PENDAHULUANManusia selain dikenal sebagai makhluk individu, juga dikenal sebagai makhluk sosial. Manusia tidak hidup sendiri namun hidup di tengah masyarakat atau individu-individu lain, sehingga didalam kehidupan ini manusia memerlukan bantuan orang lain. Sejak lahir manusia telah diajarkan tentang bagaimana hidup bersama orang lain, cara bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik.Menurut Bimo Walgito (1990:25) manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupan sehari-hari saling berinteraksi antara individu yang satu dengan individu yang lain. Agar individu berhasil dalam berinteraksi dengan lingkungan, individu itu dituntut untuk dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya. Menurut Sunarto dan Agung Hartono ¬(2008:224) individu dikatakan ber-hasil dalam melakukan penyesuaian¬¬ diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar atau apabila dapat diterima oleh lingkungan tanpa me¬¬rugikan atau mengganggu lingkungannya.Dari pendapat di atas dapat disimpulkan interaksi antara individu dengan orang lain dan lingkungannya bersifat timbal balik dan saling mempengaruhi Individu, dapat meng-atasi masalahnya sendiri, juga dapat mengatasi berbagai masalah yang me-nimbulkan ketidak¬nyamanan dalam hidup bersama. Namun dalam kenyataan¬nya, suatu hubungan yang harmonis tidak didapat semudah yang dibayangkan karena ada beberapa faktor yang berpengaruh. Salah satu faktornya adalah bagaimana kemampuan individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.Masalah-masalah dalam penyesuaian diri sering terjadi pada remaja karena masa remaja meng¬alami masa pencarian jati diri, menurut Djaali (2000:75) dalam masa perkem-bangannya, pribadi dari para remaja mengalami banyak masalah dalam masa penyesuaian diri bila dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya, karena pada masa anak-anak cukup tenang dan bahagia. Sedangkan dalam masa pertumbuhan-nya ia mengalami ketegangan batin akibat dari ingin lepasnya ke-tergantungan dan pengawasan dari orang lain
The students who had high academic self-efficacy, generally, were PENDAHULUANSiswa merupakan salah satu unsur yang terlibat langsung dalam proses belajar di sekolah dan menjadi subjek serta objek pencapaian tujuan belajar. Tercapainya tujuan belajar akan terlihat pada meningkatnya kemampuan dan keterampilan siswa serta berkembangnya nilai-nilai dan sikap siswa. Sesuai dengan pendapat Nana Syaodih Sukmadinata (2009:4) mengemukakan bahwa "tujuan belajar pada dasarnya mengarah pada peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan pengembangan diri siswa".Tujuan belajar akan tercapai dengan hasil yang maksimal jika siswa dapat mengikuti proses belajar dengan baik. Dalam mencapai tujuan belajar diperlukan dukungan dari berbagai pihak seperti guru, siswa, ataupun orang tua serta lingkungan sekitar. Selain itu, keyakinan siswa terhadap kemampuannya untuk melakukan sesuatu, terutama yang berkaitan dengan aktivitas akademik siswa sangat diperlukan. Keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri inilah yang disebut dengan self-efficacy.Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuan dirinya sendiri bahwa ia mampu untuk melakukan sesuatu atau mengatasi suatu situasi, bahwa ia akan berhasil dalam melakukannya. Sebagaimana Bandura (1994:1) mengemukakan bahwa self-efficacy merupakan keyakinan orang tentang kemampuan mereka untuk menghasilkan tingkat kinerja serta menguasai situasi yang mempengaruhi kehidupan mereka, kemudian self-efficacy juga akan menentukan bagaimana orang merasa, berpikir, memotivasi diri dan berperilaku.Sesuai dengan pendapat Jeanne Ellis Ormrod (2008:20) self-efficacy adalah keyakinan seseorang tentang kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Kemudian Bandura (dalam Howard 2008:272) juga menambahkan bahwa self-efficacy memiliki dampak yang penting, bahkan bersifat sebagai motivator utama terhadap keberhasilan seseorang. Orang lebih mungkin mengerjakan aktivitas yang yakin dapat mereka lakukan daripada melakukan pekerjaan yang mereka rasa tidak bisa. Jadi, self-efficacy merupakan suatu keyakinan yang dimiliki oleh seseorang mengenai kemampuan dan kesanggupannya sendiri untuk bisa melakukan sesuatu atau menghadapi suatu situasi, dan memperoleh hasil
Broken home's family is the family that function of father and mother do not work functionally. Child that experience this situation called broken home child. This research aim's to look at the description of the problems that face by student who wellborn in broken home's family in SMA N 1 Banuhampu. This research is descriptive research, that see problems which are faced by student who wellborn in broken home's family. The subject of this research is 39 students. Research instrument is questionnaire. The results of this research is the student have a problems in academic, themselves, family lives and peer relations. In this situation guidance and counseling teacher could arrange guidance and counseling service program that match with problems of students who from broken home's family.
