagai kawah purba gunung api. Kekhususan Gunung Ireng adalah sebagai kepundan berumur Tersier yang terletak di bawah dasar laut. Tujuan pengabdian adalah untuk meningkatkan frekuensi dan intensitas kunjungan wisatawan. Metode pengabdian adalah dokumentasi, pendaftaran dan proses asesmen. Pendaftaran Gunung Ireng sebagai KCAG telah dilakukan secara daring melalui http://kcag.pag.geologi.esdm.go.id/index.php/trxp/-c_status/list_status_ajax, pada November 2019. Pra-asesmen dilakukan oleh pemerintah daerah tingkat Provinsi dan Kabupaten pada tanggal 20 Februari 2020. Asesmen telah dilakukan pada tanggal 27 Februari 2020 dengan tim asesor terdiri atas Tim Verifikator KCAG Badan Geologi (Direktorat Energi dan Sumber Daya Mineral) dan Tim Pendamping Akademik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Tuan Rumah KCAG Gunung Ireng terdiri atas Tim Pengabdi, Provinsi DIY (terdiri atas wakil Dinas Pariwisata dan Administrasi Pemerintahan SETDA DIY), Kabupaten Gunungkidul, Camat Patuk, Lurah Desa Pengkok dan Pengelola dan POKDARWIS Gunung Ireng. Dokumen yang telah disiapkan meliputi data hasil identifikasi geologi gunung api purba Gunung Ireng, daftar fasilitas pemanfaatan KCAG sebagai destinasi geowisata dan ekowisata, dokumen POKDARWIS dan kegiatan pariwisata yang telah dikelola, dan dokumen tata kelola dan organisasi Gunung Ireng. Hasil verifikasi dikatakan spektakuler dan telah diumumkan, kini menunggu Surat Keputusan Kementerian Sumber Daya Mineral dan Energi.
Metode penilaian kelayakan ekonomi sangat penting dalam menentukan nilai suatu proyek. Adanya ketidakpastian yang tinggi dalam industri pertambangan baik dari segi teknis maupun non teknis, menyebapkan risiko proyek pertambangan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan industri lain. ketidakpastian dimodelkan dengan suatu deret probabilitas yang tidak terputus. Distribusi ini banyak digunakan untuk memodelkan ketidakpastian dari faktor non teknis seperti harga komuditas. Untuk menggambarkan ketidakpastian dari input variabel dalam simulasinya depat menggunakan teknik simulasi monte carlo. Selain itu untuk memprediksi harga jual batubara menggunakan algoritma kelelawar. Hasil penelitian menunjukan bahwa prediksi harga batubara adalah salah satu parameter yang sulit diprediksi. Untuk menentukan harga jual dapat menggunakan pendekatan prediksi dengan bantuan kecerdasan buatan. Prediksi harga menggunakan simulasi monte carlo menghasilkan harga jual batubara dengan kalori 5700 kcal/Kg adalah $ 42,2 per ton. Sedangkan jika menggunakan algoritma kelelawar adalah $42,18 per ton. Analisis kelayakan proyek tambang menggunakan metode DCF dengan NPV yang paling maksimal berada pada stripping ratio 2,5 dengan volume batubara sebesar 11 juta ton.
Kendeng zone has complex geological conditions in the form of very high rock deformation so that there are folding and reverse faults in a west-east direction. The research location is in the Kedungjati area and its surroundings, Kedungjati District, Grobogan Regency, Central Java Province. Astronomically, the research area is located at 07o 07' 30'' - 07o 12' 30'' South Latitude and 110o 32' 30" - 110o 37' 30" East Longitude. This study aimed to determine the kinematics and characteristics of the reverse fault in the Kedungjati area and its surroundings. The method is by mapping the surface geology, including the pre-field stage, field stage, and postfield stage. The reverse fault of the research area Kropoh right reverse slip fault, Tempuran right reverse slip fault, Kedunggandri left reverse slip fault, Prigi left reverse slip fault, Kedungglatik left reverse slip fault, Borangan right thrust slip fault, Kedungklapa left reverse slip fault. The analysis results of the thrust fault in the Kedungjati area have a relative southeast-northwest fault plane direction with a relatively rising dominant sense and a northeast-southwest compression direction. The reverse fault in the Kedungjati area is included in the trailing imbricate fan deformation in the thrust fault system.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.