Kemampuan berpikir komputasi merupakan keterampilan berpikir yang dibutuhkan pada abad 21. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir komputasi siswa SMA/MA dalam menyelesaikan masalah barisan dan deret. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes dan wawancara. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA MA Muhammadiyah Kota Pekanbaru sebanyak 15 orang. Analisis terhadap kemampuan berpikir komputasi siswa dilihat melalui indikator. Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa yang berkemampuan tinggi berada dalam kategori sangat baik pada indikator dekomposisi (87,5%) dan abstraksi (97,5%), kategori baik pada indikator berpikir algoritma (65%) dan kategori cukup pada indikator pengenalan pola (50%). Siswa berkemampuan sedang dalam kategori baik pada indikator abstraksi (62%), kategori cukup pada indikator dekomposisi (51,5%), kategori rendah pada indikator pengenalan pola (33,5%) dan berpikir algoritma (39%). Siswa berkemampuan rendah berada dalam kategori rendah untuk tiga indikator yaitu dekomposisi (38,3%), abstraksi (33,3%), berpikir algoritma (21,7%), dan kategori sangat rendah pada pengenalan pola (11,67%). The ability of computational thinking is logical thinking that is needed in the 21st century. This research aims to describe the process of computational thinking in the Senior High School students in completing the problem of arithmetic sequence and series. This research is descriptive research using a qualitative approach. The data collection technique uses tests and interviews. Furthermore, the subject of the research is 15 students of class XI IPA at MA Muhammadiyah Pekanbaru. The students’ computational thinking could be seen through decomposition indicators, pattern recognition, abstraction, and algorithmic thinking. The results of the analysis indicate that students with high abilities are in a very good category on the decomposition indicators (87.5%) and abstraction (97.5%), good categories on the algorithmic thinking indicator (65%), and, the moderate category on the indicators. pattern recognition (50%). For students with moderate abilities, they are in a good category on the abstraction indicator (62%), sufficient category on the decomposition indicator (51.5%), the low category on the pattern recognition indicator (33.5%), and algorithmic thinking (39%). Meanwhile, low-ability students are in the low category for three indicators, namely decomposition (38.3%), abstraction (33.3%), algorithmic thinking (21.7%), and very low category on pattern recognition indicators (11.67%).
Excessive land exploitation in Dumai has been replaced by intrusion seawater in aquifers in the coastal area. This is indicated by the increasing number of society’s wells that turn into brackish. The intrusion has a wide impact on various aspects of life, such as decreasing soil fertility, damage the buildings, and disrupting public health. The aim of this study is to find out the saturated zone of water and the interface of water with fresh water, so it is known that water zones are suitable for daily use. The study used Geoelectrical Resistivity Survey with 1D Schlumberger configuration to determine the zone of aquifer and its thickness. Based on the research that has been done, the results of the boundary of the intrusion zone in Dumai were obtained that there is an intrusion zone boundary of seawater content. This is indicated by the low resistivity value. It is less than 10 ohms, which is found at the zone of less than 1 km from the beach line.
ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional jika ditinjau dari self confidence siswa. Berdasarkan obeservasi dan tes pendahuluan dapat diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa rendah. Sehingga model pembelajaran problem based learning menjadi salah satu alternatif solusi. Desain yang digunakan adalah factorial eksperimen design. Adapun teknik sampel yaitu Cluster Random Sampling. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Pekanbaru. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII.3 sebanyak 30 orang dan siswa kelas VIII.4 sebanyak 29 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, angket dan observasi. Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu soal pretest dan posttest kemampuan pemecahan masalah matematis, angket self confidence, dan lembar observasi guru dan siswa. Analisis data yang digunakan adalah uji anova dua arah. Berdasarkan hasil analisis data dapat diambil kesimpulan bahwa: terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan pembelajaran konvensional, terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis bila ditinjau dari self confidence tinggi, sedang dan rendah siswa, tidak terdapat interaksi self confidence terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.