Keywords: Attitude and Habit of LearningCopyright ©2016 Universitas Negeri Padang All rights reserved PENDAHULUANBelajar di perguruan tinggi merupakan proses yang cukup panjang untuk mengembangkan diri dalam memperoleh kehidupan yang berkualitas. Untuk mencapai hasil yang optimal, mahasiswa diharapkan memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Maka setiap mahasiswa melalui proses perkuliahan yang diikutinya dididik dan diarahkan untuk menjadi tenaga pendidik di sekolah dan di luar sekolah diajarkan berbagai kemampuan baik secara teori maupun praktik sehingga mereka mampu menjalankan tugasnya secara professional di lapangan. Menurut Prayitno (2007: 117): "Mahasiswa adalah individu-individu yang diproyeksikan berkembang menjadi pribadi-pribadi terpelajar dengan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang cukup tinggi dan dinamis untuk berperikehidupan yang maju dan membahagiakan".Pada perguruan tinggi agar dapat menumbuh-kembangkan seluruh aspek individu baik secara sosial, fisik, mental dan kepribadian. Sikap dan kebiasaan belajar merupakan kecakapan yang harus dimiliki oleh peserta didik, karena dengan membiasakan diri berdisiplin dan belajar dengan baik akan diperoleh hasil belajar yang memuaskan.Trow mendefinisikan sikap (dalam Djaali 2011:114) sikap adalah kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat, hal ini lebih menekankan pada kesiapan mental atau emosional seseorang terhadap belajar. Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2010:123) sikap adalah kecenderungan yang menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang lain atau situasi yang dihadapi, tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respon seseorang.Hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap mahasiswa pada suatu jurusan tanggal 3 Maret 2012 bahwa mahasiswa baru masuk kelas langsung mengambil posisi duduk pada bagian belakang, ada yang meminjam alat tulis teman, tidak membawa buku namun meminta kertas kepada teman untuk coret-coretan saja, datang Keywords: Attitude and Habit of LearningCopyright ©2016 Universitas Negeri Padang All rights reserved PENDAHULUANBelajar di perguruan tinggi merupakan proses yang cukup panjang untuk mengembangkan diri dalam memperoleh kehidupan yang berkualitas. Untuk mencapai hasil yang optimal, mahasiswa diharapkan memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Maka setiap mahasiswa melalui proses perkuliahan yang diikutinya dididik dan diarahkan untuk menjadi tenaga pendidik di sekolah dan di luar sekolah diajarkan berbagai kemampuan baik secara teori maupun praktik sehingga mereka mampu menjalankan tugasnya secara professional di lapangan. Menurut Prayitno (2007: 117): "Mahasiswa adalah individu-individu yang diproyeksikan berkembang menjadi pribadi-pribadi terpelajar dengan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang cukup tinggi dan dinamis untuk berperikehidupan yang maju dan membahagiakan".
Learning is process to give student that help from learning difficulties, that maybe comes during learning process, so that student can get their optimal score. In study processing, the motivation is very important. The motivation is indispensable, because an individu didn't have encouragement or desire in study, is imposible can do study activity well. It mean there was motivation in student self indirectly will grow up the spirit and passion in study. As a matter in fact, there are many student who have low learning motivation because many found that student always going out-going in from the class and doing something else during study process. This research is descriptif research and the purpose to describe about student's motivation to follow learning process. The conclusion of the research is student's motivation to follow learning in good enough category. The implication of guidance and counseling service for student's motivation to follow learning process through information service about increase the study motivation and individual counseling by way of knowing the matter in study that encountered in studying and giving problem solving. Keywords: motivation of student, tutoring, implication of guidance and counselingCopyright ©2016 Universitas Negeri Padang All rights reserved PENDAHULUANSekolah sebagai lembaga pendidikan formal berupaya untuk mengembangkan potensi siswa. Sekolah adalah tempat berlangsung proses belajar yang dimulai dari sekolah dasar hingga tingkat atas, namun faktanya output pendidikan belum mampu berjalan seimbang dengan tuntutan zaman, hal ini disebabkan minimnya penguasaan terhadap displin ilmu yang diperoleh melalui proses pendidikan. Keadaan ini menjadi tantangan bagi guru untuk mempersiapkan siswanya dalam memasuki masa depan. Primagama (2006 : 1) Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung wajar. Dalam keadaan dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, masalah-masalah pendidikan secara terinci yang kerap kali dihadapi siswa antara lain ialah pada awal sekolah, mereka kerap menghadapi kesulitan menyesuikan diri dengan pelajaran, para guru, tata tertib sekolah. Dalam proses menjalani program sekolah siswa tidak jarang menghadapi kesulitan berupa keraguaan memilih bidang studi yang sesuai, memilih mata pelajaran yang cocok. Pada tahun-tahun terakhir mereka dalam suatu sekolah sering kali menghadapi kesulitan-kesulitan berupa konflik dalam memahami pelajaran, maka perlu bimbingan belajar yang memadai (Abu Ahmadi, 1991: 107-108).Berdasarkan pendapat di atas, bantuan yang diberikan kepada siswa berupa bimbingan belajar (les tambahan) dapat membantu siswa dalam menghadapi kesulitan belajarnya, bimbingan belajar yang dimaksud ialah les tambahan.Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti pada siswa Sekolah Menengah Akhir Negeri 1 Kota Sungai Penuh pada tanggal 13 Maret 2013 sebanyak tujuh orang, terdapat bahwa empat orang menjawab kurang berkonsentrasi dalam belajar, dua orang menjawab malas mengikuti banyak kegiatan diluar jam sekol...
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